Kedua kaki panjang itu menapak berjalan pada puluhan tumpukan buku yang berantakan di atas meja belajar. Kedua matanya menelusuri tiap judul buku yang tertera diatas kertas yang lebih tebal dibandingkan halaman-halaman berikutnya.
"Masih belajar, ya?"
Vanya berdeham sembari mencoba melangkah pelan-pelan mendatangi Archer. "Mau gimana lagi"
"how to respect each other?" Tanya Archer penuh kebingungan.
"Ya...aku gak mengenal Syakira dengan baik. Bagi aku, dia itu kayak gak menerima keberadaan aku"
Archer mengangguk lalu membalikkan badannya. "Kokㅡ" Archer sedikit tertawa kecil hingga menunjukkan barisan giginya yang rapih. Sedangkan Vanya, dia ikut terkekeh karena tidak menuruti perkataan Archer sebelumnya saat dimana pria itu mengatakan. "Jangan bangun, tidur aja"
"you bad girl, Van" Sambung Archer lalu membawa langkah Vanya pelan-pelan sampai diatas kasur.
"I thought, you were the naughty one. Remember last time, right?"
Archer tertawa terbahak-bahak. "Di Cutana gak pernah diajarkan kayak begitu"
Vanya mengangkat sedikit kedua bahunya lalu langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur empuknya. "Kamu dengar sesuatu gak?"
Archer diam, mencoba mendengarkan sesuatu yang Vanya katakan barusan. Tapi setelah suara itu lebih jelas terdengar, bunyi alarm keamanan berbunyi nyaring diluar. Pengumuman dari komando keamanan untuk seluruh agent berbunyi dengan nada kecemasan, dan yang terakhir banyak ketukan pintu yang terdengar untuk menyuruh mereka segera keluar.
"Pumi menyatakan perang!" Suara Venmout terdengar dari pintu luar kamar.
Archer panik, otaknya tiba-tiba terasa lambat di situasi berbahaya seperti ini. Laki-laki itu menoleh menatap Vanya yang lebih panik dari raut wajah nya. Dengan segera, Archer menggendong gadis itu pergi hingga sebuah dentuman terdengar keras dibelakang mereka.
Bom berhasil masuk ke area markas pusat utama.
"Archer! Pimpin agent kita, cepat!" Ucap Venmout lebih lantang dari suara dentuman keras bom.
"Tapi Vanyaㅡ"
"Aku gak apa-apa, efek obatnya udah hilang. Kamu pimpin mereka cepat!" Vanya mencoba meyakinkan Archer, lalu gadis itu dibantu berdiri oleh Venmout.
Di depan sana, Archer bertemu Syakira. Entah kenapa melihat kebersamaan mereka, Vanya sedikit geram dengan tindakan gadis itu yang langsung menggenggam erat satu tangan milik Archer.
"Van"
Vanya menoleh.
Venmout menarik rambut kepalanya keras-keras karena merasa khawatir akan gadis itu yang mengeluarkan banyak keringat yang keluar pada tubuh kecilnya itu. Apalagi, dibagian leher gadis itu, sudah tertera sangat jelas seperti baru mandi tapi tidak di lap menggunakan handuk. "Kamu aku antar ke Cutana, ya" Ucap Venmout.
Vanya menggelengkan kepalanya cepat. "Gak bisa, aku harus bantu kalian mematahkan segala teknologi milik mereka, dong!"
"Aku tau, tapi sekarang bukan saat yang tepat. Lihat diri kamu, Van!"
Vanya reflek mundur satu langkah dengan mimik muka sedikit ketakutan. Venmout terlihat berbeda dengan raut wajah yang terlihat lebih serius dari biasanya. "Kalau kamu mati, sama aja Archer membuang tenaganya sia-siaㅡcuma untuk memenuhi bahan obat yang dibutuhkan kamu!" Tambah Venmout.
Vanya memejamkan matanya lalu menegakkan tubuhnya seakan dirinya benar-benar kuat ketimbang opini yang diucapkan oleh Venmout mengenai gadis itu. "Kalau begitu, kasih aku main di belakang, gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARALLEL UNIVERSES
Fiksi Ilmiah( TAMAT ) LAGI TAHAP REVISI (supaya tdk aneh² amat). Teori dunia paralel bisa dijelaskan sebagai kehidupan manusia beserta alam semesta secara bersamaan satu sama lain. Yang mencengangkan, masing-masing dunia tidak menyadari kehadiran dunia lainnya...