35

11.2K 531 47
                                    

-Happy Reading Readers-nim ❤-
.
.
.


Tiara perlahan membuka matanya karena merasakan pusing yang teramat sangat dikepalanya dan juga nafas nya sedikit sesak seperti ada yang menghalangi hidung dan bibirnya.

Matanya sudah sepenuhnya terbuka dan yang pertama kali ia liat adalah bantal berwarna putih. Tunggu, bantal? Kenapa bantal?

Tiara mencoba menoleh ke kanan, ia ada diatas ranjang. Tapi kamar siapa ini?

ia mencoba menggerakkan tubuh nya. Kenapa sangat sulit? Tangan nya tidak bisa ia gerakkan, kedua tangan nya terikat di belakang punggung. Dan kenapa kaki nya juga terikat?

Tiara terdiam beberapa saat, ia mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Yang ia ingat, ia bertemu dengan Ayden di cafe dan mereka berbincang beberapa hal lalu setelah itu..... Mata nya terasa sangat berat hingga ia berakhir disini? Dengan badan tengkurap serta kaki dan tangan yang terikat kencang.

Situasi macam apa ini? ia diculik? Ah tidak-tidak, kurang menguntungkan bagi penculik itu jika ia menculik Tiara.
Atau jangan-jangan... Ayden yang membawa nya kemari? Tapi mengapa? Dan untuk apa?

Tiara mencoba untuk membalikkan tubuh nya, ia harus bisa keluar dari sini.
ia bergerak gelisah ke kanan ke kiri berharap badan nya bisa terbalik, posisi tengkurap seperti ini cukup menyesakkan pernafasan nya.

Lelah, usaha Tiara tidak membuahkan hasil. Kenapa badan nya sangat lemah?

"Tolong" Tiara berteriak masih dengan posisi tengkurap, berharap ada yang mendengar suaranya lalu membantunya keluar dari sini.

"Tolong, apa ada orang disana?" Tiara menatap pintu kamar dengan penuh harap.

"Tolong, saya mohon siapapun yang dengar suara saya. Tolong" Ucap Tiara frustasi, apa tidak ada orang diluar sana?
Arghh lagi pula sekarang ini ia dimana?!

"Hoam kenapa terlalu berisik?" Tiara tersentak kaget. Bukan ia yang berbicara, lagipula itu suara serak laki-laki dan suara itu tampak familiar ditelinga Tiara.
Dengan sedikit ragu ia menolehkan kepala nya ke kiri, mata nya terbelalak sempurna menatap lelaki yang sedang tidur disebelahnya.

"Ayden?" Ucap Tiara sangat lirih. Ayden tersenyum manis seolah mengucapkan  'selamat pagi' untuk Tiara.

Ayden menggeser tubuh nya agar lebih dekat dengan Tiara, saking dekat nya sampai tidak ada jarak diantara mereka.

Ayden memeluk Tiara bagaikan guling, menutupi tubuh mereka menggunakan selimut. Sepasang kekasih itu berada dibawah selimut yang sama.

Cup Cup Cup

"Kenapa udah bangun?" Tanya Ayden disela-sela kecupan nya di pelipis Tiara.

Pertanyaan yang aneh, batin Tiara.

Dirasa Tiara tidak menjawab ucapan nya, ia menarik kepala Tiara agar lebih dekat dengan dada bidang nya "Tidur lagi aja" Ucap Ayden sembari mengusap pelan kepala Tiara.

Jelas saja Tiara tidak mengindahkan ucapan Ayden, ia sedang berfikir bagaimana cara keluar dari tempat ini. Dan juga, apa maksud Ayden memperlakukan nya semacam tahanan seperti ini?

"Aku mau pulang" Ucap Tiara lirih serta ragu apa ucapan nya sudah benar? ia takut Ayden memperlakukan nya lebih buruk daripada ini.

Usapan Ayden terhenti, mata yang semula terpejam kini terbuka lebar dan begitu tajam. Tiara memberanikan diri untuk menatap Ayden, iris mata keduanya saling bertukar pandang

"Kenapa?" Tanya Ayden sangat datar

"Eum... Itu a-aku harus kerja" Jawab Tiara sekena nya, toh ia benar kan? ia bisa melihat sinar matahari di balik gorden jendela itu jadi bisa dipastikan ini bukan malam hari.

Sebentar, berarti sudah berapa lama ia tertidur?

"Kerja?" Ucapan Ayden berhasil membuyarkan lamunan Tiara.

"Nggak perlu" Ucapnya lagi padahal Tiara belum membuka suara.

"T-tapi----"

"AKU BILANG ENGGAK YA ENGGAK!!!" Bentak Ayden dengan sangat lantang. Tiara terjengkit kaget, tubuh nya sampai menegang kaku.

Ayden menyibak selimut yang menutupi badan kedua nya dengan sangat kasar, bahkan ia melempar nya sampai ke pojok ruangan.

Tiara memejamkan mata nya erat, ia tidak memiliki keberanian untuk sekedar membuka mata melihat Ayden. ia bahkan mendengar deru nafas Ayden yang begitu menggebu.

"Arghhh" Ayden menarik rambut Tiara lumayan kencang hingga Tiara mendongak dan terpaksa membuka mata nya kembali.

"Why?? Kenapa sekarang ngga pernah nurut sama ucapan ku??" Tangan kanan nya masih mencengkram rambut Tiara dan kini tangan kiri nya bergerak mengusap lembut wajah gadis tak berdaya itu.

"Hm? Kenapa?" Tanya Ayden lagi.

Ayden menatap setiap inci wajah Tiara. Ah! Sudut mata gadis-nya ternyata mengeluarkan sedikit air mata.

"Sayangku kenapa nangis hm? Sakit?" Ayden melepas cengkraman nya dan sontak wajah Tiara langsung terjatuh diatas bantal.

Percayalah ini sangat menyesakkan bagi Tiara, masih dengan posisi tengkurap serta tangan dan kaki yang terikat kencang.
Belum lagi jambakan yang lumayan kencang berhasil membuat kepala nya terasa lebih pusing dari sebelum nya.

Apa salah nya hingga ia di perlakukan seperti ini?

Tiara dibuat kaget lagi saat tiba-tiba Ayden membalik tubuh nya hingga kini ia terlentang dengan begitu mudah lalu mendudukkan Tiara di pinggir ranjang, kaki nya menjuntai kebawah.

Kepala nya terasa semakin sakit dari pada sebelum nya.

"Hm? Kenapa nangis?" Bisik Ayden dari belakang tubuh Tiara. Kedua tangan nya sudah bertengger di pundak gadis itu.

Tiara tidak menjawab, ia menggigit bibir bawah nya. Lebih baik ia bungkam daripada ucapan nya kembali membangkitkan sisi aneh Ayden yang membuat nya takut.

Ini pertama kali nya ia melihat Ayden seperti ini.

Ayden mengusap pundak Tiara yang masih terbalut kemeja berwarna maroon.
Dengan perlahan tangan kanan lelaki itu bergerak menyusuri dagu Tiara dan berhenti tepat di depan bibir mungil Tiara.
Jari nya menyentuh bibir bawah yang sedari tadi di gigit oleh Tiara.

"Jangan seperti ini, nanti luka" Ucapnya dengan begitu lembut, nampak berbeda dengan Ayden yang tadi menjambak rambut nya.
Tiara bahkan sampai menahan nafas nya.

Tangan nya kembali bergerak kebawah. Melewati leher Tiara lalu terhenti di dada gadis itu.

"Bernafaslah sayang" Ucap Ayden sambil mencium telinga Tiara

Tiara semakin takut dengan situasi saat ini. Lelaki di belakang tubuh nya ini tidak seperti Ayden yang ia kenal selama ini,

Seperti orang yang berbeda.

Nafas Tiara memburu saat tangan Ayden bergerak membuka kancing kemeja teratas nya.
Detak jantung nya tak beraturan, ia sudah tidak lagi mencoba berfikir positif. Ini sudah melewati batas wajar.

Satu kancing berhasil terlepas, jemari Ayden bergerak turun lagi beralih ke kancing yang kedua namun tertahan oleh ucapan Tiara.

"Brengsek" Desis Tiara penuh kebencian

"Hm? Ngomong apa?" Ayden menopangkan dagunya di pundak Tiara, jarak keduanya sangat dekat.

"Ngomong yang jelas dong---"

"BRENGSEK!!" Suara Tiara begitu melengking di telinga Ayden.
ia tidak peduli, ia akan pura-pura tidak mendengarnya.

Tangan nya terulur kembali dan dua kancing berhasil terlepas lagi sehingga kini tiga kancing terlepas sudah,

















❤ See you next chapter
❤ Please Vote and Comment

MY BOSS is MY EX-BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang