8

21.4K 1.8K 158
                                    

Anin kembali mengunyah makanan dalam mulutnya. Ia berusaha tampak tenang dan tidak mau terpengaruh dengan keberadaan dua orang yang sangat di benci nya.

" Nin, kamu jangan tengok ke belakang ya. Mereka berjarak dua meja dari kita." beritahu Rinai pelan.

Anin menatap Rinai seraya tersenyum tipis.

" Buang-buang waktu." balas Anin cepat. Rinai menatap Anin.

" Benar-benar menjijikkan. Bagaimana bisa seorang model dengan karir cemerlang berhati buruk seperti dia. Sialnya, yang satu saudara sendiri dan yang satu nya---," Rinai menggeleng masih tidak percaya.

" Ah sudahlah. Mengutuk saja hatiku melihatnya." tambah Rinai lagi.

" It's oke, Rin. Aku sudah biasa." timpal Anin cepat. Rinai menatap Anin kasihan.

" Aku tidak suka di tatap seperti itu. Jadi, tolong jangan memberikan ku tatapan seperti itu lagi, Rin."

Anin mengelap sudut bibir nya dengan tisyu dengan gaya elegan. Rinai kembali menipiskan bibirnya.

" Sorry," cicit Rinai pelan.

" Kali ini aku maafkan. Besok nggak lagi " Anin menajamkan penglihatannya.

Rinai malah cengengesan. Anin menghela nafas. Rinai lah yang tidak terintimidasi dengan tatapan nya. Temannya itu selalu menanggapi orang yang marah dengan santai. Benar-benar Rinai sekali.

" Rin---,"

Prang

Perkataan Anin terpotong oleh suara benda jatuh yang membuat suasana caffe ribut.

" AAaaww....," Seorang remaja menjerit kesakitan. Terdengar dari nada suaranya.

Suasana cafe hening. Semua mata yang ada di sana beralih kepada satu titik fokus. Kecuali, Anin. Ia tetap berada di posisi nya.

" Sorry, saya tidak sengaja." ujar seorang perempuan terlihat santai. Perempuan itu tidak lain adalah Karenina.

" Eh, kamu tidak lihat anak saya sedang berdiri di sana. Kamu kalau jalan kaki dan mata kamu tuh di pake. Anak saya kesakitan. Tanggung jawab kamuu!!" teriak sang Ibu ganas. Ibu tersebut mendorong tubuh Karen. Ia menunjuk-nunjuk Karen dengan marah.

" Saya sudah minta maaf."

Alfa segera mendekati kekasihnya. Ia memegang bahu Karen.

Ibu tersebut segera membantu anak nya, namun anaknya tersebut semakin menjerit dan kesakitan.

Kaki anaknya sedang di perban. Baru siap operasi. Sekarang kembali mengeluarkan darah. Ibu tersebut panik melihat kaki anaknya.

" Ibuu..., Sakit sekali." Remaja tersebut berubah pucat karena menahan kesakitan.

Sedangkan pengunjung cafe sudah heboh.

" Hey itu kan Luna. Selebgram terkenal itu."

" Iya. Satu lagi model terkenal juga. Dia itu Karenina."

" Wah, gimana tuh. Selebgram ketemu model. Mereka sama-sama terkenal."

" Vidio kan gih!"

" Iya, iya."

" Tolong....,tolong anak saya!" Ibu itu berteriak panik. Wajahnya ikut pias dan pucat.

Alfa mendekat.

" Biar saya bawa ke rumah sakit, Bu." Alfa berniat hendak menggendong tubuh remaja tersebut namun teriakan kesakitan kembali terdengar.

" Ja...jangan. saa..sakit sekali di sentuh." ujar Remaja yang di kenal dengan nama Luna itu.

Padahal Alfa cuma memegang pahanya saja bukan kakinya nya.

Alfa terdiam.

" Al kita panggil ambulan aja ke sini," cicit Karenina. Ia sudah tidak mau berada di sini. Ia tidak mau jadi sorotan seperti ini. Ia juga tahu kalau ada pengunjung diam-diam yang mengambil foto dan vidio dirinya.

Alfa mengangguk. Alfa segera menelpon ambulans. Saat ia sibuk dengan handphone nya.

Suara seorang perempuan menarik atensinya.

