15 | SEMUA KAGET.

10.1K 901 26
                                    

^^^

Rumah dua tingkat dengan disain modern minimalis tersebut nampak ramai oleh kerabat, orang tua, dan sanak keluarga yang sedang berkumpul bersama.

Kamis malam, tidak sedikitpun mengurangi niat Sayna untuk mengajak keluarganya berkumpul di kediaman kakak tertuanya untuk merayakan keberhasilan Arneta yang sanggup memukau para mahasiswa dan dosen dengan suara nya.

"Nggak mungkin!"

Semua orang tidak percaya bahwa Arneta menyanyi dengan suara bagus seperti yang Sayna katakan.

Jujur. Sampai saat ini Sayna sendiri masih tidak percaya bahwa keponakannya bisa menyanyi dengan suara yang begitu memukau.

Bahkan tadi, Surya papa Arneta. Tidak percaya dengan apa yang diceritakan adiknya Sayna. Tapi, setelah menonton sendiri video yang memperlihatkan Arneta yang sedang menyanyi di acara kampusnya. Surya ketakutan sendiri..

Berulang kali, ia mengecek suhu tubuh anaknya, takut kalo Arneta mengidap penyakit kronis dan prestasi yang di sampaikan adik bungsunya adalah sebuah amal terakhir anak gadisnya.

"Arneta. Kamu baik-baik aja kan, Nak? Nggak ada yang aneh kan?" Tanya Surya khawatir.

Arneta yang sedang duduk di atas meja makan bersama mamanya menggeleng dengan kening berkerut. Ia bingung dengan sikap papanya.

"Arneta baik-baik aja kok. Papa kenapa sih?"

Surya menghela nafas lega. "Syukurlah kalau kamu nggak papa. Papa cuma khawatir kamu mau ninggalin amal, mangkanya bisa nyanyi sebagus tadi."

Arneta melongo. Lina sang mama tercinta ngakak sejadi-jadinya setelah mendengar ucapan yang di lontarkan suaminya. Jadi Surya khawatir karena takut hal yang Arneta lakukan adalah tanda-tanda sebelum kematian.

Tidak masuk di akal. Rasanya Arneta ingin menggetok kepala papanya biar sadar kalo anaknya ini sedang kesal.

"Gila aja! Gue bikin prestasi malah di kira mau ninggalin amal. Kan asu!!" Maki Arneta dalam hati.

Tentu saja kalimat itu hanya terutarakan di dalam otaknya. Kalo Arneta berani mengatakan nya. Bheww.. bisa habis ia di panggang Opa dan Oma nya yang juga turut hadir di kediaman keluarganya.

Rumah mereka ramai, semua keluarganya hadir. Mulai dari papa, mama bang Didip dan yang lain. Malam ini rumah mereka kedatangan banyak tamu. Ada Opa Dodi, Oma Eni kedua orangtua papanya. Ada Om Liam, adik kedua papanya dan istrinya Sera bersama kedua sepupunya, si kembar Dania dan Kalam yang masih duduk di bangku SMA. Ada Prajna dan Domi yang turut di undang untuk meramaikan acara. Dan tentu saja, ada Tante Sayna yang menjadi penyelenggara acara kumpul keluarga mendadak ini.

Kalo kalian bertanya kenapa tidak ada satupun keluarga dari sebelah mamanya, yang hadir. Itu karena, mamanya Lina adalah yatim piatu. Mamanya hanya punya satu orang kakak laki-laki yang menetap tinggal di Lombok bersama keluarganya. Jadi pamannya, Om Arman nama kakak mamanya. Jarang hadir di acara keluarga seperti sekarang ini, hanya waktu-waktu tertentu pamannya datang berkunjung atau sebaliknya mereka sekeluarga yang mengunjungi sekaligus berlibur.

"Ayo semuanya kita ke taman belakang, bakar-bakar." Sayna mengangkat tinggi-tinggi daging dalam piring yang ada di tangannya.

Perlahan semua orang beranjak menuju taman belakang. Tempat pesta barbeque di adakan.

"Prajna, Domi. Bantuin Tante bawah yang itu." Tunjuk Sayna mengunakan dagunya.

Prajna dan Domi mengangguk lantas mulai membawa barang-barang yang diperlukan untuk mengadakan pesta barbeque.

"Loh nggak mau beranjak dari situ?"

Tanya Prajna saat tubuhnya hendak melewati Arneta yang masih setia duduk di atas meja makan.

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang