^^^
Matahari terang benderang di luar sana, cuaca cerah sedikit berawan. Terik matahari yang menyentuh bumi nampak mengkilat terpapar genangan air selepas hujan. Udaranya sejuk baik untuk pernafasan. Cuaca hari ini sangat pas jika ingin melakukan kegiatan bersama keluarga, misalnya jalan-jalan atau piknik bersama.
Rumah minimalis bertingkat itu nampak sepi, entah pergi kemana para penghuninya. Salah satu pintu kamar di lantai dua rumah tersebut terbuka menampakkan seorang gadis remaja yang sebentar lagi berusia dua puluh tahun tersebut. Arneta melangkah menuruni tangga, berjalan kearah ruang keluarga. Kosong! Matanya nanar mencari penghuni rumah lainnya, kakinya melangkah terayun menuju dapur. Senyum merekah menarik kedua sudut bibirnya terangkat keatas saat netranya menangkap siluet sang nyonya rumah.
Lina dengan apron pink bunga-bunga yang melekat di tubuhnya, tampak sibuk membuat adonan kue warna-warni. Menuangkan adonan itu ke dalam loyang kecil berbentuk mangkuk yang sudah di lapisi kertas minyak berlipat-lipat sebelum di kukus ke dalam panci yang sudah di isi air.
"Mama lagi bikin bolu kukus ya?" Arneta memeluk Lina dari belakang, meletakkan dagunya di atas bahu wanita yang telah melahirkannya.
"Nggak mama lagi main kuda-kudaan sama papa kamu." Celetuk Lina asal yang langsung mendapat pelototan.
Arneta melepaskan pelukannya dengan raut wajah syok. "Ih mama kok serem sih ngomongnya. Nggak boleh gitu ma, ngomong sama anak gadis! Nanti Neta pengen kan bahaya,, nggak ada partnernya.." celotehnya panjang lebar.
Mengangkat bahunya acuh, Lina membersikan sisa-sisa tepung yang berceceran. "Itu nak Rangga nganggur, sikat aja! Ajak dia jadi partner kamu main kuda-kudaan. Lumayan kan, biar mama cepat dapat cucu.."
Enteng banget mulut mak-mak satu ini.
"Mamaaa!!" Arneta memekik dengan wajah memerah.
"Apa?"
"Mama kok ngomongnya vulgar gitu sih. Nggak boleh tahu ma, dosa! Lagian Arneta juga nggak ngerti mama ngomong apa." Ucapnya pura-pura tidak suka, biar dikata anak polos. Padahal pembahasannya lebih dari situ.
"Sok-sok an nggak ngerti! Kamu kira mama nggak tahu isi semua bacaan novel kamu itu." Skak mat, jika menyangkut buku-bukunya Arneta tidak bisa berkata lagi.
"Ma-mama baca novel Neta?!" Tanyanya hati-hati.
Lina melepas apron dari badannya. "Nggak usah kaget begitu, waktu seumuran kamu mama juga punya beberapa novel kayak gitu. Asal kamu nggak nonton Miyabi aja mama nggak masalah,, lagian itu juga penting buat resferensi malam pertama, kalo kamu nikah sama nak Rangga nanti." Ucap Lina dengan alis naik turun.
Blus! Pipi Arneta memerah. "Mama ih. Neta sama pak Rangga nggak ada apa-apa jangan bahas nikah ahh,, pak Rangga juga belum tentu mau sama Neta." Elaknya.
"Siapa bilang nak Rangga nggak mau! Kamu mau kan Rangga jadi mantu Tante?"
"Kalo Neta mau nggak ada alasan Rangga buat nolak."
Arneta melotot, tubuhnya membeku. Ia tidak salah dengarkan. Sepontan tubuhnya berbalik hanya untuk mendapati kehadiran pria dengan seragam dinas kebanggaannya itu. Sejak kapan pria itu ada disana, jangan bilang ia mendengar semua pembicaraannya dengan sang mama.
"Bapak sejak kapan ada disitu?"
Mengangkat bahunya acuh, Rangga berjalan melewati Arneta dan menghampiri Lina.
"Bolunya udah masak Tante?" Tanyanya sambil duduk di kursi meja party.
"Bentar lagi, nunggu ya nak Rangga." Arneta bahkan mengabaikan suara lembut Lina saat berbicara dengan Rangga yang berbanding terbalik saat ia berbicara dengan dirinya yang notabenya adalah anak kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNETA UNTUK RANGGA
RandomArneta Ranjani, Gadis gendeng antikemayu yang sukanya bikin dara tinggi. Gadis 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di dunia perkuliahan. Arneta hanya punya satu kelebihan yaitu memiliki wawasan luas tentang dunia pe-ranjangan. Isi otaknya hanya...