" Permisi, bisa saya lihat sebentar." Anin berusaha mencari jalan diantara kerumunan pengunjung cafe. Hati Anin akhirnya tergerak ingin memeriksa keadaan remaja yang kesakitan tersebut. Jiwa dokter nya terpanggil. Akhirnya Anin memutuskan ke sini. Walaupun jantungnya juga berdebar keras dalam sana.

Orang-orang menyingkir sehingga memberi jalan untuk Anin.

Tubuh Alfa menegang kaku. Alfa menatap seorang perempuan cantik dan dewasa sedang berjalan mendekat ke arah nya.

Alfa tercekat. Mata nya tidak beralih dari wajah Anin. Alfa menggenggam handphone nya dengan kuat. Jantungnya bergemuruh di dalam sana.

" Al," Karen memegang tangan Alfa. Karen tidak suka seorang Anin masih mampu menyedot perhatian Alfa. Alfa kekasihnya. Karen tidak akan membiarkan Alfa dan Anin, bahkan untuk saling bertegur sapa.

Anin segera berjongkok.

" Boleh saya lihat? Saya seorang dokter." ucap Anin lembut.

Ibu itu menatap Anin menelisik. Anin tersenyum tipis menatap lekat mata si Ibu. Akhirnya si Ibu mengangguk.

" Tolong bantu anak saya. Luna baru siap menjalankan operasi patah tulang empat hari kemaren. Tolong bantu anak saya, Mba." Ibu itu menangis.

Anin mengangguk. Ani segera memegang kaki Luna. Luna kembali berteriak lirih wajah nya sudah pucat. Anin segera mendekati Luna. Anin memeriksa mata Luna.

Anin kembali memegang kaki Luna yang sudah membiru.

Infeksi.

" Tunggu sebentar. Jangan bergerak!"

Anin segera bangkit dan berlari ke luar cafe. Anin kembali masuk dengan wajah tenang seraya membawa sebuah kotak perlengkapan.

Alfa masih menatap Anin tanpa berkedip. Alfa ingin memeluk tubuh Anin. Perempuan di depannya sudah berubah. Sangat berubah dari segi fisiknya. Begitulah pemikiran Alfa.

Anin yang dahulu tidak seperti Anin yang berada di hadapannya. Waktu lima tahun ternyata sangat cepat sekali merubah seorang Anin. Alfa bahkan tidak mengindahkan ajakan Karen yang mengajak ny pulang.

" Saya akan operasi di sini . Tidak ada waktu lagi."

Anin membongkar peralatan dokternya. Semua orang harap-harap cemas di tempatnya menyaksikan peralatan dokter Anin.

"Mohon beri kami jarak sedikit." pinta Anin tegas memandang pengunjung cafe. Mata Anin tidak sengaja bertatapan dengan Alfa.

Alfa tidak menyia-nyiakan kesempatan memaku tatapan Anin. Anin segera melepas tatapan mereka lagi.

Anin menatap Ibu Luna.

" Saya akan mengoperasi anak Ibu di sini. Apakah Ibu mengizinkan. Jika menunggu ambulans. Waktunya tidak memungkinkan."

Ibu Luna mengangguk dengan berderai air mata.

" Rin. Tolong ikat rambut ku!"

" O..oke." Rinai segera mendekat dan mengikat rambut panjang Anin. Di sisi lain. Alfa ingin sekali menggantikan tugas Rinai.

" Saya akan memulainya. Ibu berdoa untuk keselamatan anaknya!"

Anin segera memulai operasi di lantai cafe. Semua orang tercekat dan ngeri melihat Anin yang mulai membelah kaki Luna. Tapi tidak sedikit pula yang memvidiokan aksi Anin sekarang. Anin tampak fokus dengan pekerjaannya. Alfa mengalihkan mata nya tidak sanggup melihat Anin yang cekatan sekali tanpa takut membelah kaki Luna hingga tampak tulang nya. Namun, ia juga tidak beranjak dari sana walaupun sudah di ajak oleh Karen.

Alfa ingin menemani Anin walaupun dalam keadaan seperti ini.

Tbc!

8/06/21

Ahhh akhirnya..

Feell nya dapat kah??

Apa tanggapannya episode ini gaes..??

Ayo vote dan komentar yang banyakk yahh

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang