9

21.4K 1.7K 85
                                    

Suasana caffe masih mencekam saat Anin sudah hampir selesai.

" Berapa lama lagi ambulans akan datang?"

Anin bertanya di sela-sela ia menjahit luka Luna.

Alfa menjawab.

" Sebentar lagi. Sedang dalam perjalanan."

Hening. Tidak ada lagi suara.

Anin tidak menyangka kalau Alfa yang akan menjawab pertanyaannya.

Ini ada lah pertama kali nya bagi orang awam melihat pertunjukan operasi secara terbuka.

Bagaimana seorang dokter dengan santai membelah daging manusia dan kembali menjahitnya.

Dalam pikiran mereka saat ini berjanji kalau akan hati-hati dalam melakukan apapun. Jangan sampai kecelakaan. Karena tidak sanggup melihat bagaimana proses operasi dijalankan.

Bunyi suara sirine terdengar. Anin masih fokus membebat luka Luna. Anin tidak terpengaruh dengan suara sirine ambulans.

Bunyi suara sepatu beradu dengan dengan lantai. Para medis sudah sampai di dalam cafe berbarengan dengan Anin yang sudah selesai. Anin menatap para medis yang baru datang yang tercengang.

Anin mengabaikan itu semua. Sekarang kesehatan Luna adalah yang terpenting sekali.

" Segera angkat dan bawa ke rumah sakit. Saya yang akan bertanggung jawab."

Tegas dan datar suara Anin membuat semua orang yang mendengar merinding. Bahkan tidak ada senyum di bibir Anin. Alfa masih tidak bisa mengalihkan mata nya dari sosok Anin di depannya.

Para medis segera mengangkat tubuh Luna ke atas tandu. Sang Ibu yang menangis mengikuti anaknya. Kasihan. Itu lah penggambaran terhadap sang Ibu yang harus menyaksikan luka anaknya dan dioperasi di depan mata kepalanya sendiri.

" Rin, kamu bawa mobil aku. Ikuti ambulans nya ya."

" O..oke." jawab Rinai gugup. Ia masih belum bisa menyembunyikan keterpakuannya.

Anin segera berlalu dari mereka semua termasuk Alfa yang masih mematung di tempatnya berdiri. Anin mengikuti para medis dan masuk ke dalam mobil ambulans.

Sepeninggal Anin suasana caffe kembali riuh.

"Wahh...., Barusan itu apa? Jantungku benar-benar mau loncat dari rongganya."

" Apa perempuan tadi itu malaikat?"

"Apa aku sedang mimpi menyaksikan aksi heroik barusan?"

" Aku harus mencari tahu tentang perempuan yang mengaku sebagai dokter itu."

" Aku akan menjodohkan perempuan itu dengan kakakku."

" Wow, cantik, baik, modis, seorang dokter, aku akan membuat perempuan barusan jadi milikku."

Alfa menajamkan pendengarannya ketika diantara suara riuh yang memuji Anin ada seorang laki-laki yang ikut turut memuji Anin.

" Jangan terlalu bermimpi tinggi, bro. Mana tahu ia sudah punya pacar, tunangan, bahkan Suami." timpal temannya.

" Aku akan merebutnya. Jika ia tidak bahagia dengan kekasihnya ataupun jika sudah punya suami sekalipun." jawab Laki-laki itu yakin.

Alfa mengepalkan tangannya erat. Ia benci ketika mendengar pembicaraan laki-laki dan temannya itu.

" Al,"

Karen memegang lengan Alfa. Ia sudah tidak tahan lagi di sini. Semua pujian dan sanjungan yang di tujukan kepada Anin membuat hati nya benci dan marah. Karen tidak suka. Bahkan ada pengunjung yang terang-terangan menatap benci dan marah kepadanya saat ini.

" Al ayo kita pulang. Aku sudah nggak betah di sini!" Pinta Karen terdengar memaksa. Alfa mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

Alfa dan Karen meninggalkan cafe setelah membayar makan dan minuman mereka.

Saat ini Alfa dan Karen sudah dalam perjalanan. Alfa masih diam. Sedangkan Karen masih merasakan dada nya panas.

" Aku tahu kamu sedang memikirkan Anin."

Suara Karen tiba-tiba memecah kesunyian suasana dalam mobil.

Karen masih menatap suasana jalan di depannya. Ia tidak menatap Alfa di sampingnya.

" Kamu jangan berpikiran sembarangan Karen."

Karen mendengus dan tersenyum miring.

" Apa yang kamu rasakan setelah lima tahun tidak bertemu Anin?"

Alfa terdiam mendengar pertanyaan menohok dari Karen.

" Kenapa? tidak bisa menjawab?" Karen menatap Alfa yang mengeratkan pegangan nya pada stir mobil.

" Aku tidak mau membahas masalah ini?" Alfa memilih tidak menjawab dan lebih tepatnya menghindar.

" Kamu masih memikirkannya sampai saat ini."

Bukan pertanyaan. Tetapi perkataan Karen lebih ke sebuah pernyataan. Alfa diam namun dalam hati bertanya-tanya apakah yang di katakan Karen barusan benar.

" Antar aku pulang!" ujar Karen tegas. Hatinya sakit melihat keterdiaman Alfa. Suasana hati nya langsung buruk. Dan ini semua terjadi sejak kepulangan Anin ke Indonesia.

Alfa membelokkan mobilnya menuju jalan rumah Karen. Karen tersenyum miris. Alfa benar-benar mengantarnya pulang. Biasanya Alfa akan membujuk dirinya dulu untuk menghibur hatinya yang sedang tidak baik-baik saja. Bisanya Alfa lebih memilih membawa Karen ke apartemennya. Biasanya Alfa akan ---

Ah sudahlah. Sekarang Karen sudah melihat perubahan Alfa.

Karen memalingkan wajahnya. Saat sampai di depan rumah. Karen langsung keluar  dan menutup pintu mobil dengan keras. Alfa memukul stir mobil dan mengumpat pelan.

Sejak kedatangan Anin, pikirannya tidak pernah jernih lagi. Bahkan ia membiarkan Karen pergi dengan suasana hati yang buruk. Alfa berjanji akan menelpon Karen jika ia sudah mulai tenang.

" Huuft. Sial." Alfa kembali memukul stir mobil dan menjalankan mobilnya. Sedangkan Karen mengepalkan tangan di dalam rumah tepatnya di jendela melihat mobil Alfa yang sudah menjauh. Alfa tidak turun dan menghiburnya! Dengan perasaan marah dan wajah merah Karen naik ke dalam kamar tanpa menghiraukan panggilan Vera.

Tbc!

09/06/21

Gaess senang Anin tidak mempedulikan Alfa. Bahkan di tengok pun tidak. Anin lebih memilih berlaku dari hadapan Alfa gaes...

Syukurinn si Alfa emang enak tidak di kenal Anin. Anin mah hebat yahh .hahahah 🤣🤣🤣

Ayo vote dan komentar yang banyak ya gaess

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang