Only Know - 34

429 45 3
                                    

Only Know - 34 : Akhir Kisah

-----

Beberapa tahun kemudian...

"Permisi, pemiliknya ada?"

Seorang penjual toko bunga menoleh saat melihat pria bertubuh tinggi tegap muncul dan masuk ke dalam toko. Dia tersenyum manis sembari geleng-geleng kepala.

"Ada di sini kok." sahut sang penjual toko ramah.

Pria itu berjalan mendekat lalu merentangkan kedua tangannya, dia menaik-turunkan alis seraya menggoda.

"Kamu gak mau peluk aku?" pancingnya. "Sudah delapan bulan kita tidak bertemu loh, harusnya kamu merasa terhormat karena aku datang ke tempatmu."

Si penjual toko—Athanasia tertawa singkat lalu memeluk tubuh pria di hadapannya. Dia menepuk-nepuk punggung pria tersebut.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Athanasia pelan.

Pria berambut merah itu hanya mendengus malas. "Begitu saja, setiap hari aku bekerja sampai-sampai belum tidur. Sudah dua bulan aku tidak istirahat."

Athanasia melepas pelukannya lalu melotot tajam, dia langsung berkacak pinggang.

"Kau ingin mati? Setidaknya tidurlah sebentar demi kesehatanmu." ia mengomel.

"Sayang sekali aku tidak bisa mati," balas pria itu dengan nada mengejek. "Jangan khawatirkan aku, pirang."

Athanasia mencibir pelan saat Nael berjalan melewatinya lalu duduk di bangku. Penyihir itu menuangkan teh hangat ke dalam cangkir yang ada di sebelah kue.

Saat ingin menyeruput teh tersebut, perhatian Nael berpindah ketika melihat sebuah kartu undangan di atas meja. Dia mengangkat sebelah alis.

"Kau benar-benar ingin menikah? Dengan pria yang dijodohkan ayahmu itu?!" tanya Nael tidak percaya.

Athanasia duduk di hadapan Nael sambil mengangkat cangkir tehnya, dia tertawa kecil. "Reaksimu berlebihan sekali."

"Oh tentu saja, bagaimana bisa kau langsung menikah tanpa persetujuanku?" ketus Nael sebal. "Banci pirang sialan itu memang seenaknya...."

Senyum tipis terukir di bibir Athanasia, dia menopang dagu sembari menatap Nael dari atas sampai bawah.

"Hmm, kau baru dari mana sebelum ke sini? Sepertinya kelelahan sekali."

Nael menyilangkan kakinya, "kau cukup peka. Aku baru saja mengecek pohon dunia untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang berbahaya."

"Maksudmu?" tanya Athanasia keheranan.

Sesaat, Nael menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dia mencondongkan badan ke arah Athanasia.

"Minggu lalu, aku baru saja menghabisi Caraks dan Aethernitas. Setidaknya dendamku sudah terbalas setelah membunuh mereka,"

"Kalung yang mereka salah gunakan juga sudah aku kembalikan pada dewa," ia menambahkan.

Nael mengusap tangannya. "Dan kau tau? Tanganku ini jadi kotor ... menjijikan sekali ketika membayangkan mereka." cerocosnya.

Tawa Athanasia pecah, dia suka melihat ekspresi yang Nael tunjukkan. Itu cukup menghiburnya dan memperbaik suasana hati.

Semenjak kejadian bertahun-tahun lalu, akhirnya Athanasia bisa bangkit lagi berkat Nael. Penyihir itu selalu menemaninya meskipun sedang sibuk.

Ini membuat Athanasia merasa punya sahabat dekat sekaligus kakak kandung.

"Kau ingin cuci tangan dengan bunga-bungaku?" tanya Athanasia santai.

Nael mendengus, "itu kan barang jualanmu, jangan melakukan hal bodoh deh kalau sampai merugikan." sindir penyihir itu.

Athanasia hanya mencuatkan bibir. Dia melipat kedua tangannya di atas meja lalu menoleh ke arah jendela, gadis itu memejamkan mata.

Hari ini agak melelahkan.

"Oh iya, kapan kau akan menikah?"

Seketika, Athanasia kembali melirik Nael. "Kenapa ya? Memang kau ingin datang ke pernikahanku?"

"Cih, tentu saja tidak," sahut Nael ogah-ogahan. "Aku yakin kau tidak mencintai calon suamimu, belum lagi ayahmu itu kan juga menyebalkan. Kau mau aku bertengkar lagi?" ancam Nael.

Athanasia mengaduk tehnya. "Aku tidak selicik itu...."

"Ya, kita lihat saja nanti,"

Kemudian Nael bangkit berdiri dari posisi duduknya, "aku mau pergi sebentar, aku akan kembali lagi nanti malam. Kita ketemuan saja di kamarmu ya." ia terkekeh.

Dumelan sinis keluar dari bibir Athanasia, dia memutar bola matanya malas.

"Terserah! Jangan lupa bawakan aku coklat yang banyak ya."

Ctak!

Tanpa menyahut sama-sekali, Nael langsung bergegas pergi dengan menjentikkan jarinya. Sekarang ini Athansia kembali sendirian di dalam toko.

Gadis itu termenung sebab teringat lagi dengan sosok Lucas. Athanasia memang sudah ikhlas, tapi kesedihan masih ada di lubuk hatinya.

Sekarang ini Athanasia berusaha keras memulai hidup yang baru meskipun tanpa Lucas di sisinya.

Sekarang ini Athanasia berusaha keras memulai hidup yang baru meskipun tanpa Lucas di sisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku minta maaf ya kalau endingnya kurang memuaskan, terimakasih yg sudah baca ceritaku :)

Semoga sehat2 selalu kalian!

Jakarta, 2021
HolahGlory

Only Know✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang