^^^
Hujan deras mengguyur kota Jakarta dari tiga jam lalu. Arneta, Prajna dan Domi baru saja keluar kelas. Mata kuliah mereka hanya sampai jam 2 siang. Ketiganya berniat jalan-jalan ke mall namun rencana itu harus batal karena hujan yang turun dengan deras tanpa pemberitahuan. Cuaca yang semula cerah berubah gelap, mendung. Hujan turun dengan derasnya membuat suasana menjadi dingin.
"Loh pulang sama siapa, Net?" Arneta yang sedang menatap kearah parkiran menoleh kearah Domi.
"Nggak tahu. Tadinya ada yang jemput, karena hujan mungkin nggak jadi."
"Kantin aja yok. Liat hujan, jadi laper gue." Prajna mengajak kedua sahabatnya menuju kantin.
Mereka berjalan melewati koridor depan, tepat halaman kampus yang mendadak menjadi kolam renang. Para kating, teman seangkatannya, lebih-lebih mahasiswa stres mulai melancarkan aksinya. Ada yang berlari di bawah guyuran hujan sambil berteriak-teriak, ada yang seluncuran kesana-kemari dengan cengiran lebar, bahkan ada beberapa yang menjadikan musibah hujan deras ini sebagai tempat fotografi dadakan oleh para mahasiswa gaje. Arneta tersenyum, sebenarnya dari tadi jiwa purba nya berontak untuk mengikuti jejak gila para mahasiswa di sana. Tapi harus terpendam kan saat Prajna mewanti-wanti tidak akan meminjami baju ganti.
Suasana kantin ramai, semua meja berisi hanya ada satu yang kosong yaitu di tengah-tengah kantin. Tempat biasa Arneta, Domi dan Prajna nongkrong.
"Mau pesan apa." Domi kembali berdiri hendak langsung memesan makanan mereka.
"Terserah, gue pemakan segalanya." Sahut Arneta yang duduk di kursi berhadapan dengan Prajna dan Domi.
"Loh, Praj?"
"Samain aja."
Domi berlalu menuju dapur mbak Sekar untuk memesan makanan. Tidak lama ia kembali dan duduk di tempatnya tadi.
"Makannya mana?" Tanya Arneta.
"Nanti diatar mbak Sekar."
"Loh ngampus di antar pak Rangga?" Arneta mengangguk menjawab pertanyaan Prajna.
"Pantesan."
"Kenapa?"
"Nggak papa, nanya aja." Arneta mengangguk lantas ikut membuka ponselnya berjelajah di dunia Instagram.
Domi, Prajna dan Arneta sibuk dengan ponsel masing-masing hingga terdengar suara pekikan dan teriakan mahasiswi gaje dan orang-orang yang mulai berlari keluar kantin menarik perhatian ketiganya.
"Mereka kenapa?" Tanya Domi heran.
Arneta mengangkat bahunya tidak tahu.
"Eh tunggu. Kalian kenapa lari." Prajna mencegat salah satu adik tingkat yang kebetulan lewat di dekat meja mereka.
"Itu kak, ada polisi ganteng ikut neduh di lobi kampus." Jawabnya kelewat semangat.
Prajna ber-oh sebagai jawaban, Domi tidak peduli ia kembali pada dunia game online nya. Arneta sendiri hanya diam menerka-nerka siapa gerangan polisi ganteng yang di maksud.
Jangan bilang.!
Ting.
Sebuah notifikasi wa masuk ke ponsel dalam genggamannya. Cepat-cepat Arneta membuka pesan tersebut.
[Saya di lobi kampus. Bisa kesini, saya risih di liatin terus.]
Puk.
Arneta menepuk jidatnya. "Bangke!" Makinya, sebelum berlari meninggalkan kedua sahabatnya yang menatap bingung kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNETA UNTUK RANGGA
RandomArneta Ranjani, Gadis gendeng antikemayu yang sukanya bikin dara tinggi. Gadis 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di dunia perkuliahan. Arneta hanya punya satu kelebihan yaitu memiliki wawasan luas tentang dunia pe-ranjangan. Isi otaknya hanya...