^^^
Saat ini Arneta sedang berdiri di belakang panggung. Tangannya dingin dengan jantung berdetak kencang.
Sebentar lagi gilirannya menyanyi untuk penutupan acara.
Arneta duduk di tengah-tengah, di apit kedua sahabatnya. Kakinya bergoyang terus-menerus seperti sedang gelisah.
"Santai aja kali, Net. Bayangin aja loh nyanyi depan kita berdua." Hibur Prajna.
"Bukan gitu. Gue bukannya gugup. Tapi, kebelet pipis." Arneta nyengir bagaikan kuda. Kedua sahabatnya menepuk jidat, ternyata personil sableng yang di khawatirkan tidak se-mengkhawatirkan itu.
"Buk. Saya boleh izin ke toilet nggak bentar." Arneta mencolek bahu Sayna yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka duduk.
Banyak anggota BEM yang bertanggung jawab untuk acara ini seliweran di depan mereka.
"Ya Allah Arneta. Ini waktunya udah mepet banget. Nggak bisa kamu tahan apa?" Buk Sayna melirik jam di pergelangan tangannya.
"Nggak bisa buk. Saya udah kebelet!"
"Ya udah sana, kamu punya waktu lima menit."
"Makasih buk."
Setelah mendapatkan izin Arneta ngacir ke kamar mandi terdekat.
"Alhamdulillah, leganya."
Arneta keluar dari kamar mandi perempuan dengan wajah legah. Sebuah coklat di sodorkan padanya.
"Buat kamu."
"Hah!?"
"Buat kamu. Saya pikir kamu gugup, karena itu saya kasih coklat."
Arneta menerima coklat tersebut. "Makasih. Seharusnya pak Rangga nggak perlu repot-repot."
"Hem! Cepat sana, acaranya sudah mau di tutup."
Arneta melirik ke arah panggung. Benar saja buk Sayna sedang melambai kearahnya.
"Saya kesana dulu pak. Makasih coklatnya." Arneta berbalik hendak melangkah.
"Tunggu."
"Kenapa pak?"
Rangga berjalan menghampiri Arneta yang diam di tempat, tangannya melepaskan ikatan rambut Arneta.
"Jangan di ikat, biarkan tergerai. Kamu cantik dengan rambut tergerai."
Blus! Arneta merasakan pipinya memanas. Tapi ia tidak punya waktu untuk tersipu.
"Jangan gombal pak, nanti saya baper." Setelah mengucapkan kalimat tersebut Arneta berlari menuju belakang panggung.
"Kamu ini ya, suka banget bikin ulah. Cepat sana." Buk Sayna mendorong Arneta naik keatas panggung.
"Mik nya buk."
Amar menyerahkan mik pada Arneta.
"Semangat, jangan malu-maluin!"
Arneta berjalan ke tengah panggung dengan Prajna dan Domi yang berjalan di depannya. Ketiganya mengambil tempat masing-masing. Domi sudah siap di posisi pemain drum. Prajna berdiri di samping kanannya dengan gitar listrik di tangannya.
Mendongak ke depan. Arneta merasakan gugup saat melihat banyak sekali penonton yang siap mendengarkan suaranya.
"Sialan! Penontonnya banyak banget. Nggak bisa di suruh bubar apa?" Makinya gugup. Yang di sambut gelak tawa mahasiswa, dosen dan anggota polri yang mendengarnya.
"Hahahaha..."
"Mala ketawa! Nggak tahu apa gue disini udah mau pipis."
Karena merasa gugup Arneta sampai tidak sadar telah menekan tombol on pada mik yang ia dekap di depan dada. Membuat orang-orang dapat mendengar celotehan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNETA UNTUK RANGGA
RandomArneta Ranjani, Gadis gendeng antikemayu yang sukanya bikin dara tinggi. Gadis 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di dunia perkuliahan. Arneta hanya punya satu kelebihan yaitu memiliki wawasan luas tentang dunia pe-ranjangan. Isi otaknya hanya...