33B. Terkuak

7K 752 129
                                    


33B. Terkuak

Happy Reading!

Aku menatap ngeri ponsel yang masih digenggam Yoga.

"Ke-Kebakaran?" suaraku yang keluar sangat lirih, nyaris seperti bisikan. Dan di saat seperti ini, otakku dengan sialannya bergerak memikirkan hal-hal mengerikan.

Selama perbincanganku dengan Yoga tadi, aku sudah mulai optimis kalau masalah-masalahku belakangan ini akan segera mendapat mendapat titik terang. Aku bahkan sampai menaruh kecurigaan pada Kyla dengan hipotesis ada konspirasi di antara gadis itu dengan Eka. Semuanya terlalu kebetulan 'kan? Kyla yang membenciku, Eka yang tak kukenal tiba-tiba memfitnahku –dan ternyata dia hanya sebagai suruhan– kemudian terror... Alasanku boleh dikatakan masih mentah, tapi memangnya siapa lagi yang patut dicurigai kecuali Kyla?

Dan sekarang, saat di mana menurutku sudah dekat dengan pelaku utama, kekacauan malah terjadi. Shit! Aku hanya ingin kasus ini segera tuntas, dan kebakaran bisa memperlambat semuanya.

"Kamu mikir apa?" Usapan yang Yoga berikan di dahiku membuat perhatianku kembali tertuju padanya.

"Aku takut," gumamku. "Bagaimana kalau nanti musibah ini malah dimanfaatkan oleh Eka? Untuk dia kabur atau semacamnya?"

Yoga menarikku dalam pelukannya dan menepuk-nepuk bahuku pelan untuk menenangkan. "Besok kita lihat ba–"

Ting Tong!

Aku dan Yoga saling pandang demi mendengar suara bel. Otakku memikirkan siapa yang ada di balik pintu. Beberapa hari berada di apartemen Yoga, ia nyaris tak pernah menerima tamu. Satu-satunya tamu yang aku tahu adalah Mbak Stevie dengan Drew, dan itu kejadiannya dulu sekali.

"Aku buka pintu dulu, ya."

Kutahan tangan Yoga yang hendak beranjak. "Aku ikut." Ia mengangguk lalu membiarkanku berjalan di belakang sambil berpegangan pada kaosnya.

***

Tidak ada siapa pun!

Mataku memicing melihat jauh ke depan, mungkin saja ada tanda-tanda atau jejak dari siapa-yang-membunyikan-bel, tapi hasilnya nihil.

Pandanganku beralih pada Yoga yang tiba-tiba berjongkok dan baru menyadari kalau ada kotak berwarna silver yang teronggok di depan pintu.

"Kamu sering dapat hadiah misterius gitu?" Tanyaku yang disertai niat menyindir.

Yoga berdecak. Ia membawa kotak itu dan mengajakku untuk masuk. Sesampainya di ruang tamu, ia melempar begitu saja benda persegi itu ke meja.

"Aku nggak pernah dapat yang seperti ini," kilahnya, yang tentu saja langsung mendapat tatapan tak percaya dan cibiran dariku. Mana mungkin orang sekaliber dan sebrengsek Yoga tak pernah mendapat 'sesuatu' dari perempuan. Kebohongan payah macam apa itu?!

"Maksudnya nggak pernah dapat di depan apartemen. Kalau dikasih langsung ya...sering," ia meringis di ujung kalimat.

Bibirku membentuk satu garis tipis, menahan diri untuk tak mengeluarkan umpatan. Dengan kesal kurenggut si kotak misterius dari meja dan membukanya dengan kasar.

"HAH!"

Tangan kananku bergetar menunjuk isi kotak yang berhambur keluar, sedangkan tangan kiriku membekap mulut kuat-kuat untuk menahan rasa mual akibat menghirup aroma bangkai ayam dan melihat boneka yang kondisinya koyak.

To Be With You (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang