part 21

2.1K 120 2
                                    

Kini aura mencekam terasa di ruangan tersebut. Terdapat empat orang manusia yang berada dalamnya. Bu Ami, Zelin, Zico, dan Disa, merekalah penghuninya.

Bu Ami terlihat sangat marah, hingga orang yang melihatnya pun di buat bergidik ngeri melihat nya.

"Zelin, kamu nggak ada kapok kapoknya ya, selalu buat ulah!!" Tegur Bu Ami.

Zelin diam, dia tidak berani mengeluarkan suaranya, karena memang dia tidak punya ucapan untuk membela dirinya.

"Mau jadi apa kamu jika terus berbuat seperti ini!!" Marah Bu Ami. "Saya capek terus terusan nanganin perbuatan kamu!"

Disa yang melihat amarah Bu Ami sangat takut, hingga tangannya pun sedikit bergetar di bawa meja sana.

Disa sebelumnya tak pernah masuk ruang yang selalu jadi langganan anak anak nakal. Bahkan dia terkenal sebagai anak teladan.  Bukannya apa, karena memang sudah sepatutnya jika anak beasiswa menjadi contoh yang baik bagi para murid lainnya. Tapi bukan berarti siswa yang berbayar tidak menjadi contoh. Keduanya juga sama sama berperan penting.

"Dan kamu Disa!" Tunjuk Bu Ami.

"Saya tidak habis fikir sama kamu, kamu ini anak yang terkenal teladan, kenapa kamu bisa terlibat pertengkaran seperti ini?!" Tegur Bu Ami.

"Bu, sebenarnya ini bukan sal__"

"Diam kamu Zico!! Saya tidak suruh kamu buat bicara!" Ucap Bu Ami yang memotong ucapan Zico.

Zico pun terdiam dan tidak berani mengeluarkan kata kata lagi.

"Zico! Kamu sebagai ketua OSIS itu harus ngerti bagaimana menjaga perdamaian sekolah!"

"Kamu juga harus bisa bertindak tegas! Bukan malah ikut membuat masalah!" Sindir Bu Ami.

"Seharusnya kamu Disa sebagai anak yang mendapat beasiswa harus mencontoh kan perbuatan yang baik!"

Bu Ami menghela nafas berat. Dia sesungguhnya sudah capek dari tadi ceramah terus. Tapi mau gimana lagi dia sebagai guru bimbingan konseling harus bertindak tegas akibat perbuatan mereka.

"Karena ini yang mulai kamu Zelin!" Tunjuk Bu Ami. "Saya akan menscore kamu selama satu Minggu, ingat! Renungkan kesalahan kamu selama di rumah."

"Dan untuk kalian berdua saya hanya akan menghukum kalian bersihkan lapangan indoor!" perintah bu ami mutlak.

"Sekarang kalian boleh keluar!" Ucap Bu Ami.

Mereka bertiga pun keluar dari ruangan tersebut. Ketika sampai di depan ruangan tersebut mereka pada menghentikan langkah mereka.

"Gara gara Lo, gue dan Disa masuk BK," sinis Zico.

"Seharusnya Lo sadar, akan perbuatan Lo ini menyusahkan orang lain!"

"Aku nggak bakal begini jika kamu terima cintaku zic!" Balas Zelin.

"Gue juga sudah berapa kali bilang sama Lo! Cinta itu tidak bisa di paksakan!" Tekan Zico

"Dan stop ganggu kehidupan gue!" Tekan Zico sekali lagi.

Lalu Zico meninggalkan Zelin, dengan menggandeng tangan Disa.

Zelin lagi lagi merasakan sesak di dadanya. Beginikah rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Zelin ingin sekali menghindari perasaan ini, tapi apalah daya, cinta tidak tahukan akan berlabuh kepada siapa?

,,,,,,,,,,

Zelin kembali ke kelas dengan pikiran yang berkecamuk. Dia terus saja terngiang ngiang dengan ucapan Zico. Apa benar selama ini dia sudah mengganggu kehidupan Zico? Apa dia juga salah jika terus mengejar ngejar Zico.

CHANGEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang