29

19.3K 1.7K 121
                                    

Anin menuruni tangga dengan pakaian santai. Rambut basah nya di biarkan tergerai.

Anin mendengar suara orang sedang bercakap. Semakin Anin menuruni tangga Anin bisa melihat kalau Alfa sedang berbicara dengan Kakek.

Anin berhenti di undakan tangga terakhir. Mata nya melihat Alfa. Anin sibuk berpikir kenapa Alfa masih di sini.

Alfa menyadari kedatangan Anin begitu pun dengan Kakek.
Anin mendekat dan duduk di kursi tunggal.

Ia tidak bersuara. Ia tahu kalau dua pasang mata itu sedang memperhatikan dirinya, namun Anin bersikap cuek.

" Kenapa belum siap?"

Alfa yang bertanya.

Anin menatap Alfa.

" Kenapa aku harus bersiap?" Anin malah balik bertanya.

Kakek menggelengkan kepala. Ia memanggil nama Anin.

" Anin. Seperti yang Kakek bilang jauh hari. Sekarang sudah waktunya kamu kembali bersama Alfa. Tinggal dengan Alfa."

Anin terdiam lalu menatap Kakek nya. Tidak ada gestur bercanda. Oke berarti ini serius.

" Kakek mengusirku?" Anin butuh jawaban pasti.

Kakek menggeleng

" Kakek tidak akan pernah mengusir cucu kakek sendiri. Pintu rumah ini akan selalu terbuka buat kamu. Kakek hanya ingin kamu bahagia dan menjalankan kewajiban kamu sendiri. Kamu masih menjadi istri dari Alfa. Memang sudah seharusnya kamu ikut kemana Alfa pergi."

Penjelasan panjang Kakek membuat Anin terdiam.

" Kenapa ini bisa terjadi? Bukankah Kakek tahu kalau ini salah?"

Anin bersuara pelan. Alfa menatap Anin dengan pandangan terluka. Apakah sebegitu tidak mau nya Anin kembali kepada dirinya.

"Tidak ada yang salah. Hanya saja keadaan memaksa kalian dalam kondisi seperti ini. Kakek yakin kamu dan Alfa akan bisa melalui ini ke depannya. Bukankah rasa yabg kalian miliki masih sama?"

Deg

Apa yang diucapkan kakek memang benar. Tetapi tidak sepenuhnya benar. Anin merasa ini salah.

" Tidak Kek. Kakek salah. Anin tidak akan kembali. Bukankah dalam agama kita jika seorang istri dan suami berpisah. Dalam hal ini kami sudah lima tahun berpisah sudah di katakan bercerai?"
Anin menatap Alfa dengan pandangan datar. Namun, siapa yang tahu jika hati Anin sedang berdarah di dalam sana.

" Secara hukum dan negara kita masih sah." Potong Alfa setelah menjadi pendengar saja.

Anin terkekeh pelan.

" Aku hidup bukan hanya untuk hukum dan negara. Aku mempunyai agama jika kamu butuh informasi."

Anin menguatkan dirinya agar tidak menangis.

" Kamu salah."

" Ya, kamu yang betul."

Alfa memejamkan mata. Ia kembali menatap Anin.

" Kita masih sah secara agama. Sebulan yang lalu aku kembali menikahimu. Kakek yang menjadi wali."

Deg deg.

Jantung Anin bertalu. Anin gemetar ia tidak percaya dengan ucapan Alfa.

" Jangan mengumbar kata."

Alfa mengeraskan rahangnya. Tatapan nya menajam. Ia paling tidak suka jika ada yang meragukannya. Ia sudah berkata jujur.

" Tanyakan kepada wali mu jika tidak percaya."

Anin pelan-pelan menatap Kakek yang tersenyum sambil mengangguk.

Mata Anin berkaca-kaca. Di dunia ini yang berhak menjadi wali nya memang Kakek. Karena ia tidak punya ayah ataupun saudara laki-laki.

Di satu sisi Anin sangat senang mengetahui ini. Di sisi lain Anin juga sedih memikirkan hidupnya di setir oleh orang lain.

" Kenapa tidak memberitahuku?" Bisik Anin pelan. Alfa akan menjawab namun Kakek menggeleng.

" Kakek tahu kalau ini yang terbaik buat kamu. Kakek minta kamu turuti permintaan kakek yang sudah tua ini, Nak. Hanya ini keinginan kakek agar ada yang bisa menjaga kamu di saat kakek tidak mampu. Dan Alfa lah orang nya."

" Aku bisa menjaga diri sendiri, Kek. Tidak perlu seperti ini. Apakah diriku tidak di butuhi di sini. Padahal yang menjalani kehidupan ini aku sendiri. Kenapa begitu tega?" Jerit Anin.

Kakek diam. Alfa mengepalkan tangannya seraya bergumam.

" Anin."

Anin menoleh.

" Apa? Bukankah ini keinginanmu? Bukankah kamu membenciku? Lantas kenapa kembali menikahiku?"

Alfa diam ia tidak menjawab. Ingin rasanya Alfa meneriakkan

Aku masih mencintaimu dari dulu sampai sekarang.

Namun kata itu hanya mampu diucapkan Alfa dalam hati. Anin tidak akan percaya. Anin akan mengatakan dirinya membual. Sulit untuk membuat Anin percaya kepada orang yang pernah melukai nya.

" Kenapa tidak menjawab? Dahulu melukaiku kenapa sekarang memintaku kembali?"

Anin tidak sanggup lagi menahan ia blak-blak kan. Biarlah ketahuan sekalian saja.

" Maafkan aku!" bisik Alfa. Kakek memilih diam. Ia memperhatikan cucu menantunya.

" Kenapa baru sekarang? Kenapa? Kemana saja selama ini? Kenapa baru sekarang?"

Anin menuntut jawaban. Namun, Alfa diam.

Belum saat nya sayang.

Anin mendesah pelan seraya menengadah agar air mata nya tidak tumpah. Anin tidak mau memperlihatkan air matanya. Tidak akan. Selama ini ia bisa. Berarti sekarang juga bisa.

" Pulanglah. Aku tidak akan kembali."
Anin membalikkan badan.

" Aku tidak sedang bernego."

Telak. Jawaban Alfa tidak bisa di ganggu gugat lagi.

" Segera bersiap-siap!"

Anin tertawa lalu melihat Kakek.

" Ikutlah sama Alfa kamu akan mengetahuinya pelan-pelan."

Setelah itu Kakek beranjak meninggalkan mereka berdua.

" Waktumu 10 menit."

Anin menatap Alfa.

Apa maksud perkataan Kakek barusan. Anin yakin pasti ada sesuatu. Ingin rasanya Anin tidak peduli. Tapi, hatinya menjerit ingin mengetahui apa yang sedang terjadi. Terlebih menyangkut dirimu sendiri, namun kamu tidak tahu apa-apa. Sungguh menyedihkan sekali.

Tbc!

06/07/21

Aahhh pelan-pelann ya gaesss!!!

Semuanya akan tiba waktunya dan akan indah pada masanya. Wkwkwk.

Sabar menanti??

Sabar dong ya??

Heheeh... Jangan lupa votee dan komentar pendapat kalian yahhh.

Episode berikut maunya gimana???

Jejak LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang