Pagi hari yang tidak terlalu cerah, kicauan burung sesekali terdengar, mengisi suasana keheningan sejak tadi.
Semalam Rian pingsan, ia di bawa ke rumah Kevin dan sampai tertidur hingga pagi hari. Winter, Arthur, Joanne dan Pak Herman datang ke rumah Kevin.
Sesuai ucapan Rian, ia akan menjelaskan semuanya, semua masalah yang dirinya alami dan dalangnya.
Rian tidak pernah berniat sekali pun untuk membeli obat-obatan terlarang itu, tetapi ia di paksa seseorang untuk memakainya, dan masih ada beberapa rahasia yang akan ia bongkar hari ini.
Setelah formasi lengkap, Pak Herman pun membuka pembicaraan.
"Rian, kamu sudah siap untuk menceritakan semuanya?"
Mengangguk pelan sebagai balasan, Rian menarik napasnya dalam lalu memulai penjelasannya.
"Silakan.."
"Saya mengikuti lomba-lomba itu terpaksa. Memang awalnya saya berminat, tetapi semenjak saya mendapatkan penghargaan dan peringkat di lomba itu, saya mulai di paksa.."
"Di paksa dengan siapa?" Tanya Kevin.
"Orangtua, ibu saya lebih tepatnya.."
Kelima orang yang mendengarkan pun semakin menyimak penjelasan Rian, agar mereka bisa lebih memahami.
"Saya di paksa agar bisa memenangkan lomba, saya di paksa agar bisa menjadi yang terbaik. Dulu saya berpikir, mungkin ini memang yang terbaik, tetapi sekarang saya merasa ini sangat berlebihan,"
"Saya harus bisa menjadi nomor satu, agar saya bisa dibanggakan, ralat, dipamerkan kepada orang lain. Pernah sekali saya gagal membawa penghargaan, yang dilakukan ibu saya adalah memukuli saya berkali-kali.."
"Semenjak saat itu, pernah lagi saya kalah dalam lomba, ibu saya rela untuk menyogok panitia atau apapun, agar saya menjadi pemenang di lomba itu,"
Matanya mulai berkaca-kaca, ia berusaha menahan bulir-bulir air mata yang ingin menetes di wajahnya.
"Mengikuti lomba karena terpaksa tentu saja membuat saya panik, susah untuk tenang dan fokus, lalu hal terparah yang di lakukan ibu saya adalah memberikan benda-benda itu.." Jelas Rian.
Semua yang mendengar ceritanya pun menganga kaget, ibu mana yang tega menjerumuskan anaknya ke obat-obatan terlarang? Ada, ibu Rian ini contohnya.
"Jadi demi kebanggaan, pamer, dan merasa paling hebat dalam mendidik? Ibu kamu sampai melakukan hal ini?" Tanya Herman.
"Iya, pak.."
"T-tapi kita gak pernah liat mama lo?" Tanya Winter.
"Lo, lo, lo, lo, hampir sering jumpa dengan mama gue.." Balas Rian sambil menunjuk Winter, Kevin, Arthur dan Joanne.
Serentak mereka mengerutkan dahi bingung, hampir sering mereka berjumpa dengan ibunya Rian? Tapi kapan dan dimana?
"H-hah!" Kevin menangkap sosok yang di maksud oleh Rian.
"Jangan bilang.." Jedanya.
"Bu Yulia, dia orangtua gue, mama gue yang selama ini kalian kira belum pernah lihat, padahal sering kalian temui.." Kata Rian dengan muram.
"What?!"
Pernyataan yang sangat jelas mengagetkan, seorang guru yang selama ini sering mereka bicarakan adalah ibu dari Rian. Guru bimbingan konseling yang ngeselin bagi mereka adalah ibu dari teman mereka sendiri.
Kevin mengingat ucapan-ucapan penuh kekesalannya terhadap Yulia, begitu juga dengan Winter, Arthur dan Joanne yang terkadang menambahkan bumbu-bumbu cerita.
"R-rian.. Selama ini gue nyeritain, mama lo di depan lo sendiri,"
"Maaf! Maaf banget bro.." Ringis Kevin malu.
"Iya gue juga," Sahut Winter.
"Gak apa, gue juga kesal dengan sikapnya dia," Ucap Rian.
"Jo, sebenarnya yang sengaja ngungkapin rahasia lo itu bukan Yessie dan teman-temannya, itu semua suruhan Bu Yulia. Dan gue tau itu setelah mama gue nyuruh buat ngejauhin lo.. Karena dia ngira kita berdua beneran pacaran, dia gak mau kalo citra gue dan dia itu rusak.." Jelas Rian.
"Mama gue udah sering nyuruh buat ngejauhin kalian, Awalnya gue berontak, dan tetap main bareng kalian. Terus beberapa hari yang lalu dia kembali ancam gue, kalau dia bakal ngelakuin hal buruk ke kalian dan omongannya kali ini gak main-main,"
"Tentu aja gue takut, akhirnya gue terpaksa nurut. Gue di paksa belajar untuk lomba itu, dan gue sempat di paksa buat minum obat penenang itu kemarin, tapi gue muntahin lagi." Rian memperjelas semuanya.
"Berarti kasus mama kamu itu, pembelian obat-obatan terlarang, pemaksaan, penyiksaan dan suap, cukup berat.." Kata Herman yang sedari tadi menyimak.
"Gak itu doang om," Tutur Rian.
"Lalu apa lagi?" Tanya Herman penasaran.
"Kasus bunuh diri siswi sembilan tahun yang lalu pun di tutupi sama ibu saya dan wakil kepala sekolah, Pak Ari."
"Siswi itu di bunuh oleh kekasihnya, mereka berdua sama-sama bersekolah di Harsa Bangsa dulu. Namun demi citra sekolah yang baik sekolah rela menutupi kasus itu rapat-rapat dan siswa yang membunuh di bebaskan begitu saja, semua berjalan lancar hingga sekarang tanpa ada yang tahu cerita sebenarnya,"
"Pak Irham, Pak Ari, Bu Yulia dan satu siswa bernama Dion, semuanya terkait dalam kasus tersebut. Lalu korbannya adalah Sisca yang hamil diluar nikah.. Korban hamil anak pelaku, Dion, lalu orangtua korban? Hanya tinggal ibunya dan mereka berdua itu hidup miskin, jadi sang ibu tidak berani untuk bertindak lebih." Ungkap Rian.
"Jadi rumor siswi yang bundir di sekolah kita itu, beneran ada?!" Tanya Joanne.
"Kirain cerita fiktif doang, ternyata beneran.." Gumam Arthur.
"Kamu tau semua ceritanya dari mana?" Tanya Herman, agar lebih tau jelas asal usul penjelasan Rian.
"Dari obrolan mama dan Pak Ari. Mereka berdua mempunyai hubungan gelap, waktu itu Pak Ari menginap di rumah. Saya masih duduk di bangku kelas empat, sekolah dasar, jadi masih agak bodoh dan tidak paham.." Jawab Rian.
"Rian, kamu tau kan kalau masalahnya sudah sangat berat? Dan harus di tangani pihak berwajib?" Tanya Herman dengan hati-hati.
"Tau, saya tau. Kemarin saya ketakutan, takut kehilangan keluarga saya satu-satunya. Tetapi saya sudah yakin sekarang, melaporkan semua ini adalah yang terbaik, Om."
"Untuk urusan kedepannya, saya jalani saja mau bagaimana pun.." Balas Rian dengan mantap.
"Lo gak bakal kehilangan keluarga, gue, Joanne, Arthur, Kevin, Pak Herman, kita ini kan keluarga lo juga sekarang.. Kita bakal ada di sisi lo!" Winter memberikan semangat kepada Rian.
"Nah bener!" Balas Kevin.
"Jangan takut kesepian, kita bakal ada di dekat lo," Ujar Arthur.
"Gue bakal selalu ada buat lo, Ian.." Ucap Joanne.
"Cie.. Ekhem.. Cie.. Cie.." Ledek Herman.
"Paan sih, Pah!" Balas Joanne dengan salah tingkah.
Herman terkekeh sebentar, setelah itu kembali fokus pada masalah ini.
"Kamu ada barang bukti? Karena kita butuh itu." Tanya Herman.
"Saya punya semua buktinya.." Jawab Rian.
"Oke, bagus. Masalah ini memang harus dibawa ke pihak berwajib, ini sudah tidak bisa di biarkan lagi," Kata Herman.
"Kayaknya kita butuh satu orang lagi.." Ujar Kevin.
"Siapa?" Tanya Winter.
"Gue bakal hubungin orangnya.."
⚜DIFFERENT BUT ONE⚜

KAMU SEDANG MEMBACA
GENG BRANDAL [END]
Teen Fiction[Sedang tahap revisi] Di pertemukannya kelima orang murid dalam keadaan tak terduga, yang pada akhirnya membuat mereka berhubungan dekat satu sama lain. Menceritakan tentang persahabatan antara Winter, Kevin, Arthur, Rian dan Joanne yang membentuk G...