Habis jalan jalan keliling desa, Jihan dan Bulan kembali lagi ke rumah untuk makan siang. Btw, di desa ini gak ada warung makan atau sekedar warteg kecil kecilan. Jadi kalau makan, mau gak mau harus balik ke rumah.
"Bu, masak apa nih?" seru Bulan sambil berlari memasuki area ruang makan.
"Eh, udah pulang, nak? Ini masak sayur sop dan tempe goreng," jawab Ibu sambil mengambilkan nasi untuk Bulan dan Jihan.
"Weis... Mantep tuh!" Jihan yang jalan di belakang Bulan, langsung berseru girang. Walaupun Jihan dulunya orang kaya, Jihan tetep suka sama makanan kayak gini. Lebih sederhana aja gitu.
Jihan langsung duduk di meja makan, dan mengambul piring berisi nasi, lalu mengambil tempe goreng dengan jumlah yang cukup banyak.
"Lo suka tempe juga, Han?" tanya Bulan, heran.
"Lah, emangnya gak boleh?" Jihan malah berbalik tanya dengan tempe di dalam mulutnya.
Bulan menggeleng pelan. "Bukan gitu, Han. Cuma lo dulunya orang kaya, kan? Biasanya orang kaya jarang makan makanannya kayak gini," jawab Bulan, membuat Jihan mendengus pelan.
"Gue manusia juga, Lan. Pasti lah suka tempe. Lagipula, siapa sih yang gak suka tempe goreng ditepungin dicocol pake sambel terasi?" Jihan berujar sambil mencocol tempe goreng di tangannya dengan sambel terasi di hadapannya.
"Siapa tahu aja gitu."
Ibu menggeleng gelengkan kepalanya pelan. Heran, ini anak dua kok rusuh banget? "Udah udah, jangan berantem. Makan yang bener."
Jihan dan Bulan menurut. Mereka makan dengan lahap, tanpa bersuara.
Bahkan sampai selesai makan pun, Jihan dan Bulan gak ada yang bersuara--kecuali kalau ada hal penting yang harus diberitahu.
••••
"Lan, kok lo jadi pendiem sih? Lagi ada masalah?" tanya Jihan sambil menoel noel pipi Bulan.
"Lah, emang gak boleh?" tanya Bulan dengan nada ngeselin.
"Ya, gak boleh lah!" balas Jihan dengan kerasnya, membuat telinga Bulan berdengung. "Entar gue gak ada temen bacot lagi..."
Bulan mendengus pelan. "Ya, kan lo bisa minta tolong Ibu buat adu bacot sama lo."
"Idih, ogah," tolak Jihan. Masa iya dia disuruh adu bacot sama Ibu--yang kadang masih canggung sama dia--?
"Jangan jadi pendiem, elah... Entar gue kesepian," rengek Jihan, membuat Bulan bingung sendiri.
"Eh, iya iya. Kagak kok." Bulan berujar sambil mengelus rambut Jihan.
Jihan tersenyum lalu memeluk Bulan dengan erat. Berasa jadi parasit aja dia, nemplok sama pohon inangnya.
"Btw, tadi lo bilang, lo mau bantuin gue nyari Felix..." Bulan kembali membuka topik pembicaraan baru.
Jihan mengangguk pelan, lalu mendongak. "Ya, terus?"
"Lo mau bantuin gue?" tanya Bulan lagi, membuat Jihan mengangguk.
"Bantuin nyari Felix?" Jihan memastikan, lalu mengangguk untuk menyanggupi permintaan perdana Bulan. "Gue mah gak apa apa. Selagi lo yang minta, gue turutin."
"Bucin amat dah lo," komentar Bulan.
"Suka suka gue lah," balas Jihan, membuat Bulan mencubit pipi lumer Jihan.
Jihan cemberut, dan menyingkirkan tangan Bulan dari pipi gembilnya. Bukannya berhenti, Bulan malah semakin gencar untuk mencubit pipi lumer tersebut.
"Bwulan! Pipi gwue jangwan ditarik tarik!" Jihan malah ngomel ngomel dengan suara tak jelas akibat cubitan di pipinya.
"Gemes gue. Lo lucu banget!" Bulan malah semakin gemes, dan semakin menarik narik pipi lumer tersebut. Bukan hanya satu yang ditarik, melainkan keduanya.
Grawuk...
"Aww!"
Bulan meniup niup tangannya yang digigit oleh si siluman tupai. "Kok lo gigit sih?" tanyanya dengan wajah dibuat sendu.
Jihan memutar mata malas. "Salah sendiri. Ngapain mainin pipi gue. Kalau pipi gue copot gimana?"
"Ya, tinggal dipasang balik. Apa susahnya?"
Jihan menghela napas berat. Ngomong sama orang di sampingnya tuh susah. Berasa kayak ngomong sama hewan ternak aja.
"Iya deh, iya. Jangan ngambek." Pada akhirnya, Bulan mengalah juga sama Jihan. Bahaya kalau gak ngalah, bisa bisa dia tinggal nama doang.
Jihan tak menyahut. Bibirnya dia majukan, sok ngambek. Padahal jatuhnya malah kelihatan lucu gitu. Bulan, kan jadi kena uwu phobia kalau kayak gini caranya.
"Jangan imut imut napa. Jantung gue lemah sama yang kayak gini," protes Bulan sambil menarik pelan pipi kiri Jihan.
"Biarin!"
Karena udah terlanjur gemes sama tingkah manusia imut di hadapannya, Bulan memeluk Jihan dengan erat disertakan dengan kecupan di surai Jihan.
Jihan gak memberontak, malah ikutan membalas pelukan Bulan.
Jadilah dua manusia itu peluk pelukan. Sambil sesekali ngejahilin satu sama lain. Jihan dengan isengnya narik rambut Bulan, dan Bulan malah membalasnya dengan menarik pipi Jihan.
Udahlah, mereka gelut tapi versi softnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [Minsung]✔
FanficGerhana Jihandra Rafandra hanyalah seorang remaja yang lelah dengan hidupnya sendiri. Hidupnya itu kayak gak tenang aja gitu, setiap hari ada aja masalah yang datang silih berganti, seperti tak membiarkannya untuk tenang barang sesaat pun. Jihan le...