Tak terasa, sudah 3 hari Jihan tinggal di rumah Bulan. Gak ada yang spesial sih di sini. Palingan kasih sayang Bulan dan Sirius aja yang menurut Jihan spesial--alias gak pernah dia dapatkan sebelumnya.
"Han, lo gak mau jalan jalan keluar, sekalian tour gitu?" tanya Bulan yang lagi ngedekam di dalam kamar Jihan.
"Ogah. Males," tolak Jihan, membuat Bulan ngehela napas panjang.
"Kenapa, sih? Namanya manusia itu, kan harus bersosialisasi. Entar lo gedenya gimana kalau gak bisa bersosialisasi, hah?!" Mulai dah, sisi cerewet Bulan muncul di permukaan.
Jihan menghela napas pelan, lalu merebahkan diri di atas kasur empuknya. "Gue cuma takut...," lirihnya.
"Hm?" Bulan berdeham dengan nada bertanya. "Kenapa?"
"Gue cuma takut, Lan... Takut mereka yang di luaran sana gak bakalan nerima gue, kayak lo dan Ibu lo. Itu doang yang gue takutin," jawab Jihan.
Bulan tersenyum tipis, dan mengusap surai Jihan dengan lembut. "Gak kok. Mereka gak kayak, Han. Lo gak bisa menilai semua orang itu sama. Pasti ada yang berbeda, dan gue jamin itu."
"Gue masih gak bisa percaya sama ucapan lo, Lan." Jihan masih bersikeras dengan pendiriannya.
"Kalau gak percaya, mending lo lihat langsung. Gue temenin," usul Bulan.
"Lihat apaan?" tanya Jihan dengan nada malas, pura pura gak tahu.
"Aish.. Pake nanya lagi. Ya, lihat keadaan desa ini. Dijamin lo bakalan nyaman sama penduduk sekitarnya," jawab Bulan, menahan rasa gregetan sama orang yang ada di hadapannya.
"Mager."
"Heleh... Giliran diajak keluar, malah mager." Bulan misuh misuh, dan kemudian menarik tangan Jihan dengan paksa, membuat si tupai mungil itu terseret.
Jihan mah pasrah diseret seret kayak koper gini. Lah wong, dia udah biasa diginiin dirumah.
Di depan rumah, Bulan udah gak lagi nyeret Jihan, dia malah gendong si tupai itu di punggungnya.
"Woi, Lan! Itu sapa?" sapa seorang remaja yang seumuran dengan Bulan, Julian namanya.
"Eh, Jul. Akhirnya gue ketemu lo juga. Btw, ini temen gue di Jakarta, Jihan namanya," jawab Bulan, membuat Julian mengangguk.
Bulan menoleh ke belakang, memberikan isyarat kepada Jihan untuk mengenalkan dirinya di depan Julian.
"Eh, gue Jihandra, panggil aja Jihan. Temennya Bulan," ucap Jihan gelagapan sendiri, lalu menjabat tangan Julian.
"Gue Julian, biasanya sih dipanggil July. Salken, Han." Julian tersenyum manis kepada Jihan, membuat Jihan ikut membalas senyuman tersebut.
"Udah, udah, jangan saling senyum. Entar ada yang ambyar." Dan si kampret Bulan malah mengacaukan suasana.
"Senyum itu ibadah, Lan," sahut Julian dengan wajah datar. Kesel aja gitu sama Bulan. Lagi suasana romantis, tiba tiba si bapak kucing itu malah nyeletuk.
"Tapi ya, gak kayak gitu juga!" bantah Bulan membuat Julian tersenyum ngeselin.
"Ada yang cembokur nih..." Dan kemudian, Julian kena timpuk batu sama Bulan.
"Lo jahat amat, dah, Lan," komentar Jihan.
••••
"Nah, ini lapangan utama desa ini. Biasanya kalau hari Minggu, ada acara kayak lomba lomba gitu sih. Tapi sekarang kayaknya udah gak pernah ada lagi lomba lomba semacam gitu," jelas Bulan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [Minsung]✔
FanfictionGerhana Jihandra Rafandra hanyalah seorang remaja yang lelah dengan hidupnya sendiri. Hidupnya itu kayak gak tenang aja gitu, setiap hari ada aja masalah yang datang silih berganti, seperti tak membiarkannya untuk tenang barang sesaat pun. Jihan le...