14

19.7K 1.6K 116
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Anin masih sibuk di rumah sakit. Anin baru saja keluar dari ruanh operasi.

Anin berjalan gontai menuju ruangannya. Sebelumnya Anin mengambil segelas coffe yang sudah tersedia di rumah sakit ini.

Anin masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursi. Anin merasakan tubuhnya pegal-pegal. Ia meluruskan badan dan meneluk-nepuk bahu ya agar otot-otot yang tegang bisa kendur.

Anin mengambil handphone dan terkejut melihat banyak nya panggilan tidak terjawab. Anin membuka dan kembali terdiam ternyata kakek yang menelponnya.

Anin tersentak ketika mengingat kalau malam ini ada janji dengan kakek. Mereka mengadakan dinner sekeluarga. Anin mendesah sembari memejamkan mata. Kembali Anin menegakkan tubuh ketika ponsel nya kembali berdering.

Masih orang yang sama. Anin menimbang apakah mengangkat nya atau tidak. Anin tidak mau berangkat dan bertemu dengan mereka. Hanya membuang-buang waktu begitulah pemikiran Anin.

Apalagi jika ada Vera. Anin tidak yakin kalau mereka akan diam saja melihat kedatangan Anin. Anin tidak mau bertengkar di depan Kakek nantinya. Karena Anin sangat menjaga sekali kesehatan Kakek.

Anin melihat jarum jam sudah menunjukkan setengah delapan. Namun, Anin masih santai berada dalam ruangan nya di rumah sakit.

Pikiran Anin buntu. Ia tidak tahu apakah datang atau tidak. Anin dilema dengan pemikirannya yang bercabang.

Sedangkan di tempat lain. Restoran mewah yang sudah di booking Hadiwijaya sudah ramai dengan kedatangan anak cucu menantunya.

Suasana restoran heboh dengan suara anak-anak Rena. Hadiwijaya memang membooking seluruh restoran. Jadi, hanya keluarga mereka saja yang bisa masuk ke dalam.

" Pa, sudah hampir jam delapan ini. Kita langsung makan aja." ujar Vera.

" Iya, Kek. Aku sudah lapar." timpal Wulan.

Suasana masih heboh dengan teriakan Varel yang sedang diusili oleh kakaknya. Anak itu seperti tidak kehabisan suara sejak tadi.

" Tunggu sebentar." Jawab Hadiwijaya masih memegang handphone nya berusaha menelpon Anin. Bahkan Hadiwijaya sejak tadi kerap kali melirik pintu masuk.

" Karenina mana, Mbak?" Rena bertanya.

" Masih di jalan." Vera menjawab ketus.

" Yaudah. Kita tunggu sebentar." Vera akhirnya kembali diam karena anaknya belum datang.

" Sebenarnya Papa ngajak kita dinner malam ini dalam rangka apa?" Vera kembali bertanya seraya melipat tangan nya di dada.

Hadiwijaya menatap Vera.

" Hanya makan malam saja. Papa sudah lama tidak berkumpul dengan formasi lengkap bersama kalian."

Vera dan Rena mengangguk begitu pun dengan para suami mereka.

" Nah, itu kak Karen," pekik Varel menunjuk Karenina yang baru masuk. Namun pandangan mereka malah menatap sosok laki-laki yang datang bersama Karen.

" Selamat malam. Maaf semuanya. Karen nggak terlambat kan?" Karen tersenyum tipis.

" Malam semua. Malam Kek." Alfa mendekati Kakek dan bersalaman. Kakek mengangguk lalu menyuruh mereka duduk.

" Kak Karen sama Mas Alfa kenapa bisa bareng?" Pertanyaan Genta mewakili yang penasaran.

Karen dan Alf terdiam. Wajah Karen sedikit gugup. Vera menatap Genta nyalang.

" Memang kenapa kalau mereka datang barengan?"

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang