^^^
Pajar menyinsing. Matahari timbul dari ufuk timur, memancarkan sinar terangnya dengan malu-malu. Jam baru menunjukkan pukul setengah tujuh. Arneta sudah wangi dan rapi dengan Hoodie abu-abu dan celana jeans hitam yang sobek di bagian lututnya. Rambut sepunggung nya ia ikat ekor kuda.
Hari ini Arneta bangun lebih awal, agar ia bisa mandi dan keramas pembersihan selepas haid.
Arneta keluar dari kamarnya bersamaan dengan terbukanya pintu kamar di hadapannya yang menampakkan seorang pria dewasa dalam balutan seragam kebanggaan nya. Bibirnya tersenyum sangat lebar, lebih mirip cengiran.
"Pagi, babang tamvaann.. ganteng amat bang mau dinas ya?"
Bukan nya menjawab sapaan adik perempuannya. Adipati berbalik masuk kembali ke dalam kamar menutup pintu tepat di depan wajah adiknya.
"Sialan! Kampret loh bang. Kalo idung gue penyet, gimana?!" Arneta misu-misu sambil mengelus hidungnya.
Niatnya ia ingin ikut masuk kedalam kamar abangnya tapi terhalang oleh pintu yang berdentum di depan muka.
"Sorry dek. Abang lupa ganti kaos kaki, makannya masuk lagi." Adipati menyahut dari dalam kamar.
"Yha, pintunya nggak usah di tutup juga kali. Kalo muka gue kenapa-kenapa Abang mau tanggung jawab." Ucapnya sewot.
Tidak ada balasan, Arneta kesal sendiri. Dengan perasaan dongkol ia berjalan menuruni tangga dengan kaki di hentak-hentakan hingga menimbulkan bunyi.
Mulutnya terus berkicau mendumel tidak jelas sambil mengecek ponselnya siapa tahu ada pesan wa dan telpon dari kedua sahabatnya.
Langkah kaki Arneta sampai di depan pintu masuk dapur. Matanya terbelalak mulutnya menganga tidak percaya, bahkan ponsel dalam genggaman nya jatuh mengenaskan hingga menimbulkan bunyi nyaring.
Adipati dan Surya yang baru datang dari kamar masing-masing ikut terdiam dengan wajah kaget. Bahkan Surya langsung bergerak cepat menghampiri objek yang menjadi pokus utama ketiganya.
Rasa kaget Arneta akan kehadiran Rangga yang pagi-pagi buta sudah duduk anteng di kursi tempat biasa ia duduki tidak seberapa di bandingkan pemandangan di hadapannya.
Lina Marlina Aditomo sang nyonya Aditomo yang terkenal karena trend fashion nya yang sexy mbak model papan atas. Kini berpakaian tertutup sangat berbanding terbalik dengan penampilannya selama ini.
Lina menggunakan gamis panjang dan khimar yang menutupi kepalanya.
Arneta kaget, ia masih tidak percaya bahwa mama nya mendapatkan hidayah.
"Ma- mama pake hijab.?!" Tanya Adipati. Matanya tidak lepas memandang wajah sang mama.
"Mama nggak kena penyakit kronis kan?" Gantian Arneta yang bertanya.
Lina berdecak, tangannya berkacak pinggang. "Kalian kenapa sih, ngeliatnya gitu amat. Seolah-olah mama itu keajaiban dunia aja." Ditatapnya wajah kedua anaknya.
"Seharusnya kalian itu bangga karena mama mau berhijab dan nutup aurat bukannya kasih sambutan dengan tatapan ngehujat kayak gitu." Sewotnya.
Adipati meringis merasa bersalah. Arneta menanggapi nya dengan anggukan, lantas melangkah duduk di samping Rangga yang sudah tampan dengan pakaian dinasnya. Di ikuti Adipati yang duduk disampingnya.
"Bapak mau berangkat kerja?"
Rangga mengangguk. Ia memang akan berangkat kerja karena itu sekalian saja menjemput Arneta.
Surya masih setia berdiri di samping istrinya. Tatapannya tidak lepas menatap wajah sang istri tercinta.
Lina menoleh kesamping dengan wajah garang. "Ini lagi, papa kenapa natap mama cengoh kayak gitu. Nyesel nikahin mama karena pakaian nya nggak sexy lagi." Ucapnya sadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNETA UNTUK RANGGA
RandomArneta Ranjani, Gadis gendeng antikemayu yang sukanya bikin dara tinggi. Gadis 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di dunia perkuliahan. Arneta hanya punya satu kelebihan yaitu memiliki wawasan luas tentang dunia pe-ranjangan. Isi otaknya hanya...