Selamat Membaca!!!!
***
“Gak bosen Pak datang ke sini mulu? Pagi, siang, sore, malam. Datang aja terus. Gak cukup apa cuma ketemu di kampus aja,” cibir Devin begitu kembali menemukan keberadaan Sadewa pagi ini di rumahnya.
“Syirik aja kamu, Dek. Cari pacar makanya biar ada yang kamu apelin.” Levin menyahut membela Sadewa, membuat putra satu-satunya itu mendengus kesal.
“Tahu lo!” satu jitakkan Devina layangkan di pelipis kembarannya. “Syirik aja bawaannya mentang-mentang gue gak butuhin lo lagi,” lanjut Devina dengan cibirannya.
“Sok lo, Sis. Putus cinta juga nanti larinya ke gue,” tak ingin kalah, Devin balas mencibir kakak kembarnya itu dengan bibir mencebik.
Namun Devina tidak menghiraukannya, memilih menarik Sadewa untuk segera berangkat menuju kampus, meninggalkan Devin yang masih santai di teras bersama Levin yang tengah menikmati teh hangat buatan Devi, padahal ini sudah jam delapan pagi, yang mana seharusnya pria tua itu sudah berada di kantor mengurus pekerjaannya. Sedangkan Devin memang sedang tidak ada kegiatan apa pun di kampusnya.
“Gak ada perempuan yang mau dekat sama kamu, Vin?” tanya Levin begitu mobil yang membawa Devina hilang di balik gerbang yang kembali pak satpam tutup.
Devin mendelik pada sang papa yang terdengar meremehkannya karena tidak pernah sekalipun dirinya membawa seorang perempuan ke rumah atau izin ke luar dengan alasan menjemput belahan jiwa. Devin memang tidak pernah melakukan hal itu, keluar pasti dengan Devina, atau jalan dengan teman-temannya. Wajar sih papanya bertanya seperti itu. Tapi tetap saja Devin kesal mendengarnya.
Selama ini ia bukannya tidak laku, banyak perempuan yang mendekatinya dan ingin menjadi pacarnya, hanya saja Devin yang tidak tertarik.
Perempuan yang di taksirnya malah sudah memiliki pujaan sendiri, itulah mengapa Devin jomlo sampai saat ini, hingga membuat papanya beranggapan bahwa Devin tidak laku.
Ck, tidak tahu saja papanya itu kalau Devin sudah membuat puluhan bahkan ratusan gadis patah hati tanpa harus dirinya pacari seperti halnya yang Devina lakukan.
“Nanti Devin kenalin pacar Devin ke Papa,”
“Kapan? Memangnya kamu punya pacar?” tanya Levin dengan kening berkerut. Jangan lupakan bahwa tatapan tak percaya yang Devin artikan sebagai meremehkan itu ikut menghiasi wajahnya tuanya.
Jleb.
Devin tertusuk benda tak kasat mata mendengar pertanyaan sang papa.
Orang tua sialan emang!
“Ya punyalah, secara Devin ganteng,” ujarnya dengan nada bangga dan sok tampan.
“Masa? Kok Papa gak percaya.” Levin menaikan sebelah alisnya semakin menggoda sang putra.
Devin berdecak seraya melayangkan tatapan kesal pada papanya yang menyebalkan itu. “Jangan gara-gara Devin gak bawa cewek ke rumah dan gak ngapel-ngapel selama ini, ya, Pa. Gini-gini Devin punya pacar cantik.”
“Coba malam minggu nanti ajak ke sini, kenalin sama Papa-Mama,” tantang Levin menatap remeh anak lelakinya itu.
Sebenarnya bukan Levin tidak percaya, ia jelas begitu percaya anaknya dikerumungi perempuan, karena tidak mungkin keturunannya tidak laku mengingat dirinya sendiri saja menjadi incaran banyak kaum hawa sekelas miss Indonesia. Mustahil bukan jika anak-anaknya hanya butiran debu yang tertiup angin saja lewat tak terlihat lagi.
Devina sudah membuktikan bahwa dia adalah keturunan sah seorang Levin yang playboy di masanya. Tapi Devin? Jangankan berganti pasangan, satu perempuan saja belum pernah bocah itu kenalkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/237649678-288-k131285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
Fiksi RemajaDevina yang sejak awal di nobatkan sebagai playgirl di Universitas Kebaperan, siapa sangka akan terjerat pada pesona sang dosen muda yang baru saja masuk dan langsung menjadi idola seluruh kaum hawa di Kebaperan termasuk dirinya. Hanya saja Davina t...