^^^
Matahari belum terbit sepenuhnya saat Dominic menggedor pintu kamar guna membangunkan Arneta yang masih tertidur setelah menyapu dan bersih-bersih.
Karena memang jadwal ia dan Dominic hari ini.
Gar!
Gar!
Gar!
Mona yang sekamar dengan Arneta, berangkat bangun dari atas tempat tidur dengan mata merem-melek. Wanita Jawa tulen tersebut melangkah gontai membuka pintu kamar, mendapati pria bulek ganteng berdiri dengan wajah kesal.
"Arneta mana?" Dominic memajukan wajahnya kedepan mengintip keberadaan sahabat laknatnya yang masih tertidur pulas di atas tempat tidur.
Mona yang merasakan jarak yang sangat dekat antara wajahnya dan wajah pria tampan di hadapannya menjadi salah tingkah. Jarak wajah keduanya sangat dekat bahkan hanya berjarak beberapa senti. Mona dapat merasakan hembusan nafas Dominic pada wajahnya, hidungnya mencium dengan jelas aroma mint yang menguar dari tubuh pria bulek tersebut. Jika tidak cepat-cepat menjauhkan Dominic dari dirinya Mona bisa saja menggila, menyerang pria yang banyak di sukai mahasiswi kampus itu.
"Loh apa-apaan sih. Pagi-pagi gedor kamar orang nggak sopan banget sih!" Dengan kesal Mona mendorong Dominic dari hadapannya.
Tangannya terlipat di depan dada.
Dominic tersenyum memperlihatkan lesung pipinya. "Hehehe, sorry. Gue nyari Arneta." Ucapnya.
Memutar bola matanya Mona kembali masuk kedalam kamar.
"Ar. Ar. Arneta, bangun." Tangan Mona menepuk-nepuk punggung atas Arneta guna membangunkan gadis yang sedang tertidur lelap tersebut.
Memang dasarnya Arneta kebok. Sudah di bangunkan dan di panggil beberapa kali tidak juga bangun.
"Ar! Arneta! ARNETA!! Ya Allah ini anak tidur apa mati."
Mona sudah kesal saat Dominic ikut masuk ke dalam kamar yang memang pintunya tidak tertutup.
Dengan tidak punya perasaannya Dominic menyiramkan isi botol air yang tergeletak di lantai samping kasur. Menyiramkan isinya tepat di wajah Arneta yang seketika bangun dengan nafas tersengal-sengal.
"Huff.. huh huh huh. Bocor! Bocor! Mamaaaa.. plafon kita bocooorr!!" Teriaknya.
Dominic menoyor kepala Arneta kesal. "Bocor pala loh."
"Sakiitt!! Dominic sialan!"
"Muka gue basah anjing."
Mengabaikan Arneta yang mencak-mencak kesal. Dominic menarik kerah baju tidur Arneta, menyeret gadis tersebut mengikuti langkahnya dengan tidak berperasaan.
Terseok-seok Arneta mengikuti langkah Dominic dengan mulut mendumel kesal.
"Cuci muka loh abis itu temenin gue masak."
Dengan kaki menghentak kesal dirinya manut saja disuruh mencuci wajah di kamar mandi.
Selesai mencuci wajah dan menggosok gigi Arneta berdiri di samping Dominic yang sudah menyiapkan bahan-bahan masakan.
"Mau masak apa?" Tanyanya.
"Nasgor telor."
Dominic menyerahkan bahan yang sudah di siapkan pada Arneta. "Nih kupas, terus potong-potong. Cuci dulu sebelum di potong."
"Cek. Iya tauk."
Keduanya sibuk, larut dalam kegiatan masing-masing. Lebih tepatnya Dominic lah yang di sibukan sedangkan Arneta hanya mengupas, dan memotong bumbu. Selebihnya Dominic semua yang melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNETA UNTUK RANGGA
RandomArneta Ranjani, Gadis gendeng antikemayu yang sukanya bikin dara tinggi. Gadis 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di dunia perkuliahan. Arneta hanya punya satu kelebihan yaitu memiliki wawasan luas tentang dunia pe-ranjangan. Isi otaknya hanya...