10. Ternyata

10.9K 1K 22
                                    

10. Ternyata

Happy reading!

“Kita ketemu sekarang, di apartemen Yoga!”

Tubuhku membeku membaca sebaris pesan singkat yang dikirim April. Ya Tuhan ada apa ini? Dia tidak pernah sebelumnya meminta ketemuan di apartemen Yoga, bahkan memikirkannya pun tidak karena aku memang belum cerita kalau pernah datang ke tempat tinggal kekasihnya . Kami biasa bertemu di kampus, di kafe, di mall, di… ah, fokus Yuva! That’s not the point! Masalahnya adalah kenapa harus di apartemen mewah dan mahal milik Yoga?

Pikiranku langsung tertuju pada baju! Apa jangan-jangan April melihat bajuku lalu dia salah paham, terus dia dan Yoga bertengkar, dan akhirnya dia tahu kalau baju itu adalah…milikku? Okay, chill out, Va! Inhale… exhale…

Tak ingin membuat sahabatku menunggu lama, aku langsung meminta supir taksi memutar arah menuju Grand Ambassador Apartment. Selama perjalanan, yang bisa kulakukan hanyalah berdoa semoga April tidak berpikiran yang macam-macam. For God’s sake, dia adalah temanku, sahabatku. Aku memang syok dan sedikit tidak rela saat dia menjalin hubungan dengan Yoga, tapi amit-amit jabang bayi kalau kami harus bertengkar karena masalah cowok.

***

Pintu bertuliskan 2008 sudah berdiri kokoh di depanku, berbanding terbalik dengan keberanian yang kupunya. Sudah sekitar lima menit aku berdiri di sini, namun tidak sesenti pun tanganku terangkat untuk memencet bel. Aku gemetaran.

Okay … Relax … Inhale … Exhale …

Ting … Tong …

Kubalikkan badan membelakangi pintu, sambil sesekali melirik ke belakang. Tuhaaaan… kenapa lama sekali pintu dibuka? Satu … Dua … Tiga … Lama-lama aku balik pulang juga ini!

“Yuva.”

Dengan debaran jantung yang makin menjadi, aku menatap si pembuka pintu. “Ha –hai..Yo. Ga” Sapaku gugup.

“Masuk, April udah nunggu.” Ia bergeser dari mulut pintu untuk mempersilahkan aku masuk.

Sampai di dalam April langsung menyambutku dengan pelukan hangat. Ini aneh, jauh dari ekspektasiku. Tapi tetap saja aku ketar-ketir, panas-dingin.

“Hai, Pril. Lo ada apa ngajak ketemuan di sini?” pertanyaan itu akhirnya lolos juga dari mulutku.

April melepas pelukannya dan mendesah dramatis. “Gue mau introgasi lo!” katanya tajam.

“Sumpah, Pril, gue nggak ada apa-apa sama Yoga! Soal baju sialan itu hanya karena ada accident kecil. Baju gue basah kena semprot kran yang jebol.” Serta merta kuputuskan untuk menceritakan semua pada April. Biarlah, sekalian kalau nanti dia marah, aku bisa minta pertolongan Yoga untuk membantu menjelaskan.

“Siapa yang mempermasalahkan baju lo sih, Va?” April memandangku bingung dan sekilas aku bisa melihat dia tersenyum geli.

“Lha … Lo – ” Kuperhatikan April dan Yoga bergantian. Ini ada apa sih sebenarnya?

Kedua tangan April mengusap lembut lenganku. “Ada hal yang ingin gue jelaskan.”

***

“What?!!” Aku menjerit tak percaya sambil memandang dua orang gila di depanku. Penjelasan April benar-benar membuatku kehilangan kata untuk diucapkan.

“Udah lo nggak usah berlebihan begitu responnya.” Yoga yang diam selama April menjelaskan tadi kini mulai angkat bicara, dan sayangnya kata-kata pembukanya sungguh menyebalkan.

To Be With You (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang