23 | JIDAN & JIDAT ARNETA.

8.5K 675 10
                                    

^^^

"Mata kuliah hari ini cukup sampai disini dulu. Dan, oh ya.. jangan lupa hasil kunjungan lapangan kalian. Kalian tau saya kan, saya tidak peduli dengan keluhan kalian. Pertemuan minggu depan saya mau di tangan saya sudah ada hasil kunjungan lapangan kalian." Ucap pak Wawan yang kontan mendapatkan protes dari mahasiswanya.

"Ya kok kunjungan lagi pak!"

"Minggu lalu kan udah, masa kunjungan lagi!"

"Tahu ni pak Wawan sadis amat jadi dosen."

"Ya Allah pak, kasiani kami pak. Masa kunjungan lagi!"

Itu adalah beberapa kalimat bentuk penolakan yang tertuju untuk pak Wawan selaku dosen yang suka meminta kunjungan lapangan seenaknya.

Sudah ada 2 mata kuliah yang mengharuskan kunjungan lapangan. Sebagai mahasiswa teknik sipil hal seperti ini seharusnya memang sebuah hal tak terlepaskan bukan, dan mungkin salah satu kegiatan wajib.

Arneta juga hendak mengajukan protes tapi terurungkan, karena dirinya lebih dulu di protes oleh dosennya.

"Apa kamu Arneta. Mau protes juga!" Arneta yang mengap-mengap langsung kicep saat pak Wawan mulai mengeluarkan ultimatum nya.

"Semester lalu nilai kamu anjlok di mata kuliah saya, karena saya kasihan sama kamu makannya kamu tidak mengulang semester ini. Karena itu perbaiki nilai kamu. Jika sementar ini masih anjlok seperti semester sebelumnya sorry to say for you Arneta. Semester depan kamu akan kembali bertemu dengan saya! Ingat kamu sudah semester enam. Beberapa minggu lagi ujian kenaikan semester, berhenti main-main dan mulai belajar perbaiki nilai mu jika ingin lulus tepat waktu!" Setelah mengatakan itu pak Wawan keluar kelas meninggalkan Arneta yang mukanya sudah masam.

Brakk.

Arneta menggebrak meja kuat.

"Pak Wawan kampret!!" Makinya tidak peduli pada temen sekelasnya yang kaget mendengar teriakan cemprengnya.

"Apa loh!" Galaknya yang membuat teman-temannya yang semula menatap kearahnya memilih memalingkan muka dan berlalu keluar kelas.

"Prajna itu dosen ngeselin banget. Loh tau nggak it-- eh bulek Sumedang, mau kemana loh." Pekik Arneta pada Prajna yang sudah berada di dekat pintu.

"Kantin. Mau ikut nggak?"

"Ikuttt!! Kok gue di tinggalin sih. Jahanam banget jadi temen." Kicaunya berjalan kearah Prajna dengan kaki yang di hentak-hentakan ke lantai.

"Pak Wawan hari ini ngeselin banget tahu! Itu dosen enak banget congornya ngomong minta kunjungan lapangan, jadi dosen jahara banget. Kesel gue lama-lama.." Prajna yang berjalan disamping Arneta hanya dian saja sedikitpun tidak terganggu oleh kicauan gadis blasteran Tionghoa itu.

Prajna sudah biasa mendengar kicauan Arneta tentang beberapa dosen yang tidak disukainya.

"Heran gue. Kok bisa-bisanya kak Sonya suka sama tuh orang, cakep sih. Tapi ngeselin! Sebel gue lama-lama."

Perajna memutar bola matanya. "Gitu-gitu juga dia kakak ipar loh, net." Ucapnya mengingatkan Arneta pakta bahwa pak Wawan adalah suami kakak sepupunya.

Arneta mendengus. "Iya loh bener, Kalo tau gini nggak gue kasih restu waktu dia datang kerumah oma dulu. Mana dia udah ada anak sama kak Sonya, mana cakep lagi. Jadi kangen Ben."

Prajna dan Arneta sampai di kantin kampus yang sudah ramai-ramai. Keduanya melangkah kearah meja yang biasa mereka pakai jika makan di kantin kampus, dari pintu masuk Arneta  sudah melihat Domi yang sudah nangkring dengan seorang pria yang tidak Arneta kenal.

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang