28

19.5K 1.7K 92
                                    

Di sinilah Alfa berada. Di apartemen nya. Sehabis dari acara, Alfa langsung pulang dan meninggalkan Karen sendiri di sana. Setega itu Alfa. Ya, sudah saat nya Alfa seperti itu. Alfa merasa lelah dengan kehidupan dan keadaannya saat ini.

Ia tidak pernah bahagia. Malah ia menyakiti kebahagiannya. Alfa capek. Alfa muak. Ia ingin semua ini berakhir.

Alfa memandang jauh ke depan, melihat cahaya lampu kota yang berasal dari gedung-gedung tinggi pencakar langit.

Alfa kembali mengingat tamparan Anin satelah ia selesai mencium bibir istrinya. Alfa memegang bibir dengan Ibu jarinya seraya mengingat rasa yang pernah di cecapnya barusan. Rasanya masih sama dan Alfa ingin kembali merasakannya.

Alfa yakin Anin juga masih mempunyai rasa yang sama terhadapnya. Walaupun ia mendapat tamparan karena merasa melecehkan. Entah kenapa firasat Alfa begitu kuat. Ia yakin kalau Anin juga merasakan hal yang sama seperti dirinya.

Alfa mendesah pelan. Pundaknya terasa berat menahan beban selama ini. Rasanya benar-benar capek sekali. Ia butuh orang yang bisa mendampinginya. Menjadi tempat pulang. Menjadi tempat ia berkeluh kesah. Alfa benar-benar menginginkan kehidupan seperti itu bukan seperti ini.

Alfa segera meraih handphone nya dan menelpon seseorang.

" Hallo,"

" Iya, Nak."

" Kakek saya ingin semuanya mulai dari besok,"

Seorang yang di panggil kakek terdiam beberapa saat.

" Kamu yakin?"

" Saya tidak pernah seyakin ini."

" Kamu tidak akan melanggar janji?"

" Saya selalu memegang teguh janji saya. Hanya saja keadaan memaksa saya berada dalam kondisi seperti ini." Suara Alfa terdengar terluka.

" Baiklah. Datang lah besok!"

" Baik, Kek."

Panggilan mereka tertutup. Alfa memegang handphonenya dengan kuat.

" Tunggu aku, Sayang!" bisik Alfa.

***

Anin melenguh dan meregangkan tubuhnya. Pelan-pelan Anin membuka mata. Ia menyesuaikan cahaya matahari yang menerobos masuk ke dalam kamarnya.

Anin memandang langit-langit kamar seraya mengusap wajahnya. Hari ini ia dapat jatah libur. Anin akan membuat hari nya yang berharga ini dengan bersantai atau pergi refresing. Seperti nya ia butuh melihat hal-hal indah. Mungkin ke pantai atau menjelajahi alam. Ia ingin hati dan pikirannya kembali tenang.

Anin menghela nafas pelan. Ia mencoba mendudukan dirinya.

Anin terpaku dengan mata membesar. Iya tentu saja syok. Bagaimana tidak, saat ini Alfa sedang duduk dengan elegan di sofa sembari memandangnya.

Anin memindai seluruh ruangan lepas ini. Tidak ada orang lain kecuali Alfa. Bagaimana lelaki ini bisa masuk. Apa yang di lakukannya di sini.

Anin masih duduk di ranjang. Mata mereka saling bertatapan. Alfa memberikan senyum miringnya. Anin menunggu. Namun beberapa menit berlalu tidak ada suara Alfa yang keluar.

Anin mendesah. Ia menyilangkan tangan di dada.

" Bagaimana bisa seorang Alfarabi menyusul ke dalam kamar seorang perempuan?"

Alfa tersenyum. Ia masih menyandarkan punggung di kursi dengan kaki menyilang.

" Apakah ada larangan?"

Anin memaku tatapan nya.

" Apakah anda tidak diajarkan sopan santun dan etika bertamu?"

" Pertanyaan itu bisa kamu jawab sendiri bukan?" Alfa malah balik bertanya.

Anin geram. Ia ingin sekali rasanya mencakar wajah Alfa yang sialannya membuat nya masih saja terpesona. Dan terbayang-bayang di saat malam-malam sepi.

Apa yang harus di lakukan Anin lagi kali ini. Anin merasa tidak berdaya. Seolah olah hal yang di lakukan nya selama ini terasa sia-sia.

Anin mengacuhkan Alfa. Ia tidak akan meladeni laki-laki itu. Anin bangkit dari tempat tidur dengan santai sambil menggulung rambutnya.

Darah Alfa berdesir saat menyaksikan adegan-adegan di depannya. Alfa harus menahan dirinya untuk tidak mendekati Anin.

Bayangkan Anin hanya memakai baju  tipis terawang dengan tali spageti itu. Panjang nya juga hanya sebatas paha atas.

Sialan

Tengkuk Anin sangat menggoda. Alfa masih memandang. Anin tanpa malu berjalan ke kamar mandi. namun, langkahnya terhenti.

" Aku tunggu di bawah. Jangan lama-lama!"

Anin menatap Alfa dengan alis naik. Ia tidak mengerti. Alfa malah bangkit dari kursi dan hendak keluar

" Seenaknya pergi setelah memberi informasi?"

Anin menatap nyalang Alfa. Ia tidak suka dengan gaya Alfa. Ia membenci Alfa.

" Bukankah ini yang kamu inginkan?"

" Jelaskan maksud anda barusan!" perintah Anin mendesis.

Entah bagaimana caranya. Alfa sudah berada di dekat Anin. Ia tersentak ketika pinggangnya di tarik Alfa.

Anin berontak ia mendorong tubuh Alfa. Anin benci kepada dirinya sendiri kenapa sebagian dirinya masih saja menyukai cara Alfa yang seperti ini. Berada dalam pelukan Alfa kenapa masih nyaman sekali.

" Lepaskan!" Desis Anin.

Alfa diam. Ia semakin mengeratkan tangannya di pinggang Anin.

Tangannya menyusuri wajah Anin hingga sampai di depan bibir yang pernah di cecapnya di acara kemarin.

" Apakah boleh?" Alfa bertanya dengan nada serak. Anin meneguk ludah gugup. Ia juga mauu sebenarnya. Namun Anin tidak ingin tampak lemah dan mengikuti kemauan Alfa. Bukankah ia sudah bisa melupakan Alfa.

" Apa anda mengenal sebuah larangan tuan Alfarabi?"

Alfa mendekatkan wajah. Ia menghirup wangi rambut Anin yang mampu menenangkan hatinya.

" Wangi!"

" Brengsek." ujar Anin saat Alfa mencium kepalanya. Anin mendorong Alfa lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Alfa tersenyum miris.

Alfa menatap pintu yabg di dalamnya terdapat perempuan yang masih bertahta di hatinya. Setelah beberapa menit hanya bisa menatap pintu. Alfa keluar dari kamar dan turun ke bawah menemui sang pemilik rumah megah ini.

Tbc!

05/07/21

Aaaduhh Alfaa maunya kamu itu gimana sihhh??

Kasian aaninnnn.gemes sama si alfa. Ada yang tau pikiran alfa nggak gaes???

Aku nyerah sama si alfa nih😆😆😆

Jangan lupa di voteeeeee dan komentar yang buanyakkkk yahhhh❤️❤️

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang