12

20.3K 1.6K 107
                                    

Yuhuuuu double updatee gaesss😁😁😁

Anin dan Kakek sedang sarapan bersama. Meja makan yang panjang dan mampu menampung dua puluh orang itu hanya di isi oleh Anin dan Kakek saja.

Suara denting sendok dan garpu beradu dengan piring. Anin memakan sarapannya dengan teratur dan elegan. Kakek menatap Anin setelah menghabiskan sarapannya.

" Anin, kakek mau bicara!" Kakek memulai pembicaraan antar mereka berdua.

" Bicara saja, Kek!" Jawab Anin melihat Kakek nya sekilas lalu kembali menekuri sarapannya.

" Jadwal praktek kamu sampai jam berapa hari ini?"

Anin mengangkat kepalanya memandang Kakek dengan raut penasaran. Kenapa Kakek tiba-tiba menanyakan jadwal kerja nya.

" Belum tahu. Tidak bisa di pastikan, Kek."

Anin menjawab cepat. Anin meminum susu yang sudah di sediakan.

" Kakek mau kamu datang jam delapan malam ke restoran family kita. Kakek ingin kita makan malam bersama. Acaranya formal."

" Maaf, Kek. Aku tidak bisa berjanji. Tapi, akan Anin usahakan."

Anin menjawab ringkas. Ia tidak ma memberi harapan kepada pria tua di depannya.

" Kakek tetap akan menunggu kamu."

Anin mendesah pelan. Kemudian mengangguk. Anin bangkit meraih tas nya dan berpamitan kepada Kakek.

" Anin berangkat, Kek." Anin mengecup pipi Kakek.

" Hati-hati." Sahut Kakek. Anin mengangguk kemudian berlalu dari hadapan Kakek dan melangkah tegas ke luar rumah.

Kakek memandang punggung  cucu nya dengan perasaan sedih.

" Di balik ketegaran dan kedinginan mu sekarang, kamu terluka, Nak." Kakek bergumam lirih. Ia merasa gagal menjaga dan melindungi cucu nya.

Kakek menengadah dan memejamkan mata guna menghilangkan sesak di dadanya. Kakek menghirup udara banyak-banyak mengisi rongga dadanya.

" Kakek berdoa'a semoga kebahagian selalu menghampirimu."

Kakek masih menatap ke tempat Anin lewat tadi. Kakek meninggalkan meja makan dan pergi ke ruang kerjanya.

***

Mobil Anin keluar dari gerbang rumah dan membelah jalan raya. Anin memikirkan ucapan Kakek barusan.

Apa tujuan dari pertemuan ini? Selama ia mengenal keluarga Hadiwijaya, setiap pertemuan pasti ada tujuannya. Tidak sekedar makan malam belaka.

Sebenarnya Anin tidak mau pergi ke acara tersebut. Semoga pekerjaan di rumah sakit banyak menunggunya. Hanya itulah satu-satu nya alasan yang bisa di gunakan Anin.

Bertemu dengan keluarga nya tidak pernah ada dalam daftar keinginannya. Kumpul bareng keluarga juga tidak pernah di harapkan Anin. Malah, Anin berharap ia tidak bertemu dengan keluarga yang menyandang gelar Hadiwijaya. Terasa memuakkan bertemu dengan kebanyakan muka-muka palsu di sana.

Anin juga tidak ingin menghabiskan tenaganya untuk beradu debat dengan mereka yang tidak menyukai nya. Terlebih Vera yang masuk ke dalam daftar hitam hidup seorang Anin.

Anin sudah sampai di rumah sakit dan memarkirkan mobilnya.

Sepanjang koridor rumah sakit Anin di sapa. Bukannya sombong atau bagaimana Anin memang tidak menyahut tetapi ada mengangguk. Bagi Anin itu sudah respon dan menghargai. Begitulah sifat Anin cenderung diam dan dingin dibalik kesuksesan dan kejeniusan  otak nya yang di akui dunia medis.

***

Alfa berjalan dengan raut wajah dingin memasuki kantornya. Setiap sapaan dari karyawannya tidak ada yang di balas oleh seorang Alfarabi Tedjahandra. Begitulah sosok Alfa yang di kenal dalam dunia bisnis.

Alfa memasuki ruangnya lalu duduk di kursi kebesaran.

Alfa menelpon seseorang yang merupakan Asistennya.

" Hall---," sapa lawan bicara Alfa yang langsung di potong oleh sang empunya

" Reza, masuk!" Perintah Alfa datar dan langsung menutup telponnya tanpa mendengar jawaban dari Reza.

Selang beberapa detik, Reza masuk dengan membawa tab di tangan.

" Jadwal saya hari ini apa?" Alfa membuka kancing jas nya. Matanya fokus kepada layar komputer tanpa memandang Reza.

" Memeriksa dokumen yang sudah saya taruh di meja Bapak. Lalu ada meeting dengan perusahaan X di caffe  Amora sekalian dengan makan siang."

" Tidak ada lagi?"

" Tidak, Pak." Reza menatap Alfa yang serius.

" Baik. Kamu boleh keluar!" Usir Alfa. Reza mengangguk lalu pamit undur diri.

Alfa kembali fokus dengan pekerjaannya. Tak terasa waktu terus berjalan cepat. Bahkan, Alfa sudah menghabiskan dua gelas kopi yang di antarkan OB perusahaan.

Reza kembali masuk mengingatkan Alfa untuk menghadiri meeting. Alfa mengangguk. Lalu mereka segera meluncur ke tempat janjian.

Selama di dalam perjalanan Alfa membaca dokumen perjanjian. Alfa mempelajarinya sebentar sebelum bertemu dengan rekan kerjanya.

" Sudah sampai, Pak!" beritahu Reza. Alfa menutup berkas di tangannya lalu keluar dari mobil dan masuk ke dalam caffe. Reza mengikuti Alfa di belakang layaknya Asisten profesional. Yah, memang profesional. Jika tidak, Alfa pasti sudah lama menendangnya dari perusahaan.

Anin juga baru sampai di caffe yang sama. Ia di bawa oleh rekan-rekan dokter yang bekerja di internasional hospital. Anin mengiyakan ajakan mereka. Ada sekitar empat orang dan berlima dengan Anin sendiri.

Saat hendak memasuki caffe, handphone Anin berdering.

Teman-temannya menatap Anin.

" Duluan aja, nanti saya nyusul . Saya angkat telpon sebentar." Ujar Anin pelan.

" Nggak papa kita duluan?" tanya salah seorang teman yang ikut. Mba Sekar.

" Nggak papa, Mba."

" Oke, kita duluan ya, Nin. Nanti cari aja meja kita."

" Baik, Mba."

Anin mengangkat handphone nya yang merupakan dari nomor baru. Setelah di angkat ternyata hanya orang iseng yang misscall. Anin berdecak pelan.

Anin memutuskan segera masuk ke dalam caffe. Saat mengedarkan pandangannya mencari rekan kerja nya yang lain. Pandangan Anin tak sengaja bertemu dengan mata Alfa.

Tubuh Anin menegang kaku. Ia menatap Alfa lekat. Begitu pun dengan Alfa yang tidak menyangka kalau mereka akan bertemu di sini. Di tempat yang sama. Alfa memindai tubuh Anin lalu menatap tajam tepat di bola mata Anin. Darah Alfa entah kenapa langsung mendidih melihat baju yang di kenakan Anin.

Anin memilih memutuskan tatapan mereka dan berjalan ke arah meja dimana rekan-rekannya sedang menunggu. Hanya berjarak satu meja dengan tempat Alfa. Anin mencoba tampak biasa saja ketika harus melewati tubuh Alfa.

Anin bernafas lega ternyata mudah dan tidak sulit. Anin menatap datar ke depan. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Alfa sedikit kesulitan mencari tahu bagaimana reaksi Anin bertemu dengannya. Alfa membenci situasi dimana mereka seperti orang asing tidak kenal. Alfa tidak bisa membiarkan ini berlama-lama dan merusak jalan otaknya. Alfa harus melakukan sesuatu.

Tbc!

11/06/21

Anin ketemuu Alfaa gaes .

But kasihan Alfa Anin mah cuek ajaa.. Alfa mah gk penting. Wkwkwkwk....

Rasakann tuhhh. Enakk kan di cuekinn. Anin the best deh🤣🤣🤣

Votenya yang banyakj yahhhh.. komentar jugaaaa wkwkw

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang