40 | TERKABAR.

758 67 7
                                    

^^^
Dapur dengan instruktur modern itu nampak sangat sibuk oleh dua orang ibu-ibu yang sedang berkutat dengan banyak bahan adonan.

Salah satunya sibuk menyampurkan tepung, susu dan beberapa bahan lainnya kedalam wajan yang berada di atas kitchen set berwarna putih tersebut.

Ibu-ibu setengah baya yang masih cantik di usinya yang sudah menginjak pengunjung kepala empat itu terlihat lincah mengaduk adonan, tidak sedikitpun terganggu oleh pakaian yang ia kenakan. Nyonya Aditomo yang biasanya stylish dengan pakaian sexy dan hak tinggi kini nampak anggun dalam balutan gamis panjang dan hijab syar'i yang menjuntai menutupi dada. Wanita keturunan asli Tionghoa itu sibuk mengulek adonan agar kalis.

Sedangkan sang art yang sudah ia anggap saudari tersebut sibuk dengan kegiatan lain membantu menyiapkan loyang untuk wadah adonan.

"Nya, ini loyangnya di kasih minyak sama tepung atau nanti?" Tanya mbok Say.

Lina Marlina ibu dua anak yang saat ini sedang membuat adonan bakpao menoleh kearah mbok Say.

"Di oles sekarang aja mbok. Ini adonannya udah jadi tinggal di isi aja."

Mbok Say mengangguk. Tangannya dengan lihai mengoles minyak pada loyang.

"Oh iya Nya. Nak Arneta udah ada kabar belum?" Tanyanya.

Lina menggeleng. "Blom mbok. Itu anak semenjak brangkat KKN nggak ada nelpon-nelpon, kebiasaan memang. Pas hari pertama sampai papanya dapat telpon kalo udah sampai. Abis itu nggak ada lagi nelpon." Kesal Lina akan kelakuan anak gadisnya. "Nggak tau apa emaknya di sini kangen." Lirihnya.

"Posetep tangking aja Nya. Mungkin di sana nggak ada sinyal."

Kening Lina mengernyit. "Apa mbok tadi?"

"Apa Nya?" Mbok Say balik bertanya bingung.

"Mbok tadi bilang apa? Posetep tangking??"

"Iya Nya, posetep tangking. Itu Nya kalimat orang gaul yang katanya jangan seuzon." Jelasnya.

Kening Lina makin berkerut bingung. Posetep tangking? Seuzon?

"Ya Allah mbok Say. Hahahahahaaa.." Lina tergeletak begitu menyadari maksud dari kalimat mbok Say.

"Positif thinking Mbok. Bukan posetep tangking.. hahahahaaa." Tawa ibuk dua anak itu membahana hingga mengeluarkan airmata menertawakan art nya itu.

"Hehehe.. mana saya tau kalo gitu cara ngomongnya. Pose- posetep,, tang-tang.. tang apa Nya?" Cengirnya.

Menghapus sisa air mata di ujung matanya Lina menjelaskan di sela-sela tawanya. "Positif thinking mbok."

"Ya itulah. Apa namanya saya nggak paham Nya."

Sedang asyik-asyiknya menertawakan kepolosan mbok Say dering ponsel Lina yang tergeletak di atas meja makan berdering nyaring.

Riiinggggg..

Assalamualaika ya Habibi ya rasulallah.

Dering nada panggilan dengan lantunan lagu religi itu mengalun merdu.

"Mbok.. tolong di angkat telponnya. Siapa tahu dari Arneta."

"Nggak ada namanya Nya?" Tunjukan pada sang nyonya.

"Udah angkat aja, loud speaker mbok."

Dengan cekatan mbok Say mengangkat panggilan tersebut meloud speakernya.

"Assalamualaikum hallo." Sapa Lina.

"Waalaikumsalam.. mohon maaf sebelumnya benar ini dengan ibuk Lina? Orang tua siswa Arneta?"

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang