29 | BERANGKAT.

1.7K 118 7
                                    

^^^

Bandara Soekarno Hatta.

Sekali lagi Arneta memeluk tubuh tegap sang pujaan hati, sedikit tidak rela saat pengeras suara bandara mengabarkan sebentar lagi penerbangan menuju Banjarmasin. Arneta tidak sedikitpun mau melepaskan lingkaran tangannya pada tubuh sang pujaan hati tidak peduli deheman dan siulan pak Budi beserta kawan-kawannya.

Bahkan tatapan minat orang-orang yang tertuju padanya Arneta tidak peduli.

"Ekhem.. ekhem.."

Cewiwiiittt..

Siulan siulan menggoda itu terus berbunyi.

Banyak anggota yang akan berangkat satgas ke daerah Kalimantan dengan dipimpin pak Rangga sebagai komandan. Beberapa ada yang di antar sanak keluarga, dan pasangannya termasuklah pak Rangga yang di antar Arneta.

Suasana bandara ramai oleh orang-orang dengan kesibukan masing-masing. Kehadiran para pria berseragam coklat dengan wajah yang masih muda.

Sungguh nikmat tak terduga.

"Ekhem.. ekhem.. udah atuh neng di lepas ayangnya. Itu pesawat udah mau berangkat. Entar klo pulang tak puas puasin peluk-pelukannya." Kelakar pak Budi yang meminta persetujuan teman-teman lainnya.

"Beneerr.."

"Iya teh. Lepas itu tangannya nanti kita kepengen gimana." Lagi terdengar guyonan dari anggota lainnya yang di sambut gelak tawa para pria berseragam coklat tersebut.

Hahahaha.

Ekhem. Ekhem.

Pak Rangga terkekeh, di usapnya belakang kepala Arneta yang wajahnya di benamkan di dada bidangnya.

"Udah dong peluknya, itu di ketawain anak-anak, nggak malu apa?" Goda pak Rangga yang di balas Arneta dengan gelengan kepala di dadanya.

"Nggak mau. Nggak mau pisah."

Dengan lembut Rangga berusaha menjauhkan wajah Arneta dari dadanya, walaupun tangan wanita yang sebentar lagi berulang tahun yang ke 20 itu masih setia memeluk pinggangnya.

"Cuma tiga hari, sayang."

Dengan berat hati Arneta melepas pelukannya tidak semuanya, tangan kurang ajar Arneta masih berada di posisi memegang ujung tas ransel pak Rangga. Bahkan hanya memegang ujung tasnya saja Arneta tidak apa.

Terkekeh pak Rangga melepas tangan Arneta dari tasnya beralih menggenggam tangan gadis itu.

"Dari pada pegang tas, mending pegang tangan saya." Usulnya.

Arneta menggeleng. "Nggak mau." Jeda "Nggak mau pulang maunya di goyang." Senandung Arneta tengil.

Arneta nyengir kuda memperlihatkan deretan giginya.

Satu sentilan mendarat di kening Arneta.

Pletak.

"Aduuhhh.. sakit tau, paakk." Pekiknya dengan tampang teraniaya.

"Kebiasaan kamu nya nggak bisa serius."

"Iya maaf."

"Hem."

Mengecek sekilas kopernya pak Rangga menarik Arneta kedalam pelukannya.

"Saya mau berangkat, kamu hati-hati di sini. Jangan bandel kuliahnya yang rajin." Wejengnya yang di balas Arneta dengan melingkarkan tangan lebih erat masuk kedalam pelukan kekasihnya.

"Neta beneran di tinggal ni?" Pak Rangga mengangguk. "Tiga hari lagi Neta berangkat jadi relawan kerja..." Adunya.

Mengusap surai kepala Arneta sesekali pak Rangga mengecup puncak kepala gadis itu.

ARNETA UNTUK RANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang