Chapter 23 - Hari Terakhir

283 50 4
                                    

Ini hari terakhir Jihan di dunia ilusi. Hari terberat bagi Jihan, Bulan, Felix, dan tentu Sirius. Tapi mereka harus melewatinya, apapun alasannya.

Pagi pagi banget, Jihan udah bangun. Gak ngapa ngapain cuma jalan di depan rumah sambil ngelihatin view desa ini yang bagus banget atau sekedar muter muter di dalam rumah sambil menyapa kucing kucing Bulan.

"Hei, Soonie. Nanti kalau gue udah gak ada di dunia ini, tolong jaga Bulan, Ibu, sama Felix, ya. Jangan biarin mereka tersesat di hutan, terutama Felix," pesan Jihan, dan hanya dibalas eongan kecil dari Soonie.

Sepertinya Soonie paham apa yang diucapkan Jihan.

Beralih ke Doongie. Jihan tersenyum, lalu mengucapkan hal yang kurang lebih sama seperti Soonie tadi.

"Kayak yang gue bilang ke Soonie, jaga yang lainnya, oke? Jangan nakal, kasihan Bulan nanti," Jihan berpesan pada anak kucing berwarna hampir sama dengan Soonie itu.

Lalu beralih ke kucing yang satunya lagi. Siapa lagi kalau bukan Dori?

"Hei, Dori. Tumbuh dengan baik ya. Jangan nakal. Jagain juga itu majikan lo, jangan sampai dia ikutan tersesat di hutan, oke?"

Setelah berucap seperti itu, Jihan lantas mengelus satu per satu kucing kucing tersebut.

Ada rasa tak rela mau ninggalin mereka, termasuk Bulan, Felix, dan Sirius. Tapi Jihan harus menepis segala rasa tersebut.

Demi orang orang tercintanya juga--sekalipun orang orang tersebut tak mencintainya balik.

Tanpa Jihan sadari, ada seseorang yang memperhatikan dirinya dari kejauhan dengan senyum tak rela.

Bulan.

Sama seperti Jihan, Bulan pun tak rela melepas Jihan yang bahkan dia anggap melebihi saudaranya. Tapi Bulan sadar, kini bukan saatnya dia untuk egois. Dia harus memikirkan konsekuensi kedepannya.

"Lan, sejak kapan lo di situ?" Lamunan Bulan buyar kala Jihan memanggil manggil namanya.

"Gak lama sih. Mungkin sekitar 5 menitan. Kenapa?" jawab Bulan sambil menghampiri Jihan yang masih mengelus satu per satu kucing kucing miliknya.

"Gak, nanya doang," jawab Jihan, masih dengan senyuman khasnya. Gummy smile.

Kini, Jihan berjongkok untuk memungut anak anak kucing tersebut, dan menggendongnya secara bersamaan.

Bulan yang melihat hal tersebut, hampir menjerit heboh. Hei, itu kalau salah satu dari anak anaknya jatuh, gimana?

Untungnya, hal itu tidak terjadi sama sekali, jadi Bulan bisa merasa sedikit lega.

"Gak terasa ya, gue bentar lagi pergi. Kayaknya gue di sini cuma sebentar. Kayak berasa cuma sebulanan doang," ucap Jihan, membuat Bulan  menoleh.

Bulan berusaha mempertahankan raut wajah datarnya. Dia gak boleh nangis di depan Jihan. Kalau dia nangis, Jihan bisa aja menolak untuk kembali ke dunianya.

"Hm... Padahal kalau lo mau tahu ya, Han. Lo di sini tuh lumayan lama," sahut Bulan.

"Oh, ya?" Jihan berujar, sedikit dengan nada tak percaya.

"Hm. Mungkin bisa lebih dari sebulan lo di sini. Tapi lo gak sadar aja," jawab Bulan.

"Gue kadang masih gak nyangka. Pertemuan kita ternyata gak nyata ya?" Jihan kembali berucap.

"Gue sering mengabaikan fakta kalau kita ini di dunia ilusi. Gue selalu meyakinkan diri kalau ini tuh bukan dunia ilusi." Bulan kembali menyahut. "Tapi semakin gue meyakinkan diri, semakin terasa berat bagi gue. Rasanya kayak lo ngarang cerita ke orang lain, dan lo berusaha biar mereka percaya. Padahal itu suatu kebohongan."

Lucid Dream [Minsung]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang