^^^
Dominic mengangguk mengerti, sedangkan Adnan masih tidak percaya dengan hal seperti itu di jaman modern seperti sekarang ini.
Arneta? Jangan di tanya gadis itu sudah ketakutan lebih dulu. Lihatlah sekarang ia sedang bersembunyi di balik punggung Adnan sambil menoleh awas ke kiri kanan.
"Terimakasih pak atas peringatan. Kalo begitu kami pamit melanjutkan penyuluhan pada warga lainnya dahulu. Mari pak." Arneta berpamitan sebelum menarik Dominic dan Adnan menjauh dari tempat tersebut.
"Kita pulang aja yuk, takut. Katanya ada hantu yang suka makan manusia, gimana kalo dia datang ke desa terus makan warga desa termasuk kita." Ucap Arneta ketakutan.
Cletakk. Keningnya di sentil Dominic keras hingga meninggalkan tanda merah.
Dominic sialan. Maki Arneta dalam hati.
"Nggak usah parno. Jaman sekarang mana ada yang begituan." Sinisnya.
Adnan terkekeh. Tangannya mengacak rambut coklat Arneta gemas.
"Lagian kalo ada, hantunya nggak mau juga sama loh Net. Daging loh kan alot." Kelakarnya jumawa.
Arneta cemburu, bibirnya manyun. Tangannya terlipat di depan dada. Berjalan lebih dulu dari kedua pria menyebalkan di belakangnya.
Langkah ketiga berhenti di depan balai desa yang ramai. Di sana ada Mona dan yang lainnya sedang melakukan penyuluhan tentang bahan makanan pengganti daging dan ikan. Juga berbagai inspirasi membuat makanan dagang yang awet dan bisa di jual.
"Dom, Nan." Fatur berjalan menghampiri mereka.
"Proker loh udah selesai?" Dominic dan Adnan mengangguk.
"Udah, tinggal besok meninjau pembuatan posko dan sumur bor yang mulai di kerjakan besok." Jelasnya.
Ketiganya berbincang dan mulai berbaur dengan anak-anak lainnya. Arneta yang merasa di abaikan melangkah kearah Rizky yang sedang sibuk membuat dan merapikan database keuangan di meja pojok bersama Ulan.
"Kak Riz. Ada yang bisa gue bantu?"
Kepala Rizky mendongak mengalihkan pandangan dari deretan angka dan tulisan dalam buku.
"Nah kebetulan loh disini. Tolong bantuin gue ngerjain ini Net." Pintanya menyodorkan buku kosong dan setumpuk kertas dalam map.
Menarik kursi Arneta duduk di hadapan Ulan.
"Rizky aja nih yang di tanya?" Singgung Ulan yang juga berada di sana.
Arneta nyengir wajahnya di buat seimut mungkin. "Hehehe.. Kak Ulan ada yang bisa Neta bantu?"
Ulan bergidik oleh nada bicara Arneta yang di imut-imutkan.
"Iihhh,, jijik kali Net. Muka loh biasa aja." Kesalnya.
Mengangkat bahu acuh Arneta beralih membolak balik buku di hadapannya.
"Tolong loh salin, terus isi kolom kosong ini ya." Jelas Rizky menunjukkan bagian mana yang harus ia salin dan isi.
"Kolom kosongnya isi apa, kak? Seblek ceker? Apa bakso kua?" Candanya.
"Tahu gejrot aja Net." Timpal Rizky.
Ulan yang memangnya receh tertawa oleh guyonan Arneta.
Hahahaha. Tawa gadis itu membahana menarik perhatian yang lainnya.
Rizky mencubit paha Ulan, tangannya membekap mulut gadis itu sebelum meminta maaf.
"Sorry! Temen saya rada gila. Silahkan di lanjutkan lagi kegiatannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNETA UNTUK RANGGA
De TodoArneta Ranjani, Gadis gendeng antikemayu yang sukanya bikin dara tinggi. Gadis 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di dunia perkuliahan. Arneta hanya punya satu kelebihan yaitu memiliki wawasan luas tentang dunia pe-ranjangan. Isi otaknya hanya...