Chapter 28 - Terapi Pertama

320 40 0
                                    

Sean menghela napas pelan, begitu juga dengan Ayesha. Keduanya sama sama menatap ke arah gundukan selimut di atas bangsal rumah sakit.

"Han... Ayo terapi, biar lo bisa ngomong lagi kayak dulu," bujuk Sean sambil berusaha menyibakkan selimut yang dipake sama Jihan.

Jihan tampak menggelengkan kepalanya di bawah selimut tebal tersebut.

Yang lebih tua mengusap wajahnya kasar. Kenapa pula dia punya adik keras kepala kayak yang satu ini?

"Ayo, jangan takut. Dokter Dian gak bakalan ngegigit kok," bujuk Sean untuk sekian kalinya sambil mengelus kepala Jihan yang ditutupi selimut.

Merasa bakalan sia sia aja, Ayesha akhirnya turun tangan juga. Ditariknya pelan Sean agar memberinya celah untuk mendekat ke arah Jihan.

Diamatinya gundukan yang tak bergerak tersebut, lalu ditariknya pelan selimut tersebut. Cukup lama Ayesha menarik narik kain yang menutupi tubuh Jihan.

Sret...

Selimut tersebut berhasil ditarik oleh Ayesha. Tampaklah sosok mungil yang meringkuk di atas kasur.

"Jihan... Kenapa gak mau terapi? Jangan takut, dokternya baik kok, dia temennya Sean," tanya Ayesha sambil mengelus pelan pipi gembil sang anak bungsu.

Jihan membuka matanya, dan menatap Ayesha dengan mata berkaca kaca.

Ayesha jelas kaget. Kenapa pula anaknya ini nangis? Apa dia gak sengaja ngebentaknya? Kayaknya enggak.

Wanita tersebut duduk di pinggiran bangsal, lalu menggenggem tangan mungil tersebut, menyalurkan kehangatan kepada sosok tupai tersebut.

"Kenapa nangis, hm? Mama tadi ngomongnya kekencengen ya, sampai kamu kaget?" tanya Ayesha, dan dibalas gelengan pelan dari Jihan.

"Bukan itu...." Jihan menggeleng sambil menggerakan kedua tangannya, membentuk sebuah bahasa isyarat.

Ayesha menghela napas pelan, lalu kembali menatap anaknya itu. "Terus kenapa nangis? Takut diterapi?"

Dan bisa wanita tersebut lihat, si anak tampak mengangguk samar. Tampak pula raut wajah ketakutan di sana.

"Gak apa apa. Dokter Dian itu baik kok orangnya. Mama sama Papa juga kenal dia. Tenang aja," hiburnya, mencoba untuk meyakinkan tupai mungil tersebut.

"Lagipula, Mama sama Sean juga bakalan nemenin Jihan selama terapi. Semua bakalan baik baik aja," lanjut Ayesha lagi.

Jihan diem lama. Kayaknya lagi mikir. Terus gak lama kemudian, si manis mengangguk sebagai jawabannya.

Ayesha dan Sean langsung bernapas lega. Akhirnya si Jihan bisa dibujuk juga.

Dengan segera, Sean mendorong kursi roda mendekat ke arah ranjang Jihan, supaya tuh anak bisa gampang naik ke atas situ.

Dengan dibantu sedikit sama Ayesha, Jihan berhasil naik ke kursi roda setelah hampir 5 menit mencoba.

••••

Jihan terlihat menunduk, enggan mengangkat wajahnya. Padahal dokter di depannya ini mau meriksa keadaan pita suaranya.

"Jihan, buka mulutnya sebentar aja. Cuma mau diperiksa doang," bujuk Dokter Dian yang udah capek megangin senter, tapi Jihannya enggan membuka mulutnya.

Ayesha yang duduk di samping Jihan, lantas menggenggam tangan mungil tersebut dan dielus pelan. Seolah bilang, "Gak apa apa. Tenang aja."

Lucid Dream [Minsung]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang