Happy Reading!!!
***
“Sial!” Sadewa memukul stir mobilnya yang saat ini tengah melaju mengikuti taksi yang membawa Devina pergi.
Dua kali perempuan itu meninggalkannya begitu saja, membuat Sadewa yang sebelumnya tidak pernah segila ini mengejar perempuan kesal karena bisa-bisanya seorang gadis seperti Devina menjungkir balikkan dunianya. Memporak-porandakan perasaannya, dan menguji kesabarannya.
Baru kali ini Sadewa merasa sebucin ini, dan itu hanya pada seorang Devina. Gadis cuek yang tidak mudah ditebak, gadis dingin dengan sejuta rahasia yang membuat Sadewa semakin penasaran akan sosok cantik itu, dan gadis pertama yang menolak pesonanya hingga mencampakkannya begitu saja.
“Kamu harus jadi milik saya, Devina. Bagaimanapun caranya.”
Wajahnya boleh terlihat kalem, senyumnya boleh terlihat ramah, tapi jangan lupakan bahwa Sadewa tetaplah laki-laki berengsek yang sudah mematahkan banyak hati perempuan, termasuk hati Sandra yang sudah terpahat sempurna dengan nama Sadewa.
Begitu taksi yang sejak tadi diikutinya berhenti di depan gerbang tinggi sebuah rumah yang beberapa kali Sadewa datangi, dan sosok cantik Devina keluar, Sadewa pun ikut menghentikan mobilnya tidak jauh di belakang taksi tersebut dan hendak turun jika saja ponselnya tidak berbunyi, dimana nama Sandra muncul sebagai si pemanggil.
Malas sebenarnya, tapi Sadewa tidak bisa mengabaikannya, ia sudah begitu paham bagaimana Sandra. Perempuan itu akan terus menghubungi hingga Sadewa mengangkat panggilannya.
“Hm,” malas Sadewa begitu menggeser tombol hijau di layar ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya, sementara mata Sadewa terus mengikuti sosok Devina hingga perempuan itu masuk dan menghilang dibalik pagar besi rumahnya.
“Iya nanti aku temani. Aku tutup teleponnya, lagi nyetir,” Sadewa langsung mematikan sambungan teleponnya tanpa mendengar balasan dari Sandra.
֍
Devina menjatuhkan tubuh lelahnya ke sofa ruang tengah, tepat di samping sang kembaran yang sedang fokus pada tontonan kartun kesukaannya. Menyandarkan kepala di bahu Devin begitu saja, membuat si pemilik menoleh dan mengerutkan keningnya.
“Lo kenapa, Sis, cape banget kayaknya?” tanya Devin dengan kening berkerut.
Devina hanya memberi jawaban lewat anggukan singkat. Ia memang lelah, sangat lelah dengan hatinya yang semakin hari malah semakin merindukan dosen tampannya.
Entahlah kenapa ia bisa seperti ini, karena yang jelas sejak memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan sang dosen, Devina malah semakin dibuat galau. Hatinya sepi dan perasaan rindu itu selalu saja menghantui. Inginnya ia membawa dosen itu kembali, tapi apalah daya gengsi terlalu tinggi. Tidak ada keberanian untuk menyatakan keinginannya itu.
Meskipun Sadewa kerap kali mengejarnya dan tidak menerima ajakan perpisahannya, Devina terlalu tau diri untuk tidak menganggap hubungan mereka masih berlanjut. Terlalu malu, karena bagaimanapun dirinyalah yang mengakhiri, ia yang menegaskan di depan banyak orang bahwa hubungan mereka berakhir, meskipun hati menolak itu.
Teng nong …
Devina dan Devin menoleh ke belakang begitu suara bel berbunyi, lalu saling bertatapan dengan kerutan di kening masing-masing seolah bertanya mengenai siapa yang datang di sore menjelang malam ini.
“Lo buka sana,” titah Devin.
Devina yang sudah tidak lagi bersandar pada pundak Devin, menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa seraya menggelengkan kepala. “Gue males, lo aja.” Katanya dengan lesu, membuat Devin mendengus, tapi tak urung bangkit juga, meninggalkan Devina yang menatap kosong ke arah depan seolah menonton televisi, padahal fokusnya tidak sama sekali ke sana, karena nyatanya pikiran Devina malah tertuju pada dosen tampan yang menjadi mantan kekasihnya. Devina tidak bisa menolak datangnya rindu itu, tapi ia tetap menampik bahwa perasaannya memang sudah sejatuh itu pada dosen tampannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
JugendliteraturDevina yang sejak awal di nobatkan sebagai playgirl di Universitas Kebaperan, siapa sangka akan terjerat pada pesona sang dosen muda yang baru saja masuk dan langsung menjadi idola seluruh kaum hawa di Kebaperan termasuk dirinya. Hanya saja Davina t...