Happy Reading !!!
***
“Pak Sadewa, maaf …”
Sadewa menggelengkan kepalanya, tidak siap mendengar penolakan dari perempuan yang telah mencuri hatinya.
“Maaf sudah menyukaimu, maaf sudah egois memiliki perasaan ini dan masih berpura-pura tidak peduli dengan kehadiranmu, dan maaf telah jatuh cinta kepadamu.” Devina melanjutkan ucapannya, membuat gelengan kepala Sadewa terhenti, dan kini menatap tak percaya pada Devina yang masih berdiri di depannya dengan senyum manis yang tulus. Senyum yang tidak pernah Sadewa lihat, dan mungkin saja senyum yang tidak pernah gadis itu keluarkan.
“Dev—"
“Apa boleh aku jatuh cinta kepadamu, kepada dosenku sendiri?” tanya Devina memotong ucapan Sadewa.
“Ka—kamu serius?”
“Sejak awal kamu masuk ke kelas dan memperkenalkan diri, tatapanku sudah tertuju kepadamu dan membuat debaran jantungku tidak lagi pada ritmenya. Aku tidak mengerti mengapa bisa seperti itu, namun aku tidak bodoh untuk mengartikannya. Aku tahu bahwa saat itu aku tertarik padamu, dosen baru yang menabrakku hingga terjatuh dan membuat pinggulku sakit hingga membuat buruk mood-ku pada saat itu,” dengusan kesal Devina layangkan ke arah Sadewa yang masih tidak percaya akan kenyataan yang Devina ucapkan.
“Sama sepertimu, aku pun selalu memperhatikan kamu dari jauh, hanya saja tidak sampai mencari tahu tentangmu seperti yang kamu lakukan. Sama halnya dengan perempuan lain di kampus, aku pun mengagumimu, parasmu. Hanya saja aku tidak seperti mereka yang berani terang-terangan menunjukan perasaannya, mencari perhatianmu dan mengejar untuk bisa berjalan di sampingmu. Lagi pula aku belum terlalu yakin akan perasaan yang aku miliki saat itu. Namun seiring berjalannya waktu, dan menikmati hari bersamamu, meski jarang karena kamu lebih banyak menghilang. Perasaan ini tidak lagi bisa aku kendalikan. Rasa suka ini tidak bisa aku cegah dan mungkin malah tumbuh dan berkembang hingga saat ini,”
“Lalu kenapa kamu mengakhiri hubungan kita beberapa hari lalu?” kening Sadewa berkerut heran.
“Aku ragu,” cicit Devina pelan.
“Ragu?”
Mengangguk adalah jawaban yang Devina berikan, mendongak untuk kembali menatap wajah tampan di depannya.
“Kamu terlalu sering membuatku bingung. Sehari kamu seolah ingin terus berada di sampingku, ingin melindungiku dan mencintaiku. Tapi keesokan harinya kamu menyerahkanku kepada laki-laki lain,” senyum amat tipis Devina berikan, bahkan Sadewa nyaris tak melihatnya.
“Aku merasa di permainkan, dan itu membuatku ragu untuk menjatuhkan perasaanku terhadapmu. Aku takut menerima rasa sakit yang lebih dari yang pernah aku dapatkan. Itulah mengapa aku menutup hati pada setiap lelaki meskipun aku tetap menerima ajakan mereka menjalin hubungan, hanya saja kepadamu aku tidak bisa mencegah perasaan itu tumbuh.” Devina mengakhiri ucapannya dengan senyuman singkat sebelum kemudian menunduk, memainkan jari-jarinya yang bebas.
Tangan Sadewa terulur untuk mengangkat dagu Devina agar gadis itu menatapnya, kemudian menangkup wajah cantik itu dengan kedua telapak tangannya. “Maaf sudah membuatmu merasa di permainkan, maaf sudah membuatmu ragu dan bimbang. Aku tidak sama sekali berniat seperti itu, aku hanya ingin memberi waktu untukmu memilih dan memberi Zidan kesempatan, mengingat dialah yang lebih dulu hadir, menyatakan perasaannya. Aku tidak ingin menjadi lelaki jahat dengan cara merebutmu darinya. Itulah alasan kenapa aku selalu membiarkan kamu pergi dengan dia, aku ingin memberinya kesempatan untuk berjuang mendapatkan hatimu, karena aku tahu dia tulus. Sementara aku masih dirundung ketidakyakinan pada saat itu. Maaf jika nyatanya sikapku malah membuatmu terluka dan kecewa. Devina, kamu mau kan maafin aku?”

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
Teen FictionDevina yang sejak awal di nobatkan sebagai playgirl di Universitas Kebaperan, siapa sangka akan terjerat pada pesona sang dosen muda yang baru saja masuk dan langsung menjadi idola seluruh kaum hawa di Kebaperan termasuk dirinya. Hanya saja Davina t...