Chapter 19 - Perjalanan Masih Jauh

229 42 0
                                    

"Hm?" Bulan berdeham dengan wajah tak paham. "Apaan?" tanyanya, bingung.

"Bayangan lo gak ada di sungai, Lan...," ucap Jihan, mengulangi ucapannya sekali lagi.

Jihan kembali melongok ke arah sungai untuk memastikan bahwa bayangan Bulan benar benar gak ada di permukaan sungai tersebut.

Namun, Jihan malah dibuat bingung, karena sekarang, bayangan Bulan tiba tiba muncul di permukaan sungai.

"Lo nanya apaan sih? Gue gak ngerti. Lo bilang, bayangan gue gak ada di permukaan sungai, sekarang pas dilihat, ada kan?" tanya Bulan beruntun dengan kening mengernyit.

"Aneh...," gumam Jihan.

Bulan terkekeh pelan. "Lo salah lihat aja kali," ucapnya sambil menyelipkan anak rambut Jihan yang hampir menusuk mata.

Jihan mengedikkan kedua bahunya, acuh. "Iya, kali."

Dan berakhir, keduanya duduk lesehan di pinggir sungai sambil makan cemilan.

Entah kenapa, perasaan Jihan gak enak. Apa karena jalan yang mereka tempuh sekarang ini salah? Atau hanya firasat gak bener semata? Entahlah, Jihan pun gak tahu kenapa.

"Lo kenapa sih? Ngelamun mulu perasaan." Suara Bulan membuat lamunan Jihan seketika itu buyar.

Jihan menoleh ke arah Bulan yang lagi makan roti. "Perasaan gue gak enak, Lan. Kayak ada sesuatu yang salah...," jawabnya sambil meraih roti yang berada di genggaman Bulan, lalu dimakan.

"Sialan. Roti gue malah diambil!" gerutu Bulan sambil kembali membuka kemasan roti baru, dan memakannya.

Suasana cukup hening. Hanya ada suara kunyahan roti yang bersahut sahutan.

"Han," panggil Bulan, membuat Jihan menoleh ke arah Bulan dengan pipi menggembung besar layaknya tupai.

Jihan langsung menoleh dengan tatapan yang seolah bertanya, "Kenapa?"

"Perasaan lo gak enak?" tanya Bulan, dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Jihan. "Gak enak gimana maksudnya? Gue bingung."

Si tupai itu mengedikkan kedua bahunya, acuh. "Jangankan lo, Lan, gue sendiri aja juga bingung."

"Itu pertanda?" gumam Bulan terlalu pelan, bahkan Jihan yang dekat dengan dia pun gak bisa denger.

Dan kemudian, hanya ada keheningan yang melanda. Baik Jihan dan Bulan memilih untuk mengarungi dunia khayalan dibenak masing masing.

Setelah sekian lama diam, akhirnya Bulan kembali bersuara, membuat lamunan Jihan buyar.

"Apa yang lo rasain pas disini?" tanya Bulan sambil kembali mengunyah roti di tangannya yang mulai dihinggapi lalat.

Jihan tampak berpikir sambil sesekali menggigit roti di tangannya. "Aneh aja sih. Berasa ada sesuatu yang bisik bisik gitu. Atau sekedar ada firasat gak jelas."

Bulan mengangguk. "Kayaknya gue ngerti."

"Lo ngerti? Bisa tolong jelasin ke gue?" pinta si lawan bicara sambil memasang wajah penuh harap, membuat Bulan menghela napas pelan, namun tak menjawab.

"Gue gak ngerti gimana cara jelasinnya. Tapi kayaknya nanti lo bakalan paham."

Jihan jadi merengut saat mendengar jawaban Bulan yang tidak sesuai ekspektasinya.

"Dah yuk, kita jalan lagi. Bisa jalan, kan? Gak perlu digendong?" tanya Bulan sambil menepuk beberapa kepingan kecil tanah yang menempel pada celananya.

Jihan mendongak, menatap ke arah Bulan. "Sekarang? Tapi gue masih capek..."

"Ya udah. Entar lo, gue gendong aja."

Lucid Dream [Minsung]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang