16

24K 743 12
                                    

-Happy Reading Readers-nim ❤-
.
.
.

🌺 Flashback On Jayden POV 🌺

Tahun ajaran baru waktu itu aku menginjak kelas lima sekolah dasar, Rumah yang ada di depan rumah ku persis sudah ada yang mengisi sejak kurang lebih kosong sebulan lamanya.

Ting tong

Siapa yang datang? Mama papa lagi ngga ada dirumah, ah baiklah aku harus bangkit dari acara rebahan ku ini dan membuka kan pintu.

Saat ku buka muncul lah wanita yang mungkin seumuran dengan ku atau bisa saja lebih muda dari ku yang tinggi nya hanya sepundak ku saja, menggunakan dress tanpa lengan selutut berwarna kuning terang dengan rambut yang tergerai dan jangan lupakan poni nya yang menutupi seluruh dahi nya, wajah nya yang bulat dengan mata yang besar serta bibir yang tipis dan pipi chubby nya.

Siapa dia? Darimana wanita cantik ini muncul? Aku belum pernah melihatnya sebelum nya, aku rasa di komplek ini belum pernah kutemui anak yang secantik ini.

"Hallo kak, Aku warga baru dikomplek ini. Rumah aku di depan rumah kakak persis" Ucap nya sambil tersenyum lebar. biar kutebak, dia pasti tipe anak yang sangat ceria dan mudah akrab.

Lihatlah senyum manis nya, bagaimana bisa ada senyum yang semanis itu?

Aku masih diam tak membalas sapaan nya, sebenarnya aku bingung harus bereaksi seperti apa. Ini pertama kali nya aku gugup berhadapan dengan seorang wanita.

Dia nampak sedih karna tak ada balasan dariku, bisa ku lihat dari bibir nya yang mendadak manyun dan menundukan kepala. Oh Tuhan aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku membuat kesan pertama yang buruk dengan dia.

Aku hendak menyapa nya balik namun dia sudah bersuara lagi "Bunda tadi bikin kue, ini ada sedikit kue dari bunda" dia menyodorkan kotak padaku dan kuterima kotak itu.

"Kalau gitu Ara pamit ya, permisi" Dia mengucapkan itu tanpa melihat ku, dia masih setia menundukan kepala nya. Apa aku membuat nya bersedih?

Setelah kejadian itu bayangan wajah nya terus melayang di pikiran ku, bagaimana bisa? Padahal itu kali pertama nya aku bertemu dengannya. Dia bahkan tidak tau namaku tapi mengapa aku terus memikirkan nya?

Seiring berjalan nya waktu ternyata kami jadi sangat akrab. Biar ku perkenalkan pada kalian,  Nama dia Tiara Angelica biasa di panggil Tiara tapi aku memanggil nya Ara, kenapa begitu? Entahlah aku hanya merasa nyaman dengan panggilan itu. Ara ternyata setahun lebih muda dariku.

Jika kalian penasaran bagaimana aku bisa jadi akrab dengan nya itu karena Ara yang mendekati ku terus, dia bahkan melupakan kejadian tidak menyenangkan saat pertama kami bertemu, Katanya itu wajar saja karena biasa nya orang memang begitu dengan orang baru.



Saat ini aku sudah kelas tujuh sekolah menengah pertama sungguh tidak terasa ternyata waktu berjalan dengan sangat cepat dan mengesankan.

Semenjak Ara menjadi tetangga ku hari-hari yang kulalui jauh lebih berwarna dan penuh tawa, saat SD Ara satu sekolah dengan ku jadi lebih banyak waktu yang kami lalui bersama.

Dia sering kerumahku untuk sekedar main bersama atau meminta ku untuk membantu nya mengerjakan PR seperti saat ini. Dia sudah kelas enam jadi dia sedang rajin-rajin nya belajar untuk mempersiapkan ujian nasional.

Aku terus mengawasi nya yang sedang mengerjakan soal, sesekali ia meminta bantuanku untuk menjelaskan maksud dari soal tersebut.

"Ayden" Panggil nya dengan tatapan puppy eyes, Astaga itu sangat menggemaskan

"Ara laper, Kalo lagi laper Ara jadi ngga bisa mikir" Rengeknya padaku yang malah fokus pada soal-soal yang masih kosong.

Aku menghela nafas sejenak dan menatap nya. Selalu begini, selalu saja ada alasan untuk melepaskan diri dari soal-soal yang mengikatnya

"Ara mau makan?" Tanya ku dan dibalas dengan anggukan cepat darinya

"Tapi engga ada makanan Ra, Sarapan yang tadi dimasak mama udah habis tinggal nasi putih doang. Ara mau Ayden masakin mie instan?" Tanya ku lagi dan kali ini jawaban nya gelengan kepala

"Ara ngga boleh makan mie instan sama bunda, soal nya kemaren Ara udah makan mie instan" Jawab nya lesu tapi sedetik kemudian mata nya berbinar

"Ayden punya telur nggak?" Tanya nya dan aku mengerutkan kening sejenak. Mau apa anak ini?

"Telur mentah mah ada Ra" Jawabku

"Kalo gitu temenin Ara masak ya, Ara mau masak aja" Jawabnya dan langsung menarik lengan ku ke arah dapur. Dia betulan bisa masak? Aku kok jadi deg-deg an gini takut dia terluka kena pisau atau kejadian lainnya yang bisa melukai dia. Jangan lupakan fakta bahwa dia adalah gadis yang sangat ceroboh.

"Ara bisa masak?" Tanyaku hati-hati takut menyinggung perasaan nya

"Bisa dong, Ara sering kok bantuin bunda masak. Ara mau buat dua porsi telur dadar gulung aja ya" Ucapnya

"Kok dua porsi? Ara sanggup habisin nya?" Tanya ku lagi, badannya yang mungil itu bagaimana bisa menghabiskan dua porsi makanan?

"Ara cuma makan seporsi aja, seporsi nya lagi buat Ayden. Ayden harus nyobain telur dadar gulung buatan Ara" Jawabnya percaya diri

Aku hanya duduk diam mengamati setiap gerak-gerik gadis ini yang memulai aksi memasaknya dan itu sukses membuat ku khawatir.

"Nahh dah jadi" Ucap Ara menyodorkan dua piring telur dadar gulung lengkap dengan saos diatas nya dan ada juga nasi putih.
Dari penampilan cukup menarik, semoga saja rasanya tidak membuat dia kecewa.

"Gimana? Enak nggak?" Tanya nya penasaran saat aku mulai memakan masakan nya ini. Rasanya enak seperti masakan mama, bagaimana dia bisa memasak se enak ini?

"Enak" Jawabku jujur yang membuat wajahnya langsung berbinar senang.

"Besok-besok kalo mama Ayden lagi engga dirumah terus Ayden laper bilang aja sama Ara, Ara mau kok masakin Ayden telur dadar gulung terus. Jangan makan mie instan terus pas di rumah sendiri" Ujarnya panjang lebar

"Nanti Ara mau belajar masak terus sama bunda biar bisa masak yang lain nya lagi" Ucap nya lagi.

"Ara mau masakin terus buat Ayden?" Tanyaku yang diangguki semangat

"Ara mau menikah sama Ayden?" Tanyaku lagi

"Menikah?" Tanya nya

"Kalau mau masakin Ayden terus berarti kita harus tinggal serumah dong" Aku menjawab sepaham ku saja

"Tapi Ara kan masih sekolah" Dia menjawab malu-malu, Astaga sungguh menggemaskan

"Menikah nya nanti kalau kita sudah besar, Ayden harus punya uang sendiri biar bisa menikah sama Ara. Ara mau kan nikah sama Ayden?" Tanya ku lagi, entah apa yang aku pikirkan saat itu. Tapi ucapan ku itu sungguh-sungguh, aku benar-benar ingin memilikinya

Dan dapat ku lihat dia mengangguk pelan dan pipinya bersemu merah, sungguh menggemaskan. Aku harap ini bukan lah sekedar omong kosong anak kecil saja.













❤ See you next chapter
❤ Please Vote and Comment

MY BOSS is MY EX-BOYFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang