31

19.8K 1.7K 188
                                    

Sudah jam Sepuluh namun Anin belum juga pulang. Alfa sudah menunggu dua jam lebih. Di telfon berkali-kali namun tidak di jawab. Alfa cemas. Pikiran buruk selalu mampir di kepalanya.

Alfa tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Ia harus segera ke rumah sakit tempat kerja Anin.

Alfa segera mengambil kunci mobil nya bertepatan dengan pintu kamar yang terbuka.

Alfa menoleh. Anin sedang berdiri di depan pintu menatapnya. Wajah Anin nampak lelah.

Alfa diam mematung di tempatnya.
Anin melangkah ke dalam dan menutup pintu dalam pengawasan Alfa. Anin tidak mau mengeluarkan suara nya.

" Dari mana?"

Alfa tidak bisa lagi menahan keingintahuannya. Kenapa Anin baru pulang jam segini. Apakah jam operasional rumah sakit memang seperti ini. Jika iya akan Alfa buat perhitungan dengan rumah sakit tersebut. Alfa tidak peduli dengan segala jenis peraturan yang di buat. Ia tidak suka melihat Anin baru pulang bekerja jam segini.

Anin tidak menjawab. Ia melewati Alfa menuju ke kamar mandi.

Alfa menggeram. Ia tidak suka diacuhkan. Hatinya sakit.

Alfa langsung menahan tangan Anin. Ia mencengkram kuat. Wajahnya memerah.

" Jawab!" tuntut Alfa. Anin mencoba menepis tangan Alfa. Namun genggaman Alfa terlalu kuat.

Anin merasa lelah dan capek. Ia ingin sekali membersihkan diri dan berendam untuk sejenak. Namun sepertinya keinginan Anin tersebut harus di tunda dulu.

" Lepaskan tanganku!" Anin berujar lemah. Alfa terdiam. Ia mengendurkan pegangan tangan namun tidak melepaskan.

Mereka saling bertatapan. Anin dengan wajah lelah sedangkan Alfa dengan raut penasarannya. Sebenarnya Alfa sangat kasihan dan ingin sekali memeluk Anin. Namun, Alfa takut jika Anin semakin berontak.

" Jawab dulu pertanyaanku. Kenapa baru pulang?" Alfa bertanya lembut. Anin terpaku mendengar suara lembut Alfa.

Anin mencoba untuk tidak terlena. Anin menghempaskan tangan Alfa. Ia menatap Alfa dengan tatapan menantang dan tersenyum miring.

" Urus urusan anda sendiri. Jangan peduli!"

Alfa terdiam. Hati nya sakit. Ada tangan tak kasat mata yang meremas dadanya.

Kenapa bisa sesakit ini cuma mendengar perkataan Anin.

Anin sudah masuk ke dalam kamar mandi. Alfa memutuskan untuk keluar kamar dan menuju ruang kerja nya. Ia akan menenangkan diri di sana.

***

Di lain tempat. Di kediaman Vera terdengar suara keributan. Siapa lagi jika bukan Vera dan suaminya.

" Kamu kemanakan uang sebanyak itu, Mas?"

Vera berteriak. Rudi tetap santai.

" Ya buat bisnis lah."

Vera berkacak pinggang.

" Bisnis apa? Aku tidak tahu. Kamu jangan main-main, Mas!"

Rudi bangkit dan menunjuk Vera dengan tatapan bengis nya.

" Jangan pernah mencoba untuk menunjukku. Aku ini suami mu. Hormati aku. Istri macam apa kamu ini." Rudi malah balik membentak Vera.

"Ingat Mas. Kamu bisa seperti ini karena siapa hah?"

Vera tak mau kalah. Suara mereka saling beradu memenuhi ruang tamu.

Karen yang baru pulang merasa muak melihat orang tuanya yang lagi dan lagi kembali bertengkar. Karen tidak habis pikir kenapa orang tua nya yang sudah berumur itu masih saja mempermasalahkan hal-hal yang di anggap Karen kecil.

" Bisa tidak bertengkar sekali saja. Aku capek dengar suara papa dan mama ribut terus."

Rudi menatap Karen.

" Kamu tidak usah ikut campur. Kamu sama Ibu kamu sama saja. Membuat sakit kepala. Tidak ada ketenangan di rumah ini."

Rudi memilih keluar dari rumah.

" MAS....MAU KEMANA KAMU, MAS?"
teriak Vera. Namun tidak di gubris oleh Rudi.

Vera terus berteriak. Ia menghancurkan segala barang yang dapat di jangkau nya. Karen memejamkan mata.

" Mama tidak akan bisa menyelesaikan masalah kalau selalu seperti ini."

" Tau apa kamu, hah?"
Bentak Vera tajam.

" Yang penting kamu jangan seperti Mama. Kamu harus bisa menguasai semuanya Karen. Kontrol diri kamu, paham?"

Karen mengepalkan tangan. Ia tidak suka mendengar ucapan sang Ibu.

Karen segera meninggalkan Vera sendiri. Ia tidak mengacuhkan Ibunya. Pekerjaan nya hari ini sangat melelahkan. Karen butuh istirahat. Akhir-akhir ini hubungannya dengan Alfa juga sedang tidak baik. Semakin menambah beban pikiran Karen.

***

Alfa masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Anin sudah tertidur di atas ranjang. Alfa membuka lemari dan mengambil pakaian tidur nya.

Alfa mendekat dan naik ke atas tempat tidur. Alfa memperhatikan wajah tidur Anin. Sangat polos. Berbanding terbalik dengan ucapan pedas dan sikap nya yang berubah. Alfa tahu kalau Anin sedang membentengi dirinya sendiri. Alfa paham itu.

Alfa menyingkap rambut Anin yang menutupi pipi. Alfa mengelus pipi Anin. Alfa mendekat lalu mengecup kening Anin dengan segenap hati nya. Saat saat seperti inilah Alfa bisa melakukan hal seperti ini. Berdekatan dengan Anin dengan jarak sedekat ini tanpa khawatir kalau Anin akan berontak dan marah.

" Mas sayang kamu, Princess."

Tbc!

08/07/21

Duh duhhh ampun deh.

Ternyata itu keluarga Karen berantakan yahh.

Kasian sekali Alfa harus tidur dulu si Anin biar bisa dekat dan bebas meluk Anin kan.

Coba kalau Anin bangun. Behh. Hancur.

Anin dan Alfa balik?

Alfa putus dengan Karen?

Atau mau flashback lagi???

Yok komentar!!!!

VOTEE NYA JANGAN LUPA JUGA!!

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang