Matahari udah naik tinggi, bahkan sudah hampir di atas kepala, namun sosok tupai tersebut belum juga bangun.
Bulan yang kemarin tidur di sampingnya sudah bangun terlebih dahulu. Sekarang ini, remaja itu tampak menatap sosok mungil yang sedang tertidur dengan posisi lucu.
Tupai mungil itu tampak tertidur dengan posisi terlentang dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya hingga dagu. Poninya yang berantakan tak jarang mencolok matanya. Bibir mungilnya terbuka sedikit dengan deru napas teratur yang keluar dari sana.
Bulan mengulum senyumnya. Entah kenapa Jihan yang sedang tertidur tampak sangat lucu di matanya.
Ingin rasanya Bulan membangunkan si kebo berkedok tupai mungil di hadapannya ini, namun tak jadi karena dia ingin memandangi wajah lugu Jihan lebih lama.
Namun ternyata, keinginannya pun kandas dalam hitungan detik dikarenakan sosok yang sedang ia perhatikan tiba tiba terbangun dan menatapnya bingung.
"Lan, kenapa?" tanya Jihan sambil mengucek kedua matanya yang masih enggan untuk terbuka.
Bulan langsung menggeleng ribut. Gak mau imagenya rusak karena ketahuan memandangi Jihan dengan lekat.
Untungnya, Jihan gak peduli dengan gelagat aneh Bulan. Si mungil itu malah kembali menarik selimutnya dan bersembunyi di balik kain tebal berbahan wol tersebut.
"Lah, mau tidur lagi?" Bulan menahan tangan Jihan, lalu menyibakkan selimut tersebut.
Jihan menatap Bulan dengan tatapan tajam yang justru terlihat sangat lucu. "Gue masih ngantuk, Lan!" gerutunya sambil kembali merebahkan diri, mengabaikan selimutnya yang dimainin sama Bulan.
"Tidur mulu perasaan. Gak capek?"
Jihan menggeleng. "Enggak!" jawabnya singkat, padat, dan jelas.
Bulan hanya bisa menatap Jihan dengan tatapan datar. Makin hari, Jihan semakin males malesan. Tidur dari malem sampai ketemu malem lagi. Heran, itu tidur apa simulasi mati?
"Han, gue mau nanya." Bulan tak lagi menghiraukan fakta bahwa Jihan hampir tertidur lagi, dia malah membuka topik pembicaraan baru.
"Hm." Jihan hanya menyahut dengan dehaman pelan.
"Lo ada gambaran gak sih, tentang keberadaan Felix? Dia masih hidup apa... Udah... Ya begitulah?" tanya Bulan dengan lirih, menyiratkan keraguannya yang mendalam.
Jihan tak jadi tertidur, kini dia mendudukkan diri sambil bersandar di headboard kasur.
"Felix masih hidup." Oke, kalimat pertamanya membuat Bulan berekspektasi tinggi.
"Dia sekarang ini lagi di hutan, seberang desa ini," lanjut Jihan, membuat senyuman Bulan meredup.
"Hutan?" Bulan mengernyitkan keningnya samar.
Jihan menganggukkan kepalanya. "Kemarin gue ketemu sama Felix di mimpi gue. Dia tiba tiba nongol gak tahu dari mana."
Bulan kini menatap Jihan dengan serius, berusaha merekam setiap ucapan yang keluar dari mulut mungil Jihan.
"Dia bilang, dia masih hidup dan sekarang ada di hutan seberang sana. Dia minta tolong gue buat nyariin dia di sana."
Baru aja Bulan ingin bertanya, Jihan udah berucap lebih dulu, menjawab pertanyaan dalam hati Bulan.
"Felix ngizinin lo buat ikut nyariin dia." Senyuman Bulan mengembang saat mendengar ucapan Jihan barusan.
Bulan langsung menerjang Jihan, dan memeluknya erat. "Jadi kapan kita nyari dia?" tanya Bulan tanpa melepaskan pelukannya pada Jihan.
Jihan mendorong muka Bulan yang terpaut terlalu dekat dengannya. "Secepatnya," jawabnya singkat, lalu membalikkan badan untuk tidur kembali.
"Ya, kapan?" tanya Bulan, masih dengan senyuman manis di wajahnya.
Jihan menjawab tanpa membalikkan tubuhnya untuk menghadap Bulan, "Kalau gue udah selesai tidur."
Bulan berdecak kesal. Kesel aja gitu ngelihat Jihan dari kemarin tidur mulu kayak lagi hibernasi.
"Lo sandy ya?" Pertanyaan Bulan yang kelewat random membuat Jihan membalikkan badannya untuk menatap Bulan dengan tatapan bingung.
"Maksudnya?" tanya Jihan, masih dengan tatapan bingung yang menggemaskan.
"Sandy, kan tupai, sama kayak lo. Dia hobinya hibernasi, lo juga sama," jelas Bulan, membuat Jihan mendengus kesal. Enak aja dirinya disamain dengan tupai yang tinggal di bawah laut itu.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Jihan kembali memejamkan matanya setelah berbalik badan memunggungi Bulan.
Bulan mengernyitkan keningnya, lalu dengan iseng menoel noel pipi gembil Jihan, membuat Jihan terusik dalam tidurnya.
"Tok tok tok... Jihan? Lagi ngambek ya?" Bulan bertanya dengan punggung tangan mengetuk pelan pipi Jihan, seolah lagi ngetok pintu.
Jihan hanya bisa mendengus pelan, lalu menghela napas pelan dalam tidurnya. Emang ya, Bulan itu ngeselin.
"Yah... Beneran ngambek," gumam Bulan saat tak mendengar jawaban dari Jihan. "Han... Lo ngambek beneran?" tanyanya sambil mengguncangkan tubuh Jihan.
"Hm. Apa lagi?" Jihan yang terusik, langsung membuka suaranya.
"Lo ngambek?"
"Enggak."
"Enggak bohong. Lo pasti ngambek!"
Jihan berdecak kesal, lalu menatap Bulan. "Bisa diem gak?"
"Enggak." Bulan menjawab dengan wajah sok polosnya, membuat Jihan menarik napas dalam dalam, berusaha sebisa mungkin untuk gak nampol wajah ngeselin Bulan.
"Oke, kalau kayak gitu. Gue gak ngizinin lo ngikut nyariin Felix di hutan."
Kini Bulan mati matian untuk membujuk Jihan yang udah terlanjur ngambek.
«Kolom Kritik Dan Saran →»
(A/N):
Hehe... Kemarin lupa up. Biasa, terlalu serius str34m1ng, jadi kelupaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucid Dream [Minsung]✔
FanfictionGerhana Jihandra Rafandra hanyalah seorang remaja yang lelah dengan hidupnya sendiri. Hidupnya itu kayak gak tenang aja gitu, setiap hari ada aja masalah yang datang silih berganti, seperti tak membiarkannya untuk tenang barang sesaat pun. Jihan le...