4

24.1K 1.9K 45
                                    

Hallo selamat pagii... Jejak luka bakik lagi ya gaesss 😁😁

Yok cuss bacaaa ajaa!!💃💃

Suasana kediaman Hadiwijaya terdengar ramai oleh suara-suara orang yang sedang berbicara.

" Jadi, ada acara apa Papa mengundang kita semua untuk makan malam hari ini?" Tanya Vera, anak sulung Hadiwijaya.

" Nggak usah pura-pura nggak tau lah Mba. Udah basi banget sih akting nya," timpal Rena. Anak kedua Hadiwijaya dan adik dari Vera.

" Katanya Kakek mau menyambut cucu kesayangannya. Tapi, dari tadi nggak nampak tuh batang hidungnya ada dimana." ujar Wulan. Anak kedua Vera.

Suasana sepi seketika. Tidak ada yang bersuara.

Vera berdehem menghilangkan suasana meja makan yang tegang.

" Jadi Benar kalau anak haram itu pulang?"

" Mama---,"

" Veraaaa---,"

Suara Karen dan Hadiwijaya menggema. Hadiwijaya menatap nyalang anak sulungnya,Vera yang memiliki mulut pedas dan tidak pernah menyukai kehadiran Anin.

" Loh, emang Mama salah?" tanya Vera pura-pura polos menatap Karen. Karen mendesah pelan. Mama nya selalu terang-terangan tidak menyukai kehadiran Anin.

" Lihat tempat kamu bicara Vera." Geram Hadiwijaya berat. Giginya bergemeletuk menahan amarah.

" Papa tenang, Pa. Papa jangan marah-marah. Nanti tensi nya naik lagi." ucap Rena pelan seraya mengusap punggung Hadiwijaya. Vera yang melihat itu mendengus dan mengalihkan pandangannya.

" Kenapa lama sekali, aku sudah lapar Kek. Kalau masih menunggu. Aku mending cabut dan cari makan di luar aja," celetuk Varel anak bungsu Rena.

" Varel!" tegur Rena mengingatkan. Varel mengerucutkan bibirnya.

" Lapar, Ma." Rengek Varel. Umurnya masih delapan tahun. Masih kecil dan belum mengerti dengan pembahasan orang dewasa.

" Sebentar lagi. Kamu yang sabar, dong."

" Emang kita nungguin siapa sih? Emang dia orang penting? Special?" tanya Varel beruntun.

" Cihh.., penting? Special? Memang apa special nya anak haram. Ups.., " Vera pura-pura menutup mulutnya.

Hadiwijaya mendesah keras. Ia sudah tua dan hampir bau tanah. Tapi anak nya selalu membuat darah tinggi nya naik.

" Tunggu sebentar lagi. Mungkin Anin sedang siap-siap." ujar Hadiwijaya pelan.

" Anin? Siapa itu, Kek? Orang nya dimna sih?" Gerutu Varel.

" Aku disini!"

Deg

Suara Anin yang tegas membuat suasana meja makan hening. Semua mata serentak melihat ke arah asal suara.

Mereka melihat Anin yang sedang berjalan Anggun mendekat ke meja makan. Anin tampak cantik dan fresh dengan dress yang di pakainya. Riasan wajah nya nampak natural semakin menambah kesan cantik.

Semua mata tidak beralih. Mereka terkejut melihat perubahan sosok Anin yang semakin cantik jelita, jauh dari sosok Anin yang dahulu.

" Woahh.., cantik kayak berbie. Kak Karen kalah cantik," gumam Varel takjub dan ceplas ceplos. Anin menipiskan bibirnya. Anin langsung duduk di kursi kosong sebelah Kakek.

Tidak ada yang bersuara. Mereka sibuk dengan pikirannya sendiri.

Karen menatap Anin dengan intens. Apa yang dikatakan Varel memang benar. Anin sudah berubah. Jauh dalam lubuk hati Karen, ia merasa takut tersaingi oleh keberadaan Anin.

" Maaf jika membuat kalian semua menunggu," ujar Anin ringan dan datar.

" Nggak papa. Kita nggak lama nunggu kamu," jawab Kakek.

" Ayo mari kita makan!" Seru Hadiwijaya senang.

" Kamu semakin cantik Anin. Dan tante lupa mengucapkan selamat datang buat kamu. Tante senang kamu akhirnya pulang," ujar Rena memberikan senyum hangatnya.

" Terima kasih, Tante." balas Anin tersenyum kecil.

" Tidak perlu mengucapkan selamat datang segala. Buang-buang tenaga," celetuk Vera.

Anin hanya diam tidak membalas perkataan Vera. Dari dulu Vera sudah terlihat tidak menyukai kehadiran Anin.

" Selamat datang kembali Anin."

Anin mengangkat kepalanya ketika mendengar suara merdu namun terdengar sinis di telinganya. Siapa lagi jika bukan Karenina.

Anin mengangkat alisnya dan menatap lama kepada Karen yang masih menampilkan senyum termanis nya, namun tidak memberikan efek untuk Anin. Anin mengangguk sedikit sebagai balasannya. Karen tidak menyangka jika Anin bisa berubah drastis seperti ini.

Vera yang melihat balasan Anin seketika geram.

" Sepertinya kepergian kamu lima tahun lalu membawa perubahan besar ya Anin. Kamu benar-benar pandai menikmati uang keluarga ini," sinis Vera.

Hadiwijaya sudah akan mengangkat suara. Namun tertahan karena tangannya di pegang Anin.

Abin menatap Vera dengan senyum cemooh.

" Ya, Tante benar. Aku akan rugi jika tidak menikmati kekayaan keluarga ini. Jika aku bisa kenapa tidak?" balas Anin tenang dan santai.

Wajah Vera memerah.

" Kau...," Desis Vera menahan amarahnya.

" Ma, udah," ucap Karen menenangkan. Vera terpaksa menahan dirinya untuk tidak membalas dan menampar mulut Anin.

Sedangkan Anin tetap melanjutkan makan malamnya dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa. Rena tersenyum bangga melihat perubahan pada diri Anin. Anin uang sekarang bukan Anin yang lemah lagi. Anin sudah berani melawan Vera.

Tbc!
01/05/21

Satu kata buat Aninnn.., ??

Part depan mauu apaa?

Mau Anin ketemu Alfarabi??

Yukk VOTE VOTE DAN KOMENTAR YANG BANYAK YAAHH🤩🥰🥰

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang