Happy Reading !!!
***
Devina melangkah dengan malas, turun dari kamarnya. Ini weekend dan Devina ingin menghabiskannya dengan diam di kamar menonton drama atau membaca novel yang belum dirinya selesaikan. Tapi Sadewa menghancurkan rencananya. Laki-laki itu kembali lagi setelah tiga jam terlewati dari kembalinya lari pagi.
Entah apa yang sebenarnya dosen menyebalkannya itu inginkan, pagi-pagi sudah duduk anteng di teras rumahnya dan sekarang kembali lagi mengajaknya keluar. Tidakkah laki-laki itu memiliki kerjaan lain selain mengganggu hari liburnya?
“Kita mau ke mana sih, Pak?” tanya Devina entah sudah yang ke berapa kalinya sejak duduk di mobil yang di kendarai dosen tampan menyebalkan itu.
“Nonton.” Jawab Sadewa singkat dan ringan, sekilas menoleh hanya untuk memberikan senyumannya.
“Kalau cuma mau nonton, ngapain harus jauh-jauh sih, Pak. Di rumah juga bisa.” Devina membuang napasnya malas.
“Di rumah kurang seru. Lagi pula kita belum pernah kencan ‘kan?” Sadewa kembali melemparkan senyumnya dan kembali fokus pada jalanan di depan.
Devina tidak lagi membalas, mengingat itu hanya membuang-buang tenaga, karena bagaimanapun mereka sudah berada di tengah perjalanan.
Tidak ada lagi obrolan selain suara radio. Sadewa yang sibuk dengan kemudi sambil mengikuti alunan lagu yang tengah di putar. Devina justru sibuk dengan ponselnya. Seperti biasa, gadis cantik itu melanglang buana ke dunia orange-nya, mengabaikan sejenak dunia nyatanya yang terasa datar-datar saja.
“Devina, sudah sampai.”
Devin mengerjap dan menatap sekelilingnya yang ternyata berada di parkiran sebuah pusat perbelanjaan. Devina tidak asing dengan tempat ini, karena sering dirinya kunjungi bersama Miranda atau Devin juga keluarganya dan kadang pacar-pacarnya yang mengajaknya hanya untuk makan dan menonton, seperti halnya yang di lakukan Sadewa saat ini. Semua kekasihnya sama saja, selalu menjadikan mall tempat untuk kencan.
“Makan dulu apa nonton dulu?” tanya Sadewa saat mereka berdua berjalan masuk ke dalam mall. Pertanyaan yang sama dengan yang di lontarkan kekasih Devina terdahulu. Huh, membosankan!
“Pulang.” Jawab Devina tanpa berpikir terlebih dulu, karena memang hanya itu keinginannya. Devina sedang tidak mood untuk berkencan dan Sadewa mengajaknya di saat waktunya yang tidak tepat.
“Baru nyampe udah minta pulang aja sih, Dev!” gemas Sadewa mencubit kedua pipi kekasihnya yang sedikit mengembung.
“Lagi pula saya lagi malas jalan-jalan, Pak. Pengen rebahan aja tahu gak!” entah untuk ke berapa kalinya Devina membuang napasnya bosan. Langkahnya terlihat malas dan wajahnya pun tidak bersemangat, namun itu tidak sama sekali membuat Sadewa merasa bersalah. Laki-laki itu hanya terkekeh dan mengusak lembut rambut gadis di sampingnya, lalu meraih tangan Devina agar jemari mereka saling bertaut.
Keterkejutan dari gadis itu terlihat jelas, tapi Sadewa hanya memberikan senyuman manisnya. Setelah itu melanjutkan langkah semakin masuk ke dalam mall.
Tujuan utamanya adalah bioskop, dan saat antri pun Sadewa tidak sama sekali melepaskan genggamannya, bahkan saat berada di dalam bioskop dan film yang di tonton berlangsung. Sadewa setia menautkan jarinya di jemari Devina yang tidak mampu mengendalikan debaran di jantungnya.
Devina tidak lagi bisa mencegah perasaannya. Kenyataan bahwa sejak awal ia memiliki ketertarikan pada dosen tampannya itu semakin tumbuh dan berkembang mekar. Devina tidak lagi bisa berpura-pura, namun traumanya secepat kilat membangun pertahanannya kembali meskipun tidak sekokoh sebelumnya. Belum saatnya. Gumam Devina dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
Teen FictionDevina yang sejak awal di nobatkan sebagai playgirl di Universitas Kebaperan, siapa sangka akan terjerat pada pesona sang dosen muda yang baru saja masuk dan langsung menjadi idola seluruh kaum hawa di Kebaperan termasuk dirinya. Hanya saja Davina t...