38 |PENCARIAN.

844 57 6
                                    

^^^

"Kanapa nyariin kita?"

Pintu rumah terbuka menampakkan Galang yang di tuntun dua warga di kanan kirinya. Kakinya pincang dengan kening di perban.

Dengan sigap domi dan Dimas mengambil alih.

"Loh kenapa Lang?" Dimas membantu memampah Galang menuju sopa.

"Kesengget motor tadi pas lagi bantuin mang Ucup angkut padi di tempat penggilingan." Jelasnya.

Mang Ucup yang di maksud menyerahkan kantong berisi obat-obatan dari bidan. "Iya mas. Aduh saya ngerasa nggak enak karena bantuin saya temen mas mbak sekalian jadi celaka. Ini obatnya dari buk bidan, tadi sudah di periksa katanya nggak papa lecet aja." Jelasnya merasa bersalah.

Tegar yang masih setia berdiri di belakang mang Ucup dan pak ujan mengintrupsi dengan tepukan di bahu mang Ucup.

"Nggak papa mang mungkin memang lagi jatahnya Galang hari ini." Kelakarnya.

"Duduk dulu mang. Istirahat dulu pegel pasti udah bantuin temen saya." Mona yang peka segera menawarkan teh dan gorengan yang masih di atas meja.

"Waduh, nggak usah neng. Kita juga udah mau pulang kasian anak istri di rumah. Terimakasih saja." Tolak pak Ujang.

"Iya mbak kita kesini mau nganterin mas Galang aja."

"Nggak papa mang, istirahat aja di sini bentar minum teh dulu." Tawar Adnan yang di tolak dengan halus.

"Nggak usah repot-repot mas. Kita berdua ini udah mau pulang. Mari mbak mas kita pulang dulu. Assalamualaikum."

Mang Ucup dan pak Ujang keluar dari poskoh yang di antar oleh Adnan dan tegar.

"Minum dulu Lang." Serly mengulurkan segelas air putih kearah Galang.

"Makasih Ser."

"Sama-sama."

"Oh iya gimana ceritanya loh bisa keserempet begini?" Tanya Ulan penasaran.

"Jadi gini ceritanya. Tadi pas pulang dari poskoh gue mampir dulu buat beli rokok, terus liat mang Ucup lagi ngangkut karung sendirian eh karena gue anaknya bersosialisasi tinggi dan baik hati gue bantuin lah." Jeda.

"Terus lagi enak-enaknya bantuin mang Ucup gue nggak sadar kalo berdiri di dekat jalan pas banget motor lewat,, brak. Kesengget lah gue. Dan jadi begini." Galang menjelaskan cerita singkat ia bisa di sengget dan berakhir seperti ini.

"Loh sendiri Gar. Habis dari mana loh kita cariin nggak ada?" Semua instentasi beralih ke tegar.

"Gue tadi dari kampung sebelah kesasar nggak sengaja, pas lagi tanya-tanya jalan pulang ketemu sama pak Ujang ya udah ngikut pulang. Pas di jalan ketemu nih kunyuk lagi di di tuntun mang Ucup." Jelas Tegar.

"Oohh.."

Semua diam. Seperkian detik suasana hening. Arneta yang sedari tadi duduk di rangkul Domi hanya menyimak dengan muka merah dan mata sembab.

"Nih minum dulu."

Menyerahkan segelas air Dominic mengusap wajah Arneta menggunakan tisu basah di atas meja yang entah milik siapa.

"Udah lebih baik Ar?" Tanya Rizky.

Arneta mengangguk menyerahkan cangkir minumnya. "Terimakasih."

"Arneta kenapa?" Tegar yang baru menyadari tampang Arneta mengernyit heran.

"Nih bocah kenapa?"

"Nangis kejer abis liat adu jotos." Sinis ulan melirik Dimas dan Rizky.

Bukannya mengerti Tegar makin bingung. "Nggak usah di perduliin. Sekarang kita pokus rencana awal buat cari Andin." Ucap Adnan.

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang