33 A. Terkuak

7.4K 806 42
                                    


33 A. Terkuak

Untuk yang merayakan Imlek saya ucapkan lebih awal,

Gong Xi Fa Cai

Seperti biasa ya, saya minta kritik, saran, koreksi typo. Kalau ada yang sudah menikah boleh juga ditambahi ang pau :D

-o-

Happy reading!

"Kamu nggak suka makanannya, Va?"

Aku mengalihkan pandangan dari sup udang dan ayam goreng ke Mbak Rika yang sedang menatapku cemas.

"Kamu dari tadi Cuma ngalamun sambil ngaduk-ngaduk isi piring. Kalau kamu nggak suka, nanti biar dimasakin menu lain sama Bi Darti."

Tatapanku kembali jatuh ke piring di depanku. Ewh! Apa yang telah kuperbuat? Makanan yang harusnya menggugah selera kenapa bisa menyerupai bubur seperti ini? Bahkan bubur pun kelihatan lebih layak daripada hidangan yang sudah kurusak ini. Kemudian mataku memindai ke Bi Darti yang memperhatikan kami dengan was-was dari dapur. Aku jadi tak enak sudah membuat kacau makan malam buatannya.

"Aku suka kok, Mbak." Kuberikan senyum kepada Mbak Rika dan Bi Darti. Untuk lebih meyakinkan, kusuapkan sesendok penuh nasi ke mulut. Jangan tanya bagaimana rasanya! Perpaduan nasi yang hancur bercampur dengan kuah sup, ditambah dengan ayam goreng yang sisi luarnya sudah lembek karena terlalu lama terendam kuah memang tak bisa diterima indera perasa. Pada kunyahan ketiga, aku meminum banyak air putih untuk mendorong makanan agar cepat masuk ke perut, takutnya kalau kelamaan di mulut malah akan kumuntahkan. Setelah suapan pertama lumayan menyiksa, Mbak Rika tersenyum puas dan Bi Darti sudah kembali sibuk dengan pekerjaan lainnya.

Hal serupa kulakukan berulang kali sampai makanan yang tertinggal di piring hanya sekitar empat suapan. Aku sudah tidak sanggup menelannya.

"Kamu boleh stress, tapi tetap jaga kesehatan, dong. Kalau kamu tumbang, kacau semuanya." kata Mbak Rika sambil meletakkan piringnya ke kitchen sink.

"Mbak kan tahu, aku nggak selera makan kalau lagi banyak pikiran."

"Dan itu yang nggak Mbak suka dari kamu!" Tandas Mbak Rika. Ia menghela napas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu nggak boleh egois, Va! Dengan segala kegiatan kamu, menjaga stamina itu wajib hukumnya!"

Aku mengucapkan permintaan maaf kepada Mbak Rika. Apa aku sudah pernah bilang kalau wanita ini sangat tegas, ketat dan memegang jobdesc-nya sebagai manager dengan amat baik? Mbak Rika bisa mengomel setiap saat kalau dirasa perlu, terutama jika berhubungan dengan performance-ku. Aku memakluminya, dia orang pertama yang akan disemprot klien kalau hasil kerjaku tak memuaskan.

"Permisi, Bu, ada tamu nyari Mbak Yuva."

Kedatangan Bi Darti membuatku mengerutkan kening. Aku dan Mbak Rika saling melempar pandangan. Tak menunggu lama, ia mengajakku untuk ke ruang tamu setelah meminta tolong Bi Darti untuk membereskan meja makan.

***

Pelukan erat dan aroma parfum yang familiar menyambutku begitu sampai di ruang tamu. Aku masih terlalu bingung untuk menyadari apa yang sedang terjadi saat mendengar rentetan kalimat yang disampaikan dengan nada khawatir.

"God! Kamu oke?" Tubuhku yang masih mematung menurut saja saat diputar-putar oleh pemilik tangan kekar yang tadi memelukku.

"Why didn't tell me the truth?" tuntutnya saat mendapatiku hanya diam.

To Be With You (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang