CHAPTER [29] : Drama flashdisk

118 23 0
                                    

Hari semakin siang, tiba lah seseorang yang dihubungi oleh Kevin beberapa menit yang lalu.

Semua terkecuali Kevin, tentu saja bingung kenapa orang ini? Apakah ada hubungannya?

"Pak Yanto!" Sapa Herman.

"Iya, halo.." Sapa Yanto.

"Kevin, ada apa kamu menelpon saya untuk datang kemari?" Tanya Yanto, langsung ke inti.

"Sepertinya orang dalam sekolah juga kita butuhkan, entah kenapa saya berfirasat kalau Pak Yanto bisa membantu kita juga," Ujar Kevin.

"Membantu apa?"

"Rian jelasin.." Perintah Kevin kepada Rian.

Rian pun kembali menjelaskan semuanya kepada Pak Yanto, dengan detail dan jelas. Mengundang reaksi berbeda dari guru killer tersebut, wajahnya tampak murka dan kesal.

Setelah selesai mendengar penjelasan dari Rian, Pak Yanto pun mengangguk paham.

"Saya bisa membantu kalian," Ujar Pak Yanto. "Saya ada hubungan dengan kasus ini," Lanjutnya.

Kalimatnya membuat yang lain kaget, termasuk Kevin yang menepuk jidat karena ia sepertinya salah meminta bantuan.

"H-hubungan?"



"Bukan, dengarkan penjelasan saya.."

"Dulu, waktu saya masih remaja, saya pernah liburan ke suatu tempat, di dekat desa yang tidak terlalu jauh dari sini,"

"Loh kok jadi liburan?" Potong Kevin.





Sring!




Semua mata tertuju padanya, menatap penuh dengan api dan tajam seperti pisau, tanda jika mereka memintanya untuk diam. "O-oke.."

"Saya tersesat, dan di bantu oleh seorang ibu, namanya Nanik. Beberapa hari kemudian saya ditemukan dan akhirnya kembali, karena itu saya berteman dengan anak ibu tersebut, namanya Sri."

"Semakin tua, jarang berjumpa. Sri sudah menikah, lalu suaminya meninggal dan ia hidup kemiskinan, ia memiliki seorang anak bernama Sisca. Yang menjadi korban pembunuhan itu, saya tau kasus ini," Jelas Yanto.

"Tapi kenapa bapak gak melapor? Kan ibu Sri temannya bapak?" Tanya Winter.

"Saya ingin melaporkan semuanya, tetapi saya tidak memiliki bukti dan anak yang membunuh itu telah kabur entah kemana.." Jawab Pak Yanto dengan jujur.

"Itu sebabnya saya kurang menyukai sekolah itu, terutama Bu Yulia, Pak Ari dan Pak Irham, kepala sekolah." Sambungnya.

"Ooh, jadi itu alasan bapak galak?" Tanya Arthur.

Pak Yanto meliriknya, lalu menggeleng. "Saya memang kayak begini dari dulu.."

Kevin menjitak pelan kepala Arthur, lalu berujar demikian. "Enak aja lo bilang bapak kesayangan gue galak!"

Pak Herman dan Pak Yanto pun serentak menggelengkan kepala.

"Lalu kamu sudah yakin, Rian?" Tanya Yanto memastikan.

"Sudah, saya harus membela kebenaran, bukan menyembunyikan kebenarannya!"

"Bagus, sikap kamu dewasa." Ujar Yanto.

Rian melotot kaget, lalu tersenyum senang. "Akhirnya gue di puji Pak Yanto.."

Melihat hal itu membuat Kevin memanyunkan bibir, semua orang yang ada di sana memandangnya heran dan geli.

"Pak, saya kapan di puji juga!" Ucapnya.

"Kapan-kapan." Balas Yanto ketus.

"HAHAHA!!" Ejek Winter dan Joanne.

GENG BRANDAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang