|| Rio dan Archer takut kehilangan ||

91 16 1
                                    

Vanya POV

Aku sedang berdiri di pinggir jalan sembari menyeruput minuman hangat. Siang ini, entah angin dari mana, angin itu lumayan kencang yang padahal aku sendiri tidak lagi berdiri di wilayah pantai. Di tambah lagi, aku berdiri bersama Rio, si laki-laki yang seratus persen mirip dengan Jeffri. Dingin. Aku tau hal itu semenjak aku diberi izin untuk menggunakan mesin waktu milik Archer. Waktu itu aku dan dia pergi ke masa lalu, dan di sanalah aku menyaksikan Rio sedang membunuh Jeffri dengan sangat sadis. Sejak aku tau, sejak aku melihat kejadian itu. Aku jadi memaksakan diri untuk banyak berpura-pura dan membuat banyak list untuk membalaskan dendam kepada mereka yang sudah membunuh orang-orang yang sangat aku sayang.

Ayah dan ibu ku dibunuh oleh kawanan mereka, dan Jeffri di bunuh oleh Rio. Mereka jahat, kejam, bak iblis. Dan selanjutnya, teman-teman ku dibunuh juga oleh pasukan-pasukan mereka yang berbeda lagi. Entah bagaimana caranya, mereka berhasil membunuh diam-diam lalu menghilang tanpa jejak.

Sakit hati tidak 'sih ketika orang yang kita sayang ternyata seorang yang berbeda dan mempunyai maksud tindakan, tujuan, dan niat yang jahat? Astaga, dia bukan Jeffri yang aku sayang! Dia Rio.

Setiap tengah malam, aku dan Archer selalu menyelinap ke markas mereka. Kadang kami berpura-pura menjadi pekerja di antartika untuk mengamati sesuatu, kadang kami menggunakan jubah tembus pandang lalu masuk untuk mencari informasi dari mereka ketika keadaan sedang sepi-sepi nya. Seperti, besok mereka akan merencanakan apa, ya? Dengan begitu, kami jadi lebih mudah menyelamatkan orang-orang sebelum suatu hal yang buruk terjadi nanti.

Rio membetulkan rambut ku yang berantakan akibat angin, dia tersenyum, dan aku pun cuma balas senyum. Basi. Itu cuma balasan agar kami terlihat sebagai orang normal biasa. "Kenapa senyam-senyum begitu? Seram tau" Ujar ku. Meski dia tampan, bukan seram.

Rio terkekeh. "Siapa yang nggak senang berdiri disamping pacar sendiri, sih?"

Aku memeluk Rio, cowok ini memang romantis. Padahal kalau Jeffri yang berdiri disamping ku, sudah pasti pria itu akan melakukan hal-hal yang menyebalkan. Rambut ku akan semakin pria itu acak-acak ketimbang dibenarkan sampai rapih. "Mau disini sampai kapan?" Tanya ku pada lelaki itu.

"Besok?"

"Jangan mendadak"

"Yasudah. Maunya kemana?"

"Nanti sebelum malam tiba, kita lihat bintang, mau?"

"Boleh" Dan lagi, Rio ini tipe pria yang nggak gampang bergurau, dan dia suka menuruti apa yang aku mau.

Disisi lain, Archer. Dia mengikuti ku sejak aku dan Rio memutuskan untuk jalan berdua. Dia memakai jubah tembus pandang, dan aku masih bisa melihat dia berkat softlens yang dia berikan pada ku. Di dalam diam ini, kalau Rio asik memandang tiap bangunan kota, aku lebih asik menikmati pandang pada Archer yang bermain bersama burung-burung gereja sambil berjongkok di tengah rerumputan hijau sembari tersenyum ke para burung itu. Rasanya aku ikut tenang, padahal Archer yang lebih menikmati disana.

"Van, ada yang mau aku tanyakan pada mu"

Aku menoleh menatap Rio. "Apa?"

"Menurut mu, di masa depan nanti, kita masih bisa sama-sama nggak ya?"

Aku berpikir sejenak lalu membayangkan kalau sebenarnya Jeffri lah yang sedang menanyakan pertanyaan tersebut. "Mungkin iya mungkin juga enggak. Secara, kalau di lihat dari kondisi sekarang, zaman kita ini terlalu banyak masalah. Berita aneh mulai menyebar kemana-mana, bahkan kita sampai dituntut untuk percaya atau tidak. Kalau soal pertanyaan mu itu, ya...kembali di awal aku bilang tadi. Ada banyak kemungkinan"

PARALLEL UNIVERSES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang