17

19.8K 1.9K 133
                                    


Sebelum di baca. Tekan bintangnya dulu. Yang nggak pernah vote. Please di vote dulu gaes. Yang bersembunyi, nampak kan dirimu yahhh.

Hujan turun sangat deras membasahi seluruh permukaan bumi. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam,namun tidak menyurutkan langkah Anin keluar dari ruang kerja Kakeknya dan memacu mobil membelah jalanan menuju rumah Alfa.

Anin mengetahui dari Kakek kalau Alfa masih tinggal di rumah mereka yang lama. Rumah yang terdapat kenangan dirinya dan Alfa, dulu sekali.

Mobil melaju kencang hingga sampai di rumah Alfa. Anin segera turun dan membunyikan bel rumah. Tak peduli hari sudah malam dan bertamu di jam seperti ini.

Rasa penasaran dan keingintahuan Anin lebih besar saat ini. Dari pada ia tidak bisa tidur nyenyak malam ini lebih baik ia menemui Alfa.

Anin membunyikan bel rumah untuk kesekian kalinya. Seseorang membukakan pintu. Seorang pembantu rumah yang di pekerjakan Alfa sejak Alfa kecil. Mbok Inah namanya.

Mbok inah menutup mulutnya dengan mata melebar seperti orang shock dan terkejut melihat siapa yang berdiri di depannya.

" Non....," gumam Mbok Inah pelan. Nyaris tidak terdengar. Mata tua perempuan paruh baya itu berkakaca-kaca. Lalu tak lama menitikkan air mata nya menuruni pipi yang sudah mulai keriput itu.

" Selamat malam, Mbok Inah." Sapa Anin lembut. Anin juga kaget melihat Mbok Inah masih bekerja di rumah ini. Mbok Inah merupakan sosok yang sangat di sayang oleh Anin. Ia sering curhat dengan Mbok Inah. Sudah seperti keluarga bagi Anin.

" Ma...malam Non Anin." Mbok Inah masih terbata karena tidak menyangka.

Anin melangkah lebih dekat. Lalu memeluk tubuh gempal Mbok inah tiba-tiba. Pecah sudah tangis Mbok Inah di depan pintu rumah. Anin mengusap punggung Mbok Inah.

Anin juga merasakan emosi yang sama. Ia pun terharu kembali bertemu dengan Mbok Inah yang selalu ada untuknya. Namun, Anin berusaha menguatkan diri. Tidak ingin terlihat rapuh dan lemah lagi.

" Sstttt...., Jangan menangis, Mbok," pinta Anin pelan.

Mbok Inah mengangguk dalam dekapan Anin. Tak lama Anin mengurai pelukan mereka. Mbok Inah segera menghapus air mata nya.

" Non apa kabar? Sekarang Non Anin sangat cantik dan sudah dewasa. Mbok hampir tidak mengenali Non Anin."

Anin tersenyum tipis. Mbok Inah yang selalu tahu bagaimana bahagia dan luka nya Anin dahulu. Mbok Inah sering memberikan bahunya jika Anin sedang bersedih.

" Waktu yang mengubah dan mengajarkan Anin supaya lebih dewasa, Mbok."

Mbok Inah pun tertawa pelan. Melihat Non Anin berdiri di depannya saja sudah membuat hati nya senang dan gembira. Akhirnya ia kembali bertemu dengan Istri pemilik rumah.

" Mas Al, ada Mbok?" Anin bertanya. Mbok Inah langsung mengangguk pelan.

" Ada, ada Non. Masuk dulu, Non!"

Mbok Inah menutup pintu setelah Anin masuk ke dalam rumah.

Anin terpaku ketika melangkah lebih masuk. Semua kenangan yang berusaha di simpang nya kembali menyeruak ke permukaan. Jantung Anin berdetak kencang seiring dengan kesedihan yang terasa. Rumah yang memberikan kebahagian sekaligus kesakitan.

Anin mengedarkan pandangan. Masih sama. Tidak banyak berubah. Hanya tata letak nya saja yang berubah. Mungkin agar suasana berubah.

Anin terpaku menatap pajangan dinding di samping tubuhnya. Ia tidak menyangka kalau poto pernikahan mereka masih ada di sana.

Anin tidak menyangka kalau Alfa masih memajang foto mereka. Anin mengira Alfa sudah membuang segala kenangan yang mereka miliki.

Anin di buat bertanya-tanya. Anin mulai sakit  kepala. Kenapa? Itulah pertanyaan yang seja tadi terkurung di benak Anin.

Kenapa Alfa masih memajang foto mereka. Kenapa Alfa tida mau menceraikannya. Kenapa Alfa tidak menjual rumah ini saja. Masih banyak lagi pertanyaan Anin yang butuh jawaban.

" Ayo, Non. Tuan ada di ruang kerja nya." Anin tersentak mendengar suara Mbok Inah.

" Masih di tempat yang sama kan, Mbok?"

" Iya, Non. Masih di tempat yang sama. Tuan nggak mengijinkan ada perubahan di rumah ini. Katanya biar Non Anin saja yang mengaturnya kalau Non Anin pulang. Dan Mbok bersyukur sekali Non akhirnya pulang juga."

Mbok Inah tersenyum lebar. Namun berbeda dengan Anin yang mencerna ucapan Mbok Inah.

" Mbok istirahat saja. Biar aku nemuin Mas Al. Nanti kita cerita-cerita lagi ya, Mbok."

" Iya, Non. Mbok mau. Yasudah Mbok ke kamar dulu ya, Non. Kalau ada apa panggil Mbok aja."

" Iya, Mbok." Anin mengangguk.

Anin menghela nafas setelah kepergian Mbok Inah. Sejak tadi dada Anin rasanya penuh dan sesak. Anin tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana. Semua ini jelas bertolak belakang dengan pemikirannya dan fakta yang di dapatnya.

Anin sudah berada di depan pintu. Tepatnya ruang kerja Alfa. Anin memejamkan mata dan menghirup nafas sebanyak mungkin mengisi paru-paru nya. Tangan Anin terangkat lalu mengetuk pintu.

Terdengar suara menyuruh masuk.  Anin memberanikan diri nya membuka pintu.

" Ada apa Mbok? Saya masih banyak pekerjaan. Mbok tidur duluan saja!" ujar Alfa. Ia tidak sadar kalau Anin yang masuk.

Anin menatap Alfa yang sedang menekuni dokumen di hadapannya. Karena tidak ada jawaban setelah beberapa detik. Alfa mengangkat kepala dan terdiam melihat orang yang masuk ke dalam ruang kerjanya.

" Anin," bisik Alfa pelan. Terlalu terkejut dengan kedatangan Anin.

Tbc!

Wah...coba tebak apa yang akan di bicarakan Anin dan Alfa.

Ada apa sebenarnya dengan hubungan mereka ini.

Penasarann kan semuanya.

Sama. Kakci juga. Kakci asal nulis aja ini mah. Alurnya aja kakci nggak tahu mau dibawa kemana🤣🤣🤣😁😁.

Makkumin ya gaes..

PLEASE DI VOTEE YANG BANYAK. KOMENTAR NYA JUGA YAHH. TENGKYUU ZEYENG🥰🥰😘

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang