3. Semakin Mesra-Semakin Sakit

14.5K 1.3K 18
                                    

Semakin Mesra-Semakin Sakit

Selama berteman dengan April, baru kali ini aku merasa tidak nyaman memasuki kamarnya. Tempat tidur dan letaknya memang masih sama, tapi ada beberapa tambahan yang membuatku merasa...cemburu. Dari pertama masuk, aku sudah disambut oleh foto-fotonya dengan Yoga dalam berbagai pose dan ukuran.

Sejak dia dan Yoga berpacaran, aku berusaha untuk meminimalisir kedatanganku ke tempat dimana aku bisa melihat kemesraan mereka. Bukannya aku membenci April karena dia sudah memiliki satu-satunya laki-laki yang kucinta, hanya saja aku belum siap. Merelakan tidak semudah saat mengatakannya, meskipun itu dengan sahabat sendiri. Salahkah aku?

Kupandangi salah satu foto mereka yang terletak di stand night. Di dalam foto tersebut mereka duduk bersisian dengan tangan Yoga mencubit gemas salah satu pipi April.

"Gue cocok nggak sama Yoga?"

Buru-buru kuletakkan kembali bingkai foto dan mengalihkan pandanganku ke April. "Ya, kalian serasi." Aku tersenyum tipis padanya.

"Tapi dia terkenal playboy, gue jadi takut kalau sewaktu-waktu dia ninggalin gue." Kata April lesu.

"Kalau dia benar-benar serius sama lo, dia nggak akan melakukan itu." Betapa hebatnya aku sekarang! Menghibur pacar dari Yoga.

Kulihat April sedikit terhibur, dan beruntung ia tidak memperpanjang masalah ini -dan tentu tidak memperpanjang ngilu hatiku -. Kami langsung menyibukkan diri dengan tugas yang akan dikumpulkan lusa depan. Tugas inilah yang berhasil menyeretku sampai ke kamar April.

Keningku berkerut saat me-riview kembali bahan presentasi yang telah siap. April memang paket lengkap. Dia tidak hanya cantik dengan karier model yang menjanjikan ke depannya, tapi juga pintar. Setiap tugas yang kukerjakan dengannya akan menjadi lebih mudah dan hasilnya memuaskan.

"Gimana, Va? Masih ada yang kurang?"

"Ini sudah lengkap, Pril. Gue optimis presentasi kita akan berhasil." Segera kubereskan semua 'peralatan perang' kami yang berserakan dimana-mana.

***

Sakarang hampir menjelang tengah malam, dan panggilan yang beberapa menit masuk berhasil membuatku meloncat dari tempat tidur. Aku baru saja mendapat laporan kalau April sedang mabuk di salah satu club. Ya Tuhan, apa yang ada di pikiran gadis cantik itu sampai mabuk-mabukan seperti ini? Setahuku dia tak pernah melampiaskan emosinya dengan minum-minum.

Beruntung taksi melintas saat aku mencapai jalan raya. Tanpa pikir panjang langsung kuhentikan dan masuk. Kusebutkan nama club dimana April berada, dan selanjutnya aku hanya bisa merasa cemas sepanjang perjalanan.

Suara hingar bingar music yang bendentam keras, bau rokok, dan beberapa orang tepar menyambutku di club. Dengan suasana yang 'kacau' seperti ini, aku merasa kesulitan untuk mencari April. Jangankan mencari, menerobos kerumunan orang yang berantakan ini saja tidak mudah. Kuedarkan mata kemana saja untuk menemukan sahabatku. Aku harus cepat menemukannya karena tempat ini terlalu berbahaya. Bayangkan saja, seorang gadis cantik, mabuk, dan sendirian di club. Setiap laki-laki yang melihatnya pasti akan memiliki niat yang kurang ajar.

"Yuva!

Aku kaget mendapati Yoga sedang memapah tubuh April yang tidak sadar. Ia nampak kesusahan membawa kekasihnya keluar, dan naluriku menuntun untuk menuju mereka.

"Ya Tuhan April!" Aku menopang tubuhnya yang hampir jatuh.

"Bantu gue bawa dia ke mobil!"

To Be With You (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang