"Pelan pelan aja, Nak Jihan. Kakimu bisa sakit kalau terburu buru," peringat suster yang sedang membantu Jihan untuk melatih kakinya.
"Tenang aja, sus. Kaki Jihan udah pulih kok, jadi gak bakalan sakit," balas Jihan sambil kembali berjalan dengan sedikit cepat.
Suster yang mengawasi Jihan hanya menghela napas pelan. Emang sih, kaki Jihan udah sepenuhnya pulih, tapi kalau terburu buru bisa berakibat fatal bagi diri Jihan sendiri.
Sayangnya, Jihan enggan mendengarkan ucapan suster tersebut. Tuh anak rada keras kepala, jadi susah diaturnya.
Blitz
"Aaaaaa"
Lagi asik asiknya jalan ke sana kemari, lampu ruangan tersebut pun padam. Membuat si tupai itu kaget dan jatuh terduduk.
Bukan hanya Jihan yang kaget, suster tersebut pun juga sama.
"Nak Jihan, kamu gak apa apa?" tanya suster itu sambil menerawang di tengah kegelapan.
Jihan yang lagi ngelus ngelus kaki, mengangguk pelan. "Jihan gak apa apa kok."
Bohong. Karena nyatanya kaki kirinya sekarang terasa nyut nyutan parah.
Jihan menoleh ke belakang kala menyadari kalau suster yang tadinya berada di belakangnya sudah tidak ada. Seolah lenyap bersamaan dengan kegelapan yang datang menyelimuti.
"Suster?"
Tidak ada sahutan sama sekali. Suster yang menemaninya telah pergi entah kemana.
Si mungil itu tampak bergerak gelisah karena takut. Ketakutan terbesarnya adalah tertinggal sendirian di tengah kegelapan yang sunyi. Dan sekarang itulah yang dialaminya sekarang ini.
Hidung Jihan mulai memerah karena menahan tangis. Lagipula, siapa yang berani dihadapkan dengan kegelapan seperti ini? Mungkin hanya satu dari ribuan orang di bumi ini.
Sampai sebuah cahaya menyorot ke salah satu sudut ruangan. Harapan muncul seketika itu di hati Jihan. Berharap cahaya itu bisa membawanya keluar dari sini.
Tap.... Tap.... Tap....
Suara derap langkah kaki seseorang terdengar menggema di tempat tertutup ini. Jihan yang mendengar derap langkah kaki tersebut, semakin memeluk kedua kakinya karena takut. Berharap itu bukanlah pertanda buruk.
Suara yang tadinya samar samar, kini terdengar jelas. Langkah kaki itu seolah datang menghampiri Jihan.
Si manis itu hanya memejamkan matanya kala merasakan sentuhan hangat di pundaknya.
Dan kemudian-
Blitz
-lampu yang berada tepat di hadapannya menyala degan terang, membuat seisi ruangan mulai terang remang remang.
Karena penasaran, Jihan membuka matanya perlahan lahan.
Tampaklah sosok lelaki yang lebih tinggi dari Jihan, berdiri di hadapan si manis dengan sebuket bunga daisy putih yang dicampur dengan beberapa bunga mawar putih, baby breath, dan juga bunga aster putih. Serba putih pokoknya.
Dan begitu semua lampu dinyalakan, barulah Jihan sadar kalau di sosok depannya itu adalah Bulan.
"Hei... Maaf nakutin lo," ucapnya sambil berjongkok, menyamakan tingginya dengan tinggi Jihan yang sedang duduk. "Tapi percayalah, itu semua karena gue mau buat kejutan buat lo."
Jihan gak paham apa apa, cuma bisa masang wajah cengo yang terkesan terlalu polos.
Bulan terkekeh pelan, lalu mencubit pipi Jihan yang lumer itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [Minsung]✔
ФанфикGerhana Jihandra Rafandra hanyalah seorang remaja yang lelah dengan hidupnya sendiri. Hidupnya itu kayak gak tenang aja gitu, setiap hari ada aja masalah yang datang silih berganti, seperti tak membiarkannya untuk tenang barang sesaat pun. Jihan le...