CHAPTER [32] : Perasaan

122 18 0
                                    

Pagi hari, tepat pada pukul tujuh. Gadis cantik berkulit putih bersih itu mulai memasang sepatunya, dan dirinya juga telah rapi dengan pakaian santai untuk berolahraga.

Winter mengambil sebotol parfum, lalu menyemprotkannya di beberapa bagian, parfum tersebut mengeluarkan aroma buah-buahan yang menjadi ciri khasnya.

Semenjak terbongkarnya kasus Yulia, semua kembali berjalan seperti biasa. Hanya ada sedikit perubahan, seperti pergantian kepala sekolah baru menjadi Pak Teguh dan Wakilnya Pak Sehan.

Bu Yulia, Pak Irham, Pak Ari dan Dion di kenakan hukuman seumur hidup. Kenyataan baru yang terungkap adalah Pak Ari dan Pak Irham ternyata pernah melecehkan korban pembunuhan, Sisca, serta ketiga orang guru itu korupsi dana sekolah, tentu saja hukuman yang mereka dapat semakin berat.

Pak Yanto masih mengajar, semenjak hari itu ia sedikit berubah tidak segalak yang dulu tentunya. Winter dan teman-temannya mulai sedikit sibuk dengan aktifitas belajar, semenjak duduk di kelas akhir pikiran mereka mulai terbuka untuk fokus belajar.

Lalu hubungan Joanne dan Yessie? Semuanya kembali membaik, tidak ada lagi permusuhan di antara Geng Brandal dan Geng AETZY.

Semua masalah sekolah telah selesai, semua kasus terungkap, tidak ada lagi permusuhan, pembulian, dan Geng Brandal tidak lagi di pandang rendah oleh murid lainnya, semua setara.

Kembali pada cerita.

Telah selesai dengan semua persiapannya, Winter pun segera keluar dari kamar. Seperti biasa dan sudah terbiasa, Winter pasti akan bertemu dengan Irene di lantai bawah.

"Kamu mau kemana?" Tanya Irene, sambil meliriknya dari bawah hingga ke atas.

"Jogging," Balas Winter.

"Sama siapa?" Tanya Irene lagi.

"Sama temen pokoknya, udah? Aku pamit." Jawab Winter, ia bergegas melangkah menuju keluar rumah.

Di susul oleh Irene, yang masih bertanya-tanya kepadanya.

"Kamu ini sering banget keluar rumah, temen-temen kamu juga gak pernah di kasih lihat, jadinya mama gak kenal, kalau ada apa-apa kan susah, Winter." Ujar Irene.

"Mama gak usah kepo deh, pasti reaksi mama bakal sama kan kayak papa aku?" Tanya Winter.

"Gak gitu--"

"Gak usah sok perhatian, selama ini yang ngejelek-jelekin aku ke papa, itu mama kan? Sama si Juna?"

"Aku tau, gak perlu bohong deh." Sarkas Winter.

"Winter!" Irene mulai meninggikan suaranya.

"Kenapa? Kasih tau aja lagi ke papa! Silakan! Aku gak takut, itu kan udah jadi kebiasaan, mama!" Balas Winter, mengucapkan kata 'mama' dengan nada mengejek.

"Win, mama gak pernah ngelakuin itu! Percaya sama mama!" Kata Irene.

"Aku mau kasih tau satu hal, sebenarnya aku terpaksa manggil tante itu mama. Karena sampai kapan pun aku gak akan pernah menganggap tante sebagai mama aku!" Winter berujar demikian.

Bersamaan dengan datangnya mobil milik Arthur, Winter langsung berjalan memasuki mobil tanpa menghiraukan Irene.

"Cepetan jalan." Pinta Winter kepada Arthur yang merasa heran dengan kondisi Winter dan seorang wanita.


Tuk



Tuk



Tuk



Kaca jendela mobil Arthur di ketuk-ketuk oleh Irene, membuat si pemilik mobil menurunkan kaca mobilnya, berbeda dengan Winter yang memasang wajah kesal.

GENG BRANDAL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang