Chapter 30 - Kenyataan Yang Baru Diketahui

350 45 2
                                    

Jihan menghela napas panjang. Bosen dia tuh di dalam ruang inap sendirian.

Iya, sendirian. Ayesha tadi dia paksa pulang karena kondisinya yang sedang gak fit, Sean lagi ngampus karena kebetulan ngambil kelas pagi, Brian lagi kerja.

Jadilah Jihan di kamar yang luas ini sendirian. Gak tahu mau ngapain. Makan udah, tidur udah, main hape udah, baca buku udah, gambar di buku sketsa juga udah. Terus dia harus apa?

Untuk menghilangkan bosen yang berkepanjangan, Jihan berniat untuk melatih kembali kakinya yang masih kaku.

Emang sih, dia udah sering terapi. Tapi terapi aja belum bisa memulihkan kakinya sepenuhnya.

Dengan berpegangan pada nakas di sebelah tempat tidur, Jihan mulai berjalan pelan, sangat pelan.

"Aw... shh..," ringisnya pelan saat kakinya mulai melangkah lebih jauh.

Dan ya, dia udah bisa ngomong lagi seperti sediakala. Berterima kasihlah pada Dokter Dian yang rutin melakukan terapi pada leher dan juga wajahnya.

Balik lagi ke Jihan.

Di luar dugaan, si tupai itu berhasil melangkah hingga ke depan pintu ruang inapnya. Tentu dengan berpegangan pada benda apa saja yang ia temukan, tembok, nakas, sofa atau apapun yang berada di dekatnya.

Baru aja dia mau puter balik ke bangsalnya, tiba tiba aja Jihan salah langkah, yang menyebabkan dirinya terjatuh.

Jihan memejamkan matanya saat merasa dirinya akan menyentuh lantai dengan kerasnya sesegera mungkin.

Namun-

Cklek

Grep

-Bukan lantai dingin nan keras yang ia rasakan, melainkan kehangatan yang nyaman.

"Eh?" Jihan membuka matanya perlahan, karena merasa dirinya melayang di udara.

Didongakkannya kepala. Dan mendapati seseorang dengan jas putih melekat di tubuhnya, serta kacamata bulat membingkai matanya, sedang menahan tubuhnya yang hampir limbung ke lantai.

"Dokter Dian?" Jihan hampir saja memekik saat itu juga. Untung dia cepet sadar, dan menguasai dirinya dengan cepat.

Hening... Dan cukup lama keheningan itu melanda tanpa ada yang berniat untuk mengakhirinya. Sampai-

"Eung.... Sampai kapan kita kayak gini?"

-Jihan bertanya sambil menatap ke arah lantai yang hanya berjarak beberapa centi saja.

"Oh, iya." Dan dengan santainya, tuh dokter malah melepas rengkuhannya pada tubuh mungil Jihan, membuat si manis hampir menyentuh lantai.

"Aaaaaa."

Dukk

Oke, ternyata lantai yang Jihan kira keras, malah terasa lembut dan empuk. Kalau kayak gitu, mending Jihan jatuh aja dari tadi. Toh, dia gak bakalan kenapa napa.

Cukup lama Jihan berbaring di sana dengan posisi tengkurap. Sampai sebuah elusan lembut ia dapatkan di surai cokelatnya.

"Lho?"

Jihan membuka matanya. Dan hampir memekik saat itu juga.

Dia bukan jatuh di atas lantai- tapi di atas pangkuannya Dokter Dian.

Dengan wajah bersemu merah, Jihan mendongakkan kepalanya, untuk menatap Dokter Dian.

Oke, itu adalah suatu kesalahan besar yang Jihan lakukan pagi ini. Karena- ternyata Dokter Jihan juga sedang menatapnya dengan senyum teduh dan mata berbinar tulus.

Lucid Dream [Minsung]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang