What the hell!
Tadi malam saat Bruno mengatakan akan menjemput, aku kira hanya sekadar basa basi. Tapi ini? Look! Dia sudah nongkrong di samping mobilnya dengan gaya yang ya… kuakui bisa membuat setiap gadis yang melihatnya langsung melotot seketika. Great Job, Bruno, but you chosen the wrong time.
“Hai, Va?” Bruno melambaikan tangannya sekilas padaku dengan disertai senyum tampan.
Aku menghampirinya dengan tangan terlipat di depan dada. Enak saja dia say hi tanpa sadar kondisiku sekarang ini. “Lo mau ngapain pagi-pagi udah setor muka ke gue?” tanyaku malas-malasan.
“Lho, bukannya gue tadi malam sudah bilang kalau mau jemput lo ya?” Ia mengangkat alisnya tinggi-tinggi sambil mengernyit bingung.
Tentu saja aku ingat! God, that’s not the point. “Oke, biar gue luruskan sebentar.” Kutunjukkan kedua telapak tanganku ke arahnya sebagai tanda agar ia tidak mengomel terlebih dahulu. “Gue, kuliah jam sepuluh.” Ucapku pelan-pelan.
“I know. We have same class today, haven’t we?”
“Tapi kenapa lo ke sini jam delapan?!” Aku nyaris berteriak frustasi pada kata terakhir. Kuliah jam sepuluh, dan dia jemput jam delapan? Yang benar saja, aku bahkan baru bangun tidur dan sekarang masih memakai baby doll. Terserah dengan komentar Bruno mengenai penampilanku ini, siapa yang peduli?
Akhirnya Bruno mengangguk-angguk. Sepertinya ia sudah mulai mengerti karena sedetik setelah aku mengatakan kesalahan secara tersirat, matanya langsung memicing-mengamati penampilanku.
“Jadi gue harus nungguin lo mandi dan siap-siap begitu?”
Masih tanya lagi!
“Lebih baik lo duluan saja lah kalau gitu. Bisa berakar lo nungguin gue sampai siap nanti.” Usulku kemudian.
“Gue nggak masalah kalau harus nunggu…” Bruno melihat Rolex yang menghias tangan kanannya. “An hour maybe?”
Tanpa sadar aku memutar bola mata. Seperti yang sudah-sudah, tidak ada gunanya mendebat Bruno. Dia sudah menyanggupi untuk menunggu, so, you will get want you want, boy! Awas saja kalau nanti dia protes, belum tahu saja berapa lamanya cewek kalau mandi keraton!
***
“Kok kita ke sini sih?” Aku berteriak kesal di telinga kiri Bruno. Biar saja dia tuli sekalian!
“Ampun deh, Va. Lo bisa pelanin suara dikit nggak?” ia mengusap-usap telinga yang sepertinya berdengung. Apa aku tadi sudah terlalu keras berteriak ya? Tapi ini kan salahnya sendiri!
Kuhantam sandaran jok mobil dengan punggung. Mataku melirik Bruno sinis, dan bibirku berdecak sekali. Aku menyesali keputusan dua puluh menit yang lalu saat melangkahkan kaki ke dalam mobil merah milik cowok di sampingku ini.
“Temenin gue sebentar ini juga. Lo nggak ada jadwal pemotretan kan?” dia masih saja ngotot dengan pilihannya.
Ampun Tuhannnn! Cowok satu ini memang benar-benar keterlaluan. Kalaupun aku tidak ada jadwal pemotretan itu karena sekarang jadwalnya kuliah. Dan kalau kelas kosong begini, sudah barang tentu aku akan memakainya untuk istirahat, bukan malah kelayapan keluar kota!
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be With You (Slow Update)
General FictionYuvanka Maharani adalah seorang mahasiswi semester lima yang juga seorang foto model. Niat terbesarnya melakukan modeling di tengah jadwal kuliah yang padat adalah untuk melihat Yoga, iya karena laki-laki. Cinta dalam hati, itulah yang ia lakukan. I...