^^^
Beberapa hari telah berlalu. Sudah tiga hari Arneta tidak bertemu pak Rangga tercinta yang sibuk dengan tugas-tugasnya, Arneta tidak ambil pusing namanya juga apdi negara pikirnya. Seperti biasa Arneta kembali pada rutinitasnya. Hari yang cerah mampu mengantarkan Arneta bertandang ke cafe baru langganannya.
Suasana cafe Bulan yang saat ini sedang trend di kalangan anak muda dengan dekorasi awan tersebut ramai oleh pengunjung mengingat hari ini weekend. Banyak muda mudi yang menghabiskan waktunya bersama sahabat dan pasangan di cafe tersebut yang memang akhir-akhir ini banyak digemari karena interior dan menu makanannya yang enak dan ramah di kantong. Tidak mau ketinggalan trend Arneta juga mengajak kedua sahabat baiknya untuk menghabiskan waktu makan siang mereka di tempat ini.
"Sejak kapan." Pertanyaan itu terlontar dari mulut Domi yang penuh oleh nasi goreng spesial milik Prajna.
Pokus kedua bulek beda jenis kelamin tersebut hanya pada satu objek nyata, yakni gadis Tionghoa indo dengan tampang tengil minta di tabok yang naasnya adalah sahabat mereka.
Arneta Ranjani. Hari ini gadis yang ngakunya calon penghuni surga itu begitu menggemaskan.
Rambut panjangnya terikat cempol, sedikit acak-acakan yang sejak kapan ia ubah berwarna coklat tua dengan celana jeans sobek-sobek sepaha, switer rajut kuning kebesaran yang di masukan kedalam di bagian depannya, dengan tas kecil berbentuk kepala boneka beruang. Dan jangan lupakan sepatu sneaker putih dengan kaos kaki putih renda-renda yang menambah kesan imut.
Penampilan Arneta saat ini persis girls group korea yang sering tayang di acara tv yang sering di tonton Lita teman sekelas mereka.
Arneta menggeleng, wajahnya serius meneliti setiap kata yang tertara pada kertas dalam genggamannya. Mencoba abai dengan segala pertanyaan yang di lontarkan kedua sahabatnya.
"Kok bisa, nama gue ada di sini!?" Protesnya tidak terima, melenceng jauh dari topik yang mereka bahas saat ini.
Namanya berada di urutan teratas nama mahasiswa yang akan menjadi relawan kerja di daerah pesisir Lombok.
Sejauh ini rasanya ia belum pernah menyetujui wancana tersebut.
Prang.
Srek.
Plung.
Domi menganga dengan nasi goreng yang keluar dari mulutnya. Sedangkan Arneta meringis, menatap naas pada kertas putih yang tadi di genggamannya yang kini sudah berubah menjadi kertas hijau berbau pukat.
Sedangkan Prajna, tersangka utama yang merampas, merobek dan melempar kertas tersebut menepuk kedua tangannya bertingkah seolah sedang membersihkan sisa-sisa debu.
Prajna menunjuk kertas naas tersebut menggunakan dagunya. "Mau bernasib sama." Ucapnya dengan tampang datar.
Wanita bule tersebut tidak suka saat seseorang mengabaikannya. Terutama di saat ia menuntut jawaban.
Arneta menggeleng, Domi meneguk ludah.
Haahh.
Menghela nafas sebelum benar-benar menjelaskan tentang hubungan yang sedang ia jalani sekarang, Arneta menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi mencari posisi nyaman sebelum mulai bercerita.
Ia bingung harus memulai dari mana, pasalnya kedua temannya itu lagi-lagi menghilang beberapa hari dan saat muncul hari ini keduanya langsung memberondong nya dengan banyak pertanyaan tentang hubungannya dengan pak Rangga.
"Gue jadian sama pak Rangga."
Domi melotot. "Sejak kapan?" Tanyanya heboh.
Brak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNETA UNTUK RANGGA
RandomArneta Ranjani, Gadis gendeng antikemayu yang sukanya bikin dara tinggi. Gadis 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di dunia perkuliahan. Arneta hanya punya satu kelebihan yaitu memiliki wawasan luas tentang dunia pe-ranjangan. Isi otaknya hanya...