11

20.6K 1.6K 93
                                    

Alfa menyandarkan tubuhnya ke kursi. Alfa memejamkan mata. Ia baru saja membaca berita tentang Anin. Sosok Anin sedang hangat-hangat nya jadi perbincangan di luar sana. Tentu saja, sosok nya dengan paras cantik dan menawan serta kejeniusan nya membius orang-orang untuk ingin tahu lebih banyak tentang  kehidupan seorang Anin. Tak terkecuali Alfa. Namun, kembali lagi semua itu tidak akan pernah terjadi. Alfa menghembuskan nafasnya pelan. Ia dan Anin sudah seperti sosok asing jika bertemu. Tidak ada lagi Anin yang dulu. Sekarang Anin sudah berubah.

Bunyi handphone Alfa bergetar. Alfa melihat ID pemanggil yang ternyata Karenina.

" Hallo."

" Hallo Al. Kamu dimana?" tanya Karen cepat di ujung sana.

" Di rumah. Kenapa?"

" Sayang. Aku mau minta tolong. Kamu mau ya?"

Suara Karen berubah lembut. Alfa mengernyitkan alis. Penasaran dengan permintaan Karen.

" Apa?"

" Kamu bisa kan menghapus semua pemberitaan di luar sana. Kamu pasti tahu kalau aku sekarang jadi bulan-bulanan para netizen di luar sana. Aku benci Al. Aku tidak suka. Selama ini aku tidak pernah mempunyai citra buruk di depan publik. Sekarang sejak kedatangan Anin, aku jadi sial. Aku nggak suka."

Jelas Karen dengan nada berapi-api

" Sayang, kamu nggak bisa nyalahin Anin gitu. Ini semua bukan salah Anin." jawab Alfa lembut.

Karen memejamkan mata dan mengepalkan tangan.

" Jadi, kamu bela Anin, Al?" Karen marah. Wajah nya marah. Lihat. Bahkan sekarang Alfa sudah beralih kepada Anin.

" Bukan begitu. Kita kan tahu sendiri gimana kejadiannya." Alfa masih membujuk.

" Pokoknya aku nggak mau tahu, Al. Aku minta kamu hapus semua pemberitaan di luar sana. Aku nggak mau tahu gimana cara nya. Kamu suruh orang atau apa. Kalau kamu benar-benar sayang sama aku. Lakukan itu untuk aku, Al."

Klik.

Panggilan terputus. Karen mematikannya sepihak. Lagi dan lagi Alfa menghembuskan nafasnya lelah. Alfa memijit kening menghilangkan denyut sakit kepalanya.

Alfa terpaksa menghubungi seseorang yang bisa membantunya. Alfa tentu saja masih menyayangi Karen. Ini saja  syukur Karen yang menghubungi nya duluan sejak kemaren.

" Hallo."

"....."

" Saya ada pekerjaan buat kamu. Tolong hapus semua pemberitaan tentang Karenina di luar sana. Aku tidak mau satu pun yang tinggal. Paham?"

Setelah mendengar jawaban dari lawan bicaranya. Alfa memutuskan panggilan. Alfa memilih kembali menyibukkan diri dengan tumpukan dokumen di depannya.

****

Anin pulang ke rumah dengan wajah lelah. Seharian di rumah sakit membuat nya tidak bisa istirahat. Baru saja masuk bekerja, jadwal nya sudah padat. Namun, Anin mensyukuri semuanya.

Anin masuk ke dalam rumah sambil menenteng tasnya.

" Itu dia anak haram membawa sial." suara keras itu menghentikan langkah Anin. Anin menyerongkan tubuh untuk melihat siapa yang bicara barusan.

Oh ternyata Vera, Ibunya Karenina.

Vera mendekati Anin dengan wajah marah dan mata besar. Vera mengangkat tangan hendak menampar pipi Anin. Namun sayang, tangannya terpaksa berhenti di udara. Anin lah yang menahan tangan Vera.

