2 | MARATON JODOH.

17K 1.3K 46
                                    

^^^

Minggu pagi Prajna sudah siap dengan setelan joging nya. Jam baru menunjukkan pukul 05.12 pagi.

"Neta! Sialan ya loh di bangunin nggak bangun-bangun. Arneta! Bangun woy!!" Prajna mengguncang tubuh sahabatnya.

Tadi malam Prajna menginap di rumah Arneta atas permintaan tante Lina. Kedua orangtua Arneta ada urusan keluar kota tiga hari. Sedangkan kakaknya Adipati baru bisa pulang hari ini. Karena itu mereka meminta Prajna untuk menemani Arneta di rumah.

Bukan apa-apa, Arneta kalo di tinggal sendirian. Penyakit straiming Naruto nya bakal kambuh lagi dan tante Lina sama om Surya nggak mau anak gadisnya berakhir di rumah sakit seperti waktu lalu.

Arneta kalo sudah ketemu animasi Naruto itu bisa lupa daratan. Karena itu Arneta butuh pengawasan.

"Neta, bangun nggak loh. Kalo nggak bangun juga, gue buang miniatur Naruto loh?!"

Arneta membuka matanya, kepalanya menoleh kearah jam dinding.

"Udah pagi, ya?" Suaranya serak. Tangannya menggaruk pipinya.

"Udah sore! Ya udah pagi, goblok." Prajna mendorong tubuh Arneta masuk ke kamar mandi.

"Mandi sana loh, sholat. Abis itu joging." Arneta masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Prajna yang kembali bergelung di balik selimut.

Setelah mandi dan melaksanakan kewajibannya. Lima belas menit kemudian, Arneta sudah siap dengan pakaian joging nya. Tangannya berkacak pinggang memperhatikan Prajna yang kembali tidur.

"Nih anak, nyuruh gue bangun malah dia yang lanjut molor. Bangun woy, bangun!" Di tariknya selimut dan bantal Prajna.

"Sholat sana. Nyuruh orang sholat dia sendiri nggak solat. Di sholatin baru tahu rasa loh!"

Prajna bangun dengan tatapan kesal. Di tariknya kasar bantal dalam genggaman Arneta.

"Gue Kristen ANJING!!"

"Oh iya gue lupa."

Dengan polosnya Arneta menyahut membuat Prajna geram sendiri.

Mengacuhkan Arneta, Prajna berjalan ke kamar mandi, mencuci wajahnya. Tadi sebelum membangun kan Arneta, Prajna sudah mandi dan siap dengan celana training hitam dan kaos putih joging.

"Ya udah ayok."

"Mau kemana?"

"Maraton jodoh. Ya mau joging lah!"

"Loh nggak mandi?" Tanya Arneta. Hidungnya mengendus-endus badan Prajna.

"Udah tadi. Loh aja yang ngebo! Mangkanya nggak tahu."

Prajna dan Arneta turun kelantai bawah dengan beriringan. Jam baru menunjukkan pukul setengah enam dan keduanya sudah siap untuk joging keliling komplek perumahan Arneta.

"Tunggu, tunggu! Gue lupa bawah dompet." Arneta ngacir naik kembali kelantai dua kamarnya.

"Dompet? Buat apaan!" Teriak Prajna penasaran.

Arneta menyahut dari lantai dua kamarnya. "Beli bakso bakar!" Sahutnya balas berteriak.

Prajna duduk di kursi teras menunggu Arneta. Tidak lama yang di tunggu datang dan ikut duduk disampingnya.

"Udah?"

Arneta mengangguk sambil menunjukkan dompet berwarna hitam di tangannya.

Setelah memakai sepatu masing-masing keduanya berjalan keluar pagar rumah.

"Tunggu, tunggu. Kayaknya ada yang kelupaan deh?" Prajna mengerutkan keningnya ikut berpikir.

"Apalagi sih yang lupa?"

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang