16. Hati Sekuat Baja
Happy Reading!
“Hai Mbak Stevie…”
Itu bukan suaraku. Itu sapaan Mbak Rika untuk sepupu ipar Yoga. Iya, ini Mbak Stevie yang aku temui di apartemen laki-laki itu dulu. Ternyata mereka saling kenal. What a small world! Sepertinya orang-orang di sekitarku selalu punya hubungan dengan Yoga. Apa sebenatr lagi Kyla akan bilang kalau ia ternyata adik Yoga? Oh that’s insane, Va!
“Kalian saling kenal ya?” Tanya Mbak Stevie setelah melepas pelukannya dengan Mbak Rika.
“Mbak Rika ini manajer saya, Mbak.” Jelasku kemudian.
“Nte bonis…” Kali ini yang menyapaku si bocah menggemaskan, Drew. Ia masih ingat padaku juga ternyata.
“Hai Drew,” kutowel-towel pipi gembilnya. Semakin lama bocah ini semakin tamapan saja.
Mbak Stevie memutuskan untuk bergabung sebentar dengan aku dan Mbak Rika. Dari cerita Mbak Rika, aku tahu kalau mereka saling kenal waktu ada seminar kewirausahaan di Lembang dua tahun lalu. Mereka masih sering berkomunikasi sampai sekarang.
“Sama Drew aja, Stev?” Mbak Rika mengalihkan pandangannya pada Drew yang kali ini terlihat lemas dan pucat.
“Tadi kami lunch dengan Dimas, sekarang dia udah balik lagi ke kantor.”
Obrolan lebih banyak diisi oleh Mbak Stevie dan Mbak Rika yang saling menanyakan kabar. Ternyata suami dari Mbak Stevie –yang baru kuketahu kalau namanya Dimas –adalah sepupu Yoga.
Dari obrolan yang sesekali kutimpali itu, aku tahu kalau Yoga sudah didesak orang tuanya untuk menjalin hubungan yang serius. Kupikir masuk akal juga, di umur yang sudah 29 tidak seharusnya ia masih main-main seperti sekarang. Lagipula, bagaimana mau menjalin hubungan yang serius kalau date-nya kesebar dimana-mana?
“Kok aku udah nggak pernah lihat kamu lagi di apartemen Yoga?”
Duhh Mbak Stevie ini, kenapa pula melemparkan pertanyaan yang terdengar ambigu? Radar kecurigaan dan keusilan Mbak Rika kan jadi kenceng setelah dengar kata “apartemen” dan “lagi”. Pasti nanti aku akan dicecar pertanyaan-pertanyaan aneh deh!
Aku jadi kikuk karena kedua orang di hadapanku ini begitu nafsu menantikan jawabanku. “Ya, kan aku nggak ada keperluan di sana, Mbak.” Suaraku terdengar agak bergetar, pasti ini efek gugup. Sial.
“Terus keperluan seperti apa sampai kamu bisa di apartemen Yoga?” Tuh kan! Ini Mbak Rika benar-benar tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertanya. Sebenarnya ia tak akan mau repot-repot mengurusi masalah pribadiku kalau orang yang disinggung bukan Prayoga Lynn Pratama, the hottest guy dan jablay –kalau yang ini tambahan dariku sendiri begitu tahu seberapa brengseknya ia –
“Ya itu, Mbak… Emmm.. minta tugas sama April. Tahu Aprilly Yemima Naftali kan, Mbak? Nah dia itu sepupunya Yoga.”
“Terus kalau dia sepupuan sama Yoga, gimana bisa kamu di apartemennya?” Mbak Rika ini sejak kapan berubah jadi polisi?
Kuhela napas panjang. Pikir, Va… Pikir… “Jadi, tugasnya si April ini dititipin ke Yoga karena dia lagi ke Singapura.” Coba dari tadi kujawab begini. Lagian kenapa jadi bahas tugas sih? Penting gitu?
Baik Mbak Stevie maupun Mbak Rika sama-sama menganggukkan kepala, tapi aku yakin mereka begitu saja percaya padaku. Terserahlah!
***
Pemulihan adalah keadaan menuju sedia kala setelah sembuh dari penyakit, itu definisi menurutku. Jadi aku mencoba untuk seperti dulu sebelum menyukai dan patah hati dengan Yoga. Tapi sekarang aku jadi ragu, apa aku sudah sembuh sebelumnya? Apa Cuma sekadar tidak kumat karena sudah minum obat? Jadi sewaktu-waktu aku lupa minum obat –dalam hal ini obatku adalah kesibukan –aku akan kembali sakit? Ribet!
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You (Slow Update)
General FictionYuvanka Maharani adalah seorang mahasiswi semester lima yang juga seorang foto model. Niat terbesarnya melakukan modeling di tengah jadwal kuliah yang padat adalah untuk melihat Yoga, iya karena laki-laki. Cinta dalam hati, itulah yang ia lakukan. I...