Kedua perempuan beda umur satu generasi itu saling melayangkan tatapan tajam mereka.

Vera dengan wajah beringas sedangkan Anin dengan wajah datar tak beriak, tenang.

Anin menghempaskan tangan Vera sehingga Vera terdorong mundur ke belakang. Vera melebarkan matanya tidak percaya apa yang baru saja di rasakannya.

" Berani nya kau---," Vera kembali mendekat namun Anin langsung menunjuk wajah Vera.

" Jangan pernah sentuh tubuh saya. Bahkan seujung kuku pun tidak akan saya biarkan tangan menjijikkan itu menempel disetiap inci tubuh saya. Anda paham?"

Vera semakin berang. Vera hendak mencakar tubuh Anin.

" Gara-gara kamu sialan. Sejak kedatanganmu karir anak saya di pertaruhkan. Kamu emang pembawa sial. Gara-gara kamu Karenina harus di cap buruk. Padahal selama ini tidak pernah satu hal buruk apapun yang menimpa anak saya. Kamu pembawa sial, Anin." Vera berkata dengan marah dan menggebu-gebu

Ani tersenyum miring.

" Belum pernah dapat skandal buruk? Mau saya beberkan kalau anak kesayangan anda itu seorang---," Anin berbisik di telinga Vera.

" Selingkuh dan pelakor."

Tubuh Vera mematung. Sedangkan Anin sudah berlalu meninggalkan Vera yang berteriak dan menyumpahi Anin.

" Sialan, kamu brengsek. Awas kamu jika berani melakukan itu. Saya tidak akan tinggal diam!!!"

Anin terus menapaki tangga tidak  peduli dengan teriakan Vera. Masih banyak yang di pikirkannya dari pada hal tidak berguna seperti itu.

" VERAA!!"

Vera terdiam ketika mendengar suara menggelegar itu. Vera yang membelakang membalikkan tubuhnya. Tubuh Vera menegang kaku melihat sang Ayah berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Walaupun sang Ayah duduk di kursi roda. Aura tidak bisa di remehkan.

Vera terdiam dan tercekat.

" A...ayah."

" Apa yang kamu lakukan,Vera. Tidak cukupkah peringatan ku melekat di kepalamu itu?" Suara nya tenang. Vera meneguk ludah kasar.

" A...aku bisa jelaskan, Ayah---,"

Ayahnya mengangkat tangan tidak mau mendengar penjelasan Vera.

" Kamu sudah tua. Tapi tidak juga pernah berubah. Apa kesalahan Anin kepadamu? Bukankah seorang Bibi harusnya kamu memperlakukan anak kakakmu dengan baik? Sepertinya aku sudah salah mendidikmu selama ini. Kali ini tidak akan ku biarkan kamu berlaku seenaknya. Kamu memang anak ku. Tapi, Anin juga cucu ku. Harusnya kamu tahu itu Vera. Kamu membuat Ayah kecewa untuk kesekian kalinya."

Setelah itu sang Ayah berbalik dengan kursi roda nya meninggalkan Vera yang terdiam di tempat menatap nanar kepada sang Ayah.

Bukannya merasa bersalah, Vera malah semakin muak dan membenci Anin. Vera mengambil tasnya dan keluar dari rumah yang membesarkannya dengan hati yang berkecamuk dan marah, hingga benci yang sudah mendarah dalam dagingnya.

Tbc!

11/06/21

Alfa masih bucin jugaa. Belum sadar ihh. Kesal kan?? 🤣🤣

Itu mak lampir veraaa udah tua masih ikut campur masalah anaknya. Enak nya di apain ya itu mak lampir??

Anin kamu yang sabar ya sayang.  huhuh. Semua pembaca disini menyayangimu Anin. Benar kan  pemirsahh???

Ayok vote dan komentar yang banyakk yahh!!!

